Kisah gadis yang jatuh cinta pada pandangan pertama, begitu cintanya di balas saat itu juga hidupnya bahagia. Ketulusan dan kelembutan dalam menjalani hubungan membuat pasangannya merasa seenaknya. Sifat pemaaf yang di miliki Melati membuat laki-laki itu mengulangi kesalahan terus-menerus. Namun, gadis itu senantiasa memaafkan karena hatinya hanya untuk Rafaly Thamana.
"Tolong beri aku kesempatan."
"Bertahanlah sedikit lebih lama, sampai aku bisa menerima dirimu kembali."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anissa Ruth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengen Kue
Kabar gembira sekarang tengah dirasakan oleh Melati dan keluarga. Setelah menunggu hasil dengan deg-degan, akhirnya gadis cantik itu keterima di kampus impian. Memang benar, usaha tidak akan menghianati hasil, setelah berjuang keras, belajar terus-menerus, mengikuti tes sana-sini, semuanya terbayarkan lunas, dia keterima di kampus dengan jurusan Pendidikan Biologi.
Keluarganya sangat bahagia, mereka bangga pada Melati. Saudaranya, Dity dan Kak Tomi ikut senang, adik-kakak itu antusias memberikan hadiah, Melati merasa sangat istimewa berada dalam keluarga yang akur, saling menyayangi. Lihat saja sekarang, apa yang dilakukan Dity pada Melati. Laki-laki itu memasak makanan kesukaan Melati yaitu ayam goreng.
Sibuk di dapur seorang diri, memasak ayam goreng, itu yang dilakukan Dity, ini bukan kali pertama dia memasak untuk Melati, mungkin sudah yang keberapa kali. Bukan tanpa alasan, ini permintaan langsung dari Kakaknya, kata Melati, masakan Dity memang enak, tapi hanya untuk ayam goreng, sedangkan masakan yang lain tidak enak, rasanya hambar.
Sementara, di ruang keluarga, semuanya kumpul kecuali Dity, dia sibuk di dapur. Menonton televisi bersama sekitar pukul 7 malam. Hangat suasana keluarga, Kak Tomi beserta istri ada di sini, membawa kabar gembira juga, Ira-istri Kak Tomi sedang mengandung, akhirnya mereka diberi kesempatan untuk memiliki anak, setelah dua tahun lamanya menunggu. Kebahagian datang secara bersamaan.
Sesuai janjinya pada Melati, Kak Tomi akan memberikan apa pun untuk Adik-nya yang telah berhasil lolos SNMPTN dan masuk Universitas impian. Melati sudah memikirkan matang-matang untuk meminta sesuatu yang sangat dia inginkan sekarang.
“Mau minta apa, Dek?” tanya Tomi dengan lemah lembut. Gadis itu tersenyum tipis menatap Kak Tomi. “Aku mau kue ulang tahun.” Permintaan Melati membuat Tomi dan Ira mengerutkan kening. Perasaan tidak ada yang ulang tahun sekarang, mengapa Melati minta kue, pikir Kak Tomi.
“Siapa yang ulang tahun?” tanya Tomi, dia penasaran. Lagi-lagi Melati tersenyum, teringat kucing peliharaannya yang telah meninggal saat Melati baru kelas 2 SD, dan hari ini adalah hari ulang tahun Emboy-nama kucingnya. “Enggak ada yang ulang tahun, kok. Aku lagi pengen makan kue aja, hehe.” Sengaja gadis itu tidak mengingatkan tentang ulang tahun Emboy pada keluarganya. Lagian itu sudah lama, mereka pasti tidak akan ingat.
Tomi hanya mengangguk, sedangkan Ira masih tidak menyangka dengan permintaan Melati, padahal bisa saja, minta yang lebih mahal. “Kenapa gak minta hp atau laptop, Dek. Kesempatan, loh.” Ira sangat menyayangkan itu, padahal kalau dirinya jadi Melati pasti sudah minta ini-itu.
“Enggak, ah, Kak. Hp aku masih bagus, laptop juga masih bagus. Kali ini aku cuman pengen kue, itu juga kalau Kak Tomi mau beliin, gak juga gak papa, kok. Lagian sekarang udah malam. Pasti tokonya udah pada tutup.”
Tomi mendengar itu, mengusap kepala Melati dengan sayang dan gemas. “Apa pun yang kamu mau pasti Kakak beliin, kalau hanya kue mah, gampang. Tunggu, Kakak beli dulu sekarang,” ucapnya lalu menyambar jaket dan hilang dari balik pintu.
15 menit setelah kepergian Tomi. Harum ayam goreng tercium menyengat dari arah dapur, sangat menggugah selera. Tidak lama, Dity datang dengan sepiring ayam goreng, menyimpannya di atas meja dan duduk di sebelah Melati.
“Wow kayaknya enak,” ucap gadis itu, mengambil sepotong ayam goreng dan melahapnya. “Emang enak, kan buatan aku.” Melati mendelik mendengarnya. Tapi, jujur dalam hati, dia mengakui memang ayam goreng buatan Dity enak. Hanya saja dia merasa Adiknya itu terlalu memuji diri sendiri.
“Ayo makan, Pak, Bu, Kak Ira,” ucap Dity menawari. “Eh, Kak Tomi ke mana? Perasaan tadi ada, deh,” tanya Dity. “Beli kue.” Kali ini Ibu yang menjawabnya. Laki-laki itu mengangguk dan ikut makan ayam goreng bersama-sama.
Dity sangat memerhatikan Melati, menyuapinya dan terus-menerus menyuruh gadis itu makan yang banyak. Sebenarnya, lelaki itu sangat menyayangi Melati, dia merasa khawatir melihat tubuh Kakaknya jadi lebih kurus. Laki-laki itu sudah memerhatikan sejak lama, Melati yang sibuk belajar, sampai kurang istirahat.
“Makan yang banyak, Kak. Biar gemuk.”
“Udah banyak ini, aku kenyang, Dity!” Sedari tadi laki-laki itu menyuruhnya makan terus, membuat Melati agak sedikit kesal. Pikirnya ini lebih kepemaksaan, dan dia gak suka. Tapi, memang begitulah sikap Adiknya, Melati memaklumi.
Lihat saja bagaimana perubahan wajah Dity setelah mendengar ucapan dari Melati. Wajahnya menjadi datar tidak bergairah seperti sebelumnya, tatapan sinis sekilas diberikan pada Melati lalu lulus ke depan.
Marah? Ya, laki-laki itu marah, karena masakannya tidak dihabiskan, Melati hanya makan sedikit, padahal Dity sangat mengharapkan sang kakak makan yang banyak.
Sementara Melati, dia juga bingung sendiri, dalam lubuk hatinya ingin sekali menghabiskan masakan Dity, karena enak. Namun, dia juga memikirkan Kak Tomi, gimana kalau Kakaknya pulang membawa kue dan dirinya sudah kekenyangan, dan pastinya Kak Tomi akan kecewa.
Setelah beberapa menit berlalu, tidak ada obrolan, semuanya fokus nonton televisi. Tiba-tiba Dity berdiri hendak pergi. “Aku tidur duluan.” Dengan cepat Melati menarik tangan Dity, menyuruhnya duduk kembali. Dia tahu Adiknya masih marah, terlihat dari raut wajah.
“Jangan dulu tidur, temani aku habisin ini,” tunjuknya pada ayam goreng. Laki-laki itu duduk kembali dan tersenyum. Senyumannya tidak pudar selama Melati menghabiskan makanan.
Melati sempat menawarkan pada Ibu-Bapak dan Kak Ira tapi, mereka tidak mau, kenyang katanya. Alhasil harus dia yang menghabiskan ayam goreng buatan Dity.
Sengaja laki-laki itu memasak dengan porsi lumayan banyak.
“Udah habis. Aku haus, Dit. Tolong ambilin minum, dong.” Melati menyuruh Adiknya. Dia sudah terlalu kenyang, malas rasanya kalau harus jalan ke dapur mengambil minum. Tentu, laki-laki itu menurut. Tidak lama setelah itu, kantuk menyerang gadis itu dan akhirnya terlelap di samping Dity menyender di pundaknya.
kayaknya gampang nih deketin melati lagi, yg seru dong thor buat balesan si Rafnya masak langsung mapan aja