NovelToon NovelToon
Benih Tuan Presdir

Benih Tuan Presdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Ibu Pengganti / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:223.5k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Keenan dan Jihan yang baru saja menikah siri setelah 5 tahun berpacaran, terpaksa berpisah kala Keenan harus menerima perjodohan dengan anak relasi bisnis ayahnya.

Kepergian Jihan seorang diri dalam keadaan hamil, membuat Keenan terus mencarinya.

Hingga 5 tahun berlalu, tak sengaja Keenan bertemu dengan seorang bocah tampan, yang mengikuti casting bintang iklan produk perusahaan farmasi yang dipimpinnya.

Apakah anak itu adalah anak yang dikandung Jihan? Bagaimana kelanjutan cerita Keenan dan Jihan? Akankah Keenan menceraikan istri yang tak dicintainya?

Baca selengkapnya di sini ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Selama perjalanan, Keenan seakan tak fokus menyetir, karena memikirkan soal Jihan dan Gio. Perasaannya tiba-tiba merasa gelisah, kala Jihan bersikap begitu baik dan lembut pada Gio, tapi tidak pada dirinya. Tak hanya itu, Ale juga seolah sudah sangat akrab dengan Gio, yang membuatnya berteriak histeris ketika melihat kehadiran laki-laki itu.

Seketika Keenan menduga-duga, ada hubungan apa antara Jihan dan Gio, kesalnya lagi, ia masih belum bisa mendapatkat nomor ponsel Jihan yang baru.

“Pa, jangan melamun, bahaya,” ujar Ruby bak orang dewasa.

“Iya, Papa tidak melamun kok,” ucap Keenan kembali fokus menyetir.

Ruby yang sedari tadi menyantap bekal dari Jihan, terus memuji rasanya yang enak, karena ia memang tak pernah makan-makanan seperti itu. “Enak ya, Pah, jadi Ale, dimasakkan setiap hari sama mamanya.”

Keenan hanya mengangguk, seolah dapat memahami apa yang kedua anak lelakinya itu dapatkan, dan yang tidak didapatkan, dari ibu kandung mereka masing-masing.

Ruby juga merengek meminta pada papanya untuk mengajak Ale main ke apartemen mereka akhir pekan nanti.

Entah apakah bisa memenuhi permintaan Ruby atau tidak, Keenan hanya mengangguk, agar anaknya tak terus merengek.

Hingga beberapa jam perjalanan, setibanya Ruby dan Keenan di apartemen miliknya, mereka langsung disambut Nayla, yang juga baru saja tiba dari bandara.

Setelah meminta Ruby masuk kamar, Nayla mencecar suaminya dengan banyak pertanyaan dan tuduhan. “Kamu bawa Ruby ke Bandung, bertemu Jihan?”

“Jangan kamu pikir aku tidak tahu ya, kamu sengaja tidak ajak suster, biar apa? Biar kamu bisa bebas bertemu Jihan? Bisa-bisanya kamu bawa anakku bertemu dengan mantan istrimu!” lanjut Nayla geram.

Tak ingin berdebat dengan Nayla, Keenan langsung masuk kamar begitu saja, disusul oleh Nayla yang meneriaki suaminya.

“Aku berpisah dengan Jihan karena kamu! Karena jebakan kamu, juga karena ancaman kamu pada Jihan. Tidak tau malu! Dulu kamu bilang, kamu tak tahu apa-apa soal kepergian Jihan, tapi nyatanya, kamu mengancam Jihan untuk pergi!” tukas Keenan melepaskan semua kekecewaannya.

Nayla berdalih, itu semua dilakukan agar Keenan bisa mencintainya, dan fokus pada keluarga kecil mereka, sebab hubungan Keenan dengan Jihan juga tak mendapat restu dari keluarga Keenan.

“Aku lebih mengharapkan Ale dari pada Ruby!” tegas Keenan yang membuat Nayla menampar Keenan.

“Jahat kamu! Kamu ayah kandungnya, tapi bisa-bisanya kamu bicara seperti ini! Ingat ya, Keenan. Kalau aku sudah muak denganmu, aku bisa saja menggugatmu, dan kamu tahu apa konsekuensinya? Kamu akan kehilangan jabatan kamu!” ancam Nayla yang seakan sudah hilang kesabaran.

Hanya tersenyum sengit, Keenan dengan percaya diri mengatakan bahwa ia tak takut akan hal itu. Justru ia menunggu momen itu datang. Baginya, tak masalah jika harus kehilangan pekerjaan dan keluarga kecilnya sekali pun, daripada ia harus kehilangan Jihan dan Ale untuk selama-lamanya. Keenan juga dengan berani mengatakan keinginannya untuk menyudahi pernikahan mereka. “Tinggal pilih saja, kamu yang bawa Ruby, atau dia yang ikut aku?"

Keenan lalu meninggalkan Nayla ke kamar mandi.

***

Keesokan harinya saat di kantor, Keenan masih memikirkan soal hubungan Jihan dan Gio.

“Ke mana mereka akan pergi kemarin?” batinnya.

Andre lalu masuk ke dalam ruangannya, memecah lamunannya.

Keenan kemudian meminta tolong Andre untuk menyambungkan teleponnya dengan Inka, karena ia ingin meminta nomor ponsel Jihan yang baru.

“Jadi, kemarin-kemarin, Pak Keenan belum mendapatkannya?" tanya Andre kebingungan.

Keenan kemudian menjelaskan, bahwa Jihan begitu tertutup padanya, dan tak mau hidupnya diusik dengan Keenan mengetahui nomor ponselnya.

Andre dengan cepat menghubungi Inka, lalu menyambungkannya dengan Keenan.

“Selamat pagi, Bu Inka, apa kabar? Masih ingat saya? Kemarin saya baru saja mengunjungi rumah Ale di Bandung, kemarin saya juga bertemu dengan Gio, adik Bu Inka. Hanya saja, saya lupa meminta nomor ponsel Bu Jihan, selaku ibu kandung Ale. Bisa saya meminta Bu Inka memberikan nomornya?” tanya Keenan berharap Inka bisa diajak bekerja sama dengan baik.

Sayangnya, Inka tak bisa begitu saja memberikan nomor ponsel Jihan, tanpa seizin orang yang bersangkutan. Ia lalu meminta waktu pada Keenan agar menunggunya sebentar, sembari ia menanyakan dahulu hal ini pada Jihan. Inka sendiri masih kebingungan kenapa Keenan bisa tiba-tiba mendatangi Ale tanpa memberitahunya selaku orang tua pendamping.

Merasa hal ini akan menggagalkan rencananya, karena Jihan tak mungkin menyetujuinya. Keenan dengan tegas mengatakan bahwa Inka tak perlu menanyakannya pada Jihan, karena dirinya adalah ayah kandung Ale.

Sontak Inka terkejut dan hanya bisa terdiam, tak bisa berkata apa pun karena tak tahu harus berbuat apa, setelah mendengar pengakuan Keenan.

“Bagaimana, Bu Inka? Kalau tidak percaya, Bu Inka bisa tanyakan nanti pada Jihan, meski saya yakin dia tak akan mau jujur tentang status kami. Saya hanya ingin menghubunginya, untuk memberitahukan sesuatu yang penting pada Jihan. Yang jelas, Bu Inka tak perlu khawatir saya akan berbuat jahat, karena Ibu tahu reputasi saya, yang tidak mungkin akan menyalahgunakan data pribadi Ibu Jihan. Saya tunggu ya, Bu, mohon kerja samanya.” Keenan lalu menutup telepon.

Karena Jihan sedang menjemput Ale, Inka tak ada waktu untuk menunggunya, karena ia sangat kebingungan. Ia harus segera mengirimkan nomor ponsel Jihan pada Keenan. Hingga akhirnya, dengan terpaksa ia mengirimkannya melalui Andre. Berharap apa yang Keenan ucapkan adalah benar, dan bukan untuk sesuatu yang salah.

Sementara itu, Jihan yang baru saja tiba di sekolah Ale, ikut masuk ke dalam karena harus membayar SPP bulan ini.

“Silakan, Bu Jihan,” ujar wali sekolah Ale dengan ramah, saat Jihan masuk ke dalam ruangannya.

“Iya, Bu. Saya mau membayar SPP Ale untuk bulan ini,” tutur Jihan sembari mengambil dompetnya.

“Sebentar, di catatan sudah lengkap kok, Bu, pembayaran SPP Ale hingga tahun depan,” jelas wali jelas Ale saat membuka buku besarnya.

Seketika Jihan kebingungan.

...****************...

1
LISA
Kenan tuh yg bayarin SPP nya Ale
Eva Nietha✌🏻
Ale pinter
Eva Nietha✌🏻
Keren
Eva Nietha✌🏻
Kena deh bakal viral nih Nayla
Eva Nietha✌🏻
Kapok kamu pak Basuki
Eva Nietha✌🏻
Ale hebat
Eva Nietha✌🏻
Wah ale viral
Eva Nietha✌🏻
Feeling anak sm bapaknya
Eva Nietha✌🏻
Ayo keenan tegas
Eva Nietha✌🏻
Keren ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Makin seru thor
Eva Nietha✌🏻
Suka
Siti Nuraini
aq suka ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Berjumpa jg deh
Eva Nietha✌🏻
Seru banget
Eva Nietha✌🏻
Seru
Eva Nietha✌🏻
Msh lanjut
Eva Nietha✌🏻
Merapat kk
munaroh
owhh,,, Wina ada main dg Rio thoo? 🤔
munaroh
wallahhh,,, Wina urung kapok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!