Dijual Suami, Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

“Bapak masih kepikiran si Endah, loh Na,” ucap pak Abdi dengan suara lemah.

Napas pak Abdi masih belum stabil. Masih ngos-ngosan akibat asma yang mendadak nyaris kambuh akibat kelakuan mantan menantunya.

“Enggak usah dipikirin, Pak. Dia saja enggak mikir! Kalau dia mikir, seenggaknya dia enggak nyakitin kak Emelia. Termasuk kejadian seperti tadi, itu harusnya enggak terjadi.” Berliana sewot. Ia duduk di sebelah sang bapak sambil menyimak kiriman instagr.am artis negeri gingseng kesayangannya.

Setelah memperhatikan kesibukan putrinya, pak Abdi yang masih sibuk menghela napas pelan berkata, “Dia punya pistol loh, Na. Terus, dia bisa manjat!”

Karena sang bapak berbicara lirih, Berliana yang kali ini menatap sang bapak juga membalasnya dengan suara lirih. “Kalau yang itu masih masuk akal, Pak. Soalnya dia saja sampai jual istri dan hobinya judi. Terus, dia sudah terbiasa zina sama si Clara yang sekarang jadi ODGJ. Gila tuh orang gayanya saja sok alim. Apalagi pas awal-awal dia deketin kak Lia. Bapak masih ingat?”

Pak Abdi yang menyimak langsung mengangguk pelan.

“Nah maka dari itu, tadi aku sengaja nampol kepala dia berulang kali meski dia sudah dibawa pergi sama kak Leo. Itu sebagai wujud dari emosi adik yang tidak terima kakak teladanku disakiti!” lanjut Berliana. “Menyakiti kok berulang kali. Dan tadi disambung lagi padahal jelas, cerai juga kemauannya. Fix, dia psikopet!”

“Hah? Psikopet ...?” bingung pak Abdi masih berucap lirih dan kali ini sampai mengernyit menatap sang putri.

Berliana yang sempat kembali fokus menatap layar ponselnya berkata, “Ah Bapak enggak gaul! Itu tadi bahasa gaul, Pak. Biar kalau ditulis di novel enggak kena sensor!”

“Justru kalau mau bahas kejanggalan, aku lebih ke kak Kenzo loh Pak. Kak Kenzo selalu luka-luka gitu kan? Nah tadi, dia bisa menangani mas Endah. Lebih keren dari ninja sih kalau menurutku si kak Kenzo. Terus, di tembak pun sakitnya cuma ditahan sesantuy itu. Kucing yang terkenal punya banyak nyawa saja, enggak sehebat kak Kenzo!” ucap Berliana benar-benar cerewet.

Menyimak itu, pak Abdi jadi mengernyit sekaligus merenung serius. “Kak Kenzo kan pengusaha, tapi kelakuannya mirip ahli kungfu,” lirihnya.

“Itu sih bukan kungfu, Pak. Aku nangkepnya, kak Kenzo malah mirip mafia,” balas Berliana si paling tidak punya beban.

Berliana tidak sadar, setiap ucapannya malah membuat sang bapak memiliki banyak beban tambahan. “Mafia itu yang tukang korupsi, ya, Na. Yang suka makan uang rakyat?”

“Aduh ... duh, Pak. Sudah beda jurusan kalau yang itu. Sudah jangan dibahas, nanti yang ada gula darah Bapak jadi naik!” ucap Berliana yang mendadak ceria gara-gara video di ponselnya. “Pak ... Pak. Ini calon mantu Bapak. Soalnya besok, aku nikahnya sama dia. Suami masa depan ini Pak.”

“Ya ampun Na ... Na ... semua artis Korea kamu bilang calon mantunya Bapak! Yang bener yang mana? Mana wajah mereka mirip-mirip. Bapak saja susah hafal wajah apalagi nama mereka. Itu yang kerjanya di DO, DO, kan? Doh Kyungso?” lembut pak Abdi benar-benar sabar.

“Assalamualaikum ...?” lembut seorang pria dari luar sana dan langsung Berliana maupun sang bapak kenali sebagai suar Leo.

Datangnya Leo membuat kebersamaan anak dan bapak di sana berakhir. Penuh sayang, pak Abdi meminta Berliana menemani sekaligus mengantar Leo. Leo berdalih akan menemui Kenzo.

Sebenarnya, alasan pak Abdi dan Berliana masih terjaga meski kini sudah nyaris dini hari juga karena keadaan Kenzo. Kenzo yang lagi-lagi terluka dan harus menjalani pengobatan intensif dari Emelia.

Berjalan menuju kamar Bella dan jaraknya sekitar sepuluh meter dari pak Abdi duduk menunggu, baik Berliana maupun Leo, sama-sama diam. Kendati demikian, alasan Berliana diam karena gadis itu begitu fokus dengan tontonannya. Berliana menonton acara musik Korea Selatan yang dilakukan secara live. Berliana sampai manggut-manggut, sementara Leo yang notabene seorang mafia dan usianya lima belas tahun lebih tua dari Berliana, justru jadi sibuk istighfar.

Semenjak mengenal Emelia yang notabene seorang muslimah taat, Leo memang jadi mulai mendalami agama mereka. Ibaratnya kini, dunianya dan Berliana justru tertukar.

Di dalam kamar Bella, Emelia dan Kenzo tak lagi hanya berdua. Karena keduanya sudah ditemani ibu Latifah. Namun dari semua keadaan di sana, yang menarik perhatian Kenzo tentu Berliana si muslimah gaul. Tingkah laku Berliana sangat berbeda dengan Emelia yang kalem dan bagi Leo sangat menyejukkan jiwa. Sementara Berliana ini tipikal yang tidak bisa diam, berbakat petakilan, meski sejauh ini, Leo juga tahu bahwa Berliana pandai mengaji.

“Endah anak buahnya Tuan Lee. Mereka membuat persekutuan, ... komplotan mafia dadakan.” Leo berbicara lirih tak lama setelah ia dan Kenzo hanya ditinggal berdua di dalam kamar Bella.

Pintu kamar Bella memang sengaja Emelia tutup agar Kenzo dan Leo bisa berkomunikasi dengan leluasa. Emelia yakin, ada banyak hal penting yang akan Leo sampaikan kepada Kenzo. Dari semuanya, perawat muslimah itu memang yang paling tahu keadaan Kenzo dan juga orang-orangnya.

“Berarti Tuan Lee masih hidup,” ucap Kenzo masih duduk selonjor di tempat tidur.

Kenzo sampai diinfus dan tak lagi memakai selimut untuk menutupi perut hingga bawahnya. Kenzo memakai sarung meski atasannya masih memakai kaus hitam maupun jaket kulit warna hitam.

“Kabar buruknya, sepertinya bos Ferdy juga masih hidup. Sekarang kita punya banyak musuh. Sementara tenaga kita sangat terbatas,” ucap Leo tenang sekaligus serius.

Kenzo yang menyimak, tak sampai menatap Leo bahkan sekadar meliriknya. “Tak perlu punya banyak anak buah. Sedikit asal berkualitas, itu jauh lebih menjamin kelangsungan kita.” Setelah mengatakan itu, Kenzo berangsur menatap Leo penuh keseriusan. “Buang Endah ke kantor polisi saja. Jangan memelihara manusia tidak berguna sepertinya. Karena andai dia di kita, dia hanya akan menjadi cepu bahkan benalu. Atau, ... kurung saja dia dengan banyak waria. Iya, buang dia ke waria biar dia tahu bagaimana rasanya diperkosa!”

“Aku tetap tidak bisa memaafkan apa yang sudah dia lakukan ke Emelia. Namun membuatnya mati cepat, juga terlalu enak buat Endah,” lanjut Kenzo.

Sekitar dua jam kemudian, Endah yang hanya memakai celana da.lam, sungguh Leo dan Mir buang ke perumahan berisi waria. Endah tak hentinya histeris ketika wanita jadi-jadian di sana begitu heboh berebut perhatiannya.

Diam-diam, Mir dan Leo yang mengawasi dari dalam mobil, merasa ngeri sendiri. Leo yang menyetir sampai merinding. Selain refleks mencengkeram setir, Leo juga mengawasi bulu kuduk di kedua tangannya yang kompak berdiri. Namun tak lama kemudian, ia tak sengaja memergoki layar ponsel Mir. Pemuda itu tersenyum memandangi ponselnya yang berisi ruang obrolan. Mir sedang chatingan dengan Berliana yang foto profilnya memakai foto DO!

“Mereka sudah sejauh itu?” pikir Leo diam-diam mengawasi sang rekan yang kiranya hanya dua tahun lebih muda darinya.