NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15

Rose melirik jam ditangannya setelah memasukkan semua barang ke dalam bagasi mobil. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Pesan dari Azzalea juga telah ia baca, beliau sedang dalam perjalanan pulang. Ia pun segera bergegas untuk sampai sebelum majikannya tiba di rumah.

Malam ini Rose baru saja menghadiri pertemuan di Lan Academian milik Keluarga Lan yang mana selalu dilakukan pada akhir bulan. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi berbagai hasil pekerjaan setiap anggotanya.

Lan Academian ialah salah satu akademi nomor dua terbaik diantara akademi yang dimiliki Keluarga Lan dalam bidang pendidikan khusus untuk para pengawal tingkat A hingga C. Disana mereka dididik dalam segala bidang baik secara akademik mau pun non akademik. Ujian yang dilakukan memiliki 7 tingkatan setiap kelasnya sesuai level. Roselana sendiri termasuk jajaran pengawal terbaik dari level B yang telah menyelesaikan 7 tingkatan tersulit dengan julukan Bayangan dan pada level ini mereka ditugaskan sebagai pengawal pribadi dan tidak memiliki misi rahasia apa pun.

Banyak barang yang diberikan untuknya dan Azzalea, baik dari segi makanan mau pun barang yang dapat digunakan. Sepanjang jalan, sebuah mobil hitam terus mengikutinya setelah keluar dari halaman Lan Academian. Merasa curiga dengan mobil tersebut, Rose mempercepat laju mobilnya agar tidak dapat dikejar.

Skill mengendarai mobil Rose tentu telah lulus seleksi, dalam akademik belum ada yang bisa mengalahkannya. Belum lama bernafas lega, saat hendak memasuki kawasan perumahan ia menghentikan mobil secara mendadak akibat sebuah mobil hitam yang tiba-tiba menghalangi jalannya.

Rose segera mengecek dengan turun dari mobil, begitu juga dengan pengendara mobil itu. Seorang pria yang memiliki tinggi sekitar 188 cm dengan setelan jas hitam, raut wajah tenang.

Rose menganalisa sejenak mengenai orang yang sedang menghadangnya, dalam pembelajaran yang diberikan akademinya, setiap orang diharuskan menghafal semua anggota yang masuk dalam jaringan Keluarga Lan, baik wajah atau pun hanya sekedar nama saja. Mereka juga harus mengenali ciri khas dari level akademi. Tidak ada satu pun wajah seperti pria ini yang ia kenali, begitu dengan pakaian pria tersebut, tidak ada petunjuk dari sana. Yang hanya dapat terpikir kini, pria ini bukan anggota akademinya. Rose memasang mata pengawas.

Jendela dari kursi belakang terbuka perlahan. Rose mengenali pria yang duduk dengan sorot mata tajam tersebut. Ia segera memberi hormat dengan menundukkan kepala.

“Selamat malam, Tuan Kusuma dan Nyonya Jasmine.” hormatnya.

“Apa orang baruku membuatmu terkejut, Ros?”

“Pilihan Tuan selalu yang terbaik.”

Pria bernama Tuan Kusuma itu berdecak kesal. “Orang Bayangan memang pandai bermain lidah.”

Rose tahu letak kekesalan pria itu padanya. Hal itu berawal dari orang yang mengutus dirinya, yaitu Nyonya Kusuma, ibu dari pria ini. Dalam aturan yang tertulis, tidak ada yang dapat memerintah dirinya selain orang-orang yang telah dituliskan dalam daftar yang tersedia. Dalam surat perjanjian, hanya dua orang yang tertulis didalamnya, dan itu tidak ada nama kedua orangtua Azzalea.

“Biarkan kami masuk.” perintah Nyonya Yasmine yang masih setia dengan sikap angguhkanya itu.

“Maaf, Nyonya. Nona Azza tidak ingin bertemu.”

“Kau menantangku?” celetuk Nyonya Jasmine.

“Maaf lancang, Nyonya. Anda seharusnya tahu saya hanya patuh pada siapa.” ungkap Rose yang tentu masih menjaga kehormatan ibunda dari majikannya.

Tuan Kusuma menyeringai. “Baiklah. Kita lihat seberapa kuat kau bertahan.” ucapnya disusul dengan kaca jendala yang secara otomatis tertutup.

Rose mengalihkan pandangannya pada pria yang sudah ia ketahui identitasnya. Ia memasang kuda-kuda, tanda siaga.

“Ada yang ingin kau sampaikan, Rose?”

Rose menyeringai. “Kau takkan bisa membunuhku, Bills.”

Pria bernama Bills itu maju selangkah yang tepat berhadapan dengan Rose. “Mari kita lihat bakat level B”.

***

Selama perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi. Ia merasa ada hal yang tak beres dengan pikiran Azzalea yang sejak tadi diam menatap keluar jendela. Ia memikirkan beberapa kemungkinan yang memicu permasalahan kecil seperti ini.

Ia dapat akui bahwa dirinya memang sedikit buruk dalam berkomunikasi, baginya penjelasan panjang lebar tidak diperlukan dalam segala hal yang sudah jelas, namun kali ini ada hal yang perlu penjelasan.

Ia mengecilkan suara radio yang sejak tadi mengisi kekosongan mereka. Gadis itu melirik kearahnya akibat tindakan yang ia lakukan.

“Ada yang ingin kamu tanyakan, Azza?” tanyanya mengambil langkah awal.

Azza menoleh ragu-ragu padanya, ia tahu akan hal tersebut.

“Apa kamu kecewa karena saya tidak merespon pertanyaan kamu tadi?”

Gadis itu menggeleng pelan. “Pak Dimas berhak tidak menjawab, dan saya juga tidak punya hak untuk memasksa Pak Dimas.” jelas Azza.

Ia memahami dimana letak celah kesalahpahaman ini. Ia sedikit memperlambat kecepatan mobilnya seakan menikmati jalanan malam yang indah.

“Maaf, Azza. Sejujurnya saya jarang membahas tentang percintaan. Entah karena terlalu nyaman dengan dunia kerja dan kegiatan yang saya lakukan. Jadi, terkadang saya menghindari pertanyaan seperti tadi. Tapi, jika ini membuat kamu kesal saya akan jawab.”

Ia diam sejenak, seakan memilah kata yang baik.

“Saya hanya pernah berkencan sekali, tapi tidak bertahan lama. Kamu jangan khawatir jika suatu saat saya menjalin hubungan, komunikasi kita tidak akan berhenti.”

***

Ia diam, seperti sibuk dengan pikirannya sendiri. “Semoga tidak ada hari itu.” batinnya berkata.

“Terimakasih karena sudah mau menjawab, Pak Dimas.”

“Kedepannya, saya akan usahakan menjawab semua pertanyaan kamu.”

“Semua? Kenapa?” tanyanya yang sedikit heran.

Ia merasa terkadang sikap dan perhatian yang diberikan Pak Dimas membuat kesalahpahaman maksud yang diinginkan, terbesit harapan yang tidak jelas didadanya.

“Karena saya tidak mau hal ini mengganggu pelajaran kamu.”

Sedikit kecewa. Entah apa yang dirinya harapkan.

“Terimakasih atas perhatiannya, Pak Dimas.”

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!