NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERJUANGAN DIYAN

Gadis kecil kisaran usia sepuluh tahun sedang belajar, fokusnya teralihkan oleh suasana di luar yang tiba-tiba saja berubah drastis. Lewat jendela dia menatap ke langit biru cerah bertabur awan-awan putih yang perlahan-lahan bertransformasi menjadi pekat, karena terkontaminasi oleh awan-awan gelap yang datang menggulung.

Baru pukul lima sore, langit yang semula masih cerah dalam sekejap sudah menjadi gelap gulita. Sang ibu pun buru-buru datang untuk menarik tirai jendela.

"Ibu, kenapa sudah ditutup? Ini masih sore." Gadis itu protes.

"Apa kamu nggak lihat langit begitu gelap?" Sang ibu membalas sambil berlalu.

Di sisi lain, dua orang pria sedang menyusuri jembatan danau---sepertinya baru saja dari candi---berhenti dan menatap langit.

"Kenapa tiba-tiba mendung?"

"Mending cepat pulang. Aku nggak mau kehujanan."

"Apa kamu nggak merasa ada yang aneh?" Pria ini bertanya sembari berjalan bergegas mengejar teman yang sudah meninggalkannya.

"Aku rasa nggak ada yang merasa nggak aneh, tapi enggan membicarakannya. Sebaiknya kamu juga jangan sembarangan bicara."

"Kenapa? Memangnya apa yang akan menimpaku kalau aku membicarakannya? Apa aku akan mati gosong sep---" Pria cerewet ini seketika bungkam dan berhenti berjalan ketika merasakan tempatnya berpijak tiba-tiba bergetar.

"Mulut brengsek!" Si teman mengumpat dan segara berlari meninggalkannya.

"Woe! Tunggu aku! Kamu sungguh nggak setia kawan!"

Keduanya berlari menembus pekat. Pekat ... membuat cahaya lampu jalan yang biasanya terang benderang terasa redup.

"Hindarkan Desa ini dari segala malapetaka, ya, Pencipta semesta." Bu Salamah mengucap doa singkat sambil menatap langit dari jendela dapur.

"Apa nggak sebaiknya kita menghubungi Pak Satria dan Bu Harnum?" Berdiri di samping istrinya, wajah Pak Fikri terlihat suram. Dalam ujarannya tersirat kekhawatiran.

"Aku sudah menelpon Bu Harnum. Dia bilang Diyan sedang sakit."

Mata Pak Fikri yang aslinya sudah besar, terlihat semakin besar melotot. Setelah itu nyerocos, "Apa parah? Apa mereka sudah membawanya ke klinik desa atau ke rumah sakit kota? Sebaiknya aku ke sana."

"Nggak perlu. Bu Harnum bilang dia hanya demam karena dua hari yang lalu kehujanan saat hendak ke candi."

"Oh!" Andai saja matanya masih bisa melebar lebih dari itu, Pak Fikri pasti akan membelalakkannya lebih lebar lagi.

"Kamu kenapa terkejut begitu?" Bu Salamah menatap suaminya dengan mata menyipit curiga, nada bicaranya pun seperti tuduhan.

"Emh, itu ... Arka sempat nghubungi aku dan menanyakan gadis yang ciri-cirinya sangat cocodengan Ambar."

Alih-alih terkejut, Bu Salamah justru termenung. Dia teringat pada Srintil. "Ngomong-ngomong, sudah hampir seminggu ini aku nggak pernah lihat Sri keliaran," gumamnya. "Aku malah lebih sering lihat Ambar, padahal biasanya si sulung itu sangat jarang ke luar rumah."

"Dan mereka itu orang-orang yang nggak pernah nginjakkan kaki di candi, tapi aneh loh, Arka bilang sudah lihat gadis yang ciri-cirinya mirip Ambar itu berada di jembatan candi."

"Jadi Arka melihatnya dua hari lalu?"

Pak Fikri mengangguk. "Arka bilang, gara-gara kesenggol gadis itulah mereka terpeleset dan akhirnya jatuh."

"Aduh, Gusti! Kenapa Bu Salamah nggak cerita sama aku, ya?" Bu Salamah segera menyambar ponselnya dari atas kulkas.

Pak Fikri hanya diam. Percuma mengatakan kalau sebenarnya Arka tidak menceritakan perihal Ambar pada orang tuanya. Bu Salamah pasti tidak mau mendengarkannya.

Tidak lama kemudian Bu Salamah sudah mematikan sambungan. Dia menatap suaminya dan berkata, "Bu Harnum bilang Diyan baik-baik saja, sekarang sedang tidur. Tapi kok, aku ngerasa suara Bu Harnum serak-serak sengau kayak orang yang habis nangis."

"Apa perlu kita ke sana? Tapi kayaknya sih nggak usah, paling nggak ya jangan sekarang. Takutnya malah mengganggu Diyan yang lagi tidur. Besok pagi saja, gimana?"

Bu Salamah sependapat dengan ide suaminya. Setelah itu, keduanya pun menyibukkan diri dengan persiapan makan malam.

Di kamarnya, Diyan memang tengah tidur lelap. Namun, di alam mimpi dia sedang berjuang melawan rasa sakit juga godaan dari sang iblis. Bersama angin yang berembus kencang, awan hitam datang bergulung-gulung membentuk pusaran tepat di atas Diyan yang mengambang di udara dalam keadaan tersungkur. Angin seolah menopang tubuhnya ... tubuh yang terasa sakit, panas, dan lemah.

Tatapannya terpaku pada makhluk setengah raksasa sewarna merah bara, bertanduk, dan bertaring panjang, yang sedang menertawakannya.

Bibir Diyan berkali-kali meringis, menahan segala rasa tidak nyaman yang mendera seluruh tubuhnya dari luar dan dari dalam.

"Memohonlah, Diyan. Memohonlah padaku untuk dibebaskan dari penderitan." Makhluk mengerikan sekaligus menjijikkan itu tergelak panjang sambil mendongak. Mulutnya yang terbuka lebar terlihat seperti perapian yang membara.

"Aku nggak akan ngelakuin sesuatu yang nggak akan pernah dilakuin oleh Mas Arka." Meskipun suara Diyan tidak lantang, tetapi penuh penekanan dan tekad. "Aku nggak akan pernah membuat Mas Arka kecewa. Cam kan itu, makhluk jelek."

Tawa makhluk jelmaan Luciel itu seketika berhenti. Api yang menjilat-jilat dalam matanya menatap penuh angkara.

"Kenapa? Apa karena dia saudara tuamu? Kalau itu alasannya, akulah yang seharusnya kamu turuti. Aku adalah saudara tertua---"

"Nggak akan!" Mengerahkan seluruh tenaga, Diyan berteriak. Setelah itu, perlahan, dengan menjadikan kedua siku sebagai tumpuan, tubuh lemahnya bergerak naik, kaki yang gemetaran pun satu per satu ditekuk hingga akhirnya lutut berhasil menapak untuk menopang tubuhnya yang nyaris tanpa daya.

"Kamu berani melawanku sendirian, bocah?! Apa kamu benar-benar lupa padaku, hah?!" Bhanu Angkara berang. Dia terbang gusar memutari Diyan yang tengah berlutut dengan seluruh tubuh gemetaran.

"Aku nggak pernah sendirian ... Mas Arka selalu ada bersamaku. Dia bilang ... aku akan tetap baik-baik saja asal nggak mengikutimu. Satu lagi ... aku nggak kenal kamu."

Bahu dan dada Diyan turun-naik tidak beraturan, rasa sakit di punggung dan hawa panas yang menyebar di seluruh tubuh membuatnya lemah. Lututnya gemetar hebat, tetapi dia mencoba untuk tetap bertahan.

Tadi, dengan tekad besar karena tidak ingin mendengar sang kakak terus meratap mengasihaninya, juga berusaha keras mengusir suara-suara Bhanu Angkara untuknya, Diyan pun berhasil membawa Bhanu Angkara menyingkir ke dimensi mimpi yang tidak bisa dijangkau oleh Arka. Diyan sudah berhasil sejauh ini, tentu saja tidak ingin kalah lagi dan semua usahanya menjadi sia-sia.

Arka butuh istirahat lebih dari cukup dan itu bisa terjadi jika Diyan tidur nyenyak. Diyan sadar, dirinya tidak mungkin menang melawan Bhanu Angkara. Jadi, yang dia lakukan sekarang ini hanyalah mengulur waktu hingga tenaga sang kakak pulih kembali.

"Tentu saja mereka nggak akan pernah menceritakan tentang jati dirimu, untuk mencegah informasi keberadaan kalian sampai kepadaku."

"Aku ... nggak ingin dengar. Apa pun itu---"

"Kamu altair, Diyan! Kamu altair sama seperti aku---"

Altair? Bukankah kisah tentang manusia-manusia elang petarung pemburu Kala itu hanyalah mitos? Lalu, bagaimana bisa aku adalah salah satu dari kisah mitos itu? Omong kosong.

[Kala: sebutan iblis di dalam kisah mitos altair]

Diyan tidak mau ambil pusing tentang altair atau apalah itu. Dengan gusar berteriak, "Jika sepertimu adalah gambaran altair... aku nggak bisa menggambarkan lebih buruk lagi bagaimana rupa Kala!" Akibat berteriakannya itu, tarikan napas Diyan semakin cepat dan pendek-pendek.

Alih-akih marah, Bhanu Angkara malah tergelak-gelak. Setelah itu kembali membujuk, "Datanglah padaku! Bersamaku kamu nggak akan menderita lagi. Bersama kita akan menguasai dunia---"

"Aku nggak ingin berkuasa dan nggak butuh itu semua untuk bahagia ... keluarga kecil sudah cukup. Ayah, ibu, dan Mas Arka ...."

"Dengarkan aku, Diyan! Dengar, Bhanu, Arka, dan Diyan ... kamu tahu kan kalau nama kita memiliki arti yang sama, huh?! Cahaya ... terang! Kita ditakdirkan untuk menjadi lentera dunia---"

"Nggak penting arti nama? Kamu bukan lentera, Bhanu Angkara ... kamu adalah api angkara murka, sama persis seperti namamu!" Menahan segala rasa sakit di tubuhnya, Diyan memaksakan diri tersenyum mencemooh.

Bhanu Angkara pun dengan tidak tahu malu malah terbahak. "Kamu benar! Tepat sekali Diyan. Aku adalah---"

"Enyahlah! Aku nggak mau dengar omong kosong lagi! Pergi ... pergi---argh!" Diyan merasakan punggungnya semakin panas dan berdenyut-denyut sakit. Saat kesanggupannya tidak kuasa lagi menahan tubuh yang sudah mencapai batas, kedua tangannya pun akhirnya turut menapak untuk menopang tubuh yang sudah sangat kepayahan.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!