"Mari kita berpisah"
"Berani sekali kau menantangku! Kau pikir kau bisa hidup tanpa uangku?"
"Selama aku masih bisa bernafas, Tuhan pasti akan memberiku jalan"
"Baiklah, ku beri kau waktu 2 minggu untuk pergi dari mansionku. Aku akan lihat bagaimana menderitanya kau di luar sana tanpa uangku"
Renata membalikkan badan.
"Mau apa kau?"
"Mengemasi barangku"
"Kau tak membawa apapun saat kesini. Jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini"
Renata terpaksa harus menikah dengan Radika sang kakak ipar. Menggantikan posisi kakak kandungnya yang sudah meninggal karena alasan balas budi pada keluarga besar Mahesa yang sudah membiayai kehidupan dirinya dan kakanya saat masih kecil.
Lalu bagaimana kehidupan Renata setelah menjadi istri dari CEO kejam itu?
Apakah ia sanggup meluluhkan hati Radika?
Apakah ia sanggup menerima siksaan fisik dan siksaan batin yang terus terusan di berikan oleh suaminya?
Yuk ikuti kisah serunya.. 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan ibu kota
"Anak siapa?"
Jedduuuarrr
Bak tersambar petir di tengah terik mentari. Pertanyaan singkat yang keluar dari bibir Radika mampu membuat secuil hati kecil Renata seketika tersayat.
"Anak siapa yang sedang kau kandung?" Radika mendekat dan menjambak rambut Renata hingga dagunya terangkat ke atas karena menahan sakit.
"Aku menikah hanya sekali, berhubungan badan pun hanya dengan satu orang. Lalu apakah pantas jika dalam kehamilanku ini di pertanyakan siapa ayah dari bayi yang aku kandung?"
"Dasar bodoh! Itu bukan jawaban"
"aww" Renata merintih kesakitan saat rambutnya semakin ditarik paksa ke belakang.
"Sekali lagi aku bertanya. Berapa kali kau berhubungan badan dengan laki laki itu?"
Jleb
Tuduhan yang begitu menyakitkan. Hati wanita mana yang tak sakit saat di tuduh melakukan hal keji macam ini? Hal yang sama sekali tak pernah ia lakukan bahkan dalam waktu sedetik pun?
Tes
Tes
Air mata Renata tak dapat di pertahankan. Ia tak mampu untuk membendung derasnya aliran air dari kedua bola mata yang kini mulai berjatuhan membasahi pipi wanita cantik itu.
"Dasar bodoh! Air matamu tak akan mampu menjawab pertanyaanku dan menyelesaikan semua masalah ini"
Radika membanting keras cekalan rambut yang ia genggam sejak tadi. Beruntunglah tangan Renata dengan sigap meraih ujung meja yang ada di sampingnya. Sehingga saat ia terbanting, tubuhnya tak lantas jatuh dan tersungkur ke lantai . Karena sebenarnya yang paling ingin ia lindungi adalah pada bagian perutnya.
"Pergi dari sini!"
"Kak Dika mengusirku?"
"Ya, aku mengusirmu. Pergi dari mansionku sekarang juga! Jangan pernah muncul dihadapanku sebelum kau bisa membuktikan bahwa bayi itu adalah anakku"
"Baiklah, aku akan pergi saat ini juga. Lupakan kembali dan membuktikan bahwa aku tak bersalah"
Dan pada saatnya itu tiba aku akan membuatmu berada dalam jurang penyesalan yang sangat dalam.
Renata segera bangkit dan meninggalkan Radika begitu saja. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, Radika sudah lebih dulu memanggilnya kembali yang akhirnya membuat Renata mau tak mau harus menghentikan langkahnya meski tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
"Jangan membawa apapun dari mansion ini! Ingat kamu ke sini hanya tangan kosong. Jadi pergilah dengan tangan kosong juga"
Renata tak mananggapi ucapan Radika. Ia lebih memilih melanjutkan langkahnya dan meninggalkan suami kejamnya itu.
Tangannya terus manahan bagian perut yang terasa sangat nyeri. Ia hanya berharap ginjalnya bisa diajak kompromi pagi ini. Ya setidaknya jangan kambuh selama di perjalanan nanti.
"Tunggu!"
"Apalagi? Tanya Renata yang kembali berhenti namun tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.
"Cepat bawa pergi tas kamu ini"
"Untuk apa aku membawanya? Bukankah tas mewah itu adalah barang pemberianmu dua hari yang lalu?"
"Kau bisa membawanya. Anggap saja itu adalah hadiah dan bayaran karena kau sudah pernah menghangatkan ranjangku"
Renata tersenyum smirk. Tanpa pikir panjang, Renata pun segera menyambar tas mewah beserta isinya tersebut.
Renata memang sengaja mengambil tas mewah beserta isi di dalamnya. Bukan karena dirinya menerima begitu saja saat di hina dan di samakan dengan seorang pelacur oleh suaminya. Namun ia lebih memikirkan bagaimana kedepannya nanti. Karena mau bagaimanapun juga, Renata pasti akan membutuhkan barang barang tersebut.
"Aaaaahh"
Teriak Radika menatap kepergian sang istri hingga menghilang dibalik pintu. Kemudian membanting beberapa barang yang ada di meja kerjanya kala sang istri benar benar sudah menghilang.
"Dasar Wanita Jalang!"
Sementara Renata, ia terus berjalan sangat pelan. Rasa nyeri di perutnya yang semakin menjadi membuat ia tak mampu lagi melanjutkan langkahnya. Ia pun lebih memilih untuk berhenti di sebuah pohon yang rindang.
Nafasnya terengah. Tenggorokannya tercekat. Juga perutnya pun semakin melilit. Wajar saja jika saat ini ia merasa lapar. Karena tadi pagi ia tidak memakan makanan berat. Renata hanya memakan sedikit cemilan dan minum susu hamil.
Yah itu rutinitas yang biasa dilakukan setiap harinya pada saat hamil . Tidak pernah memakan nasi di pagi hari karena itu akan membuat perutnya semakin mual dan bahkan bisa sampai muntah.
Renata menghela nafas berat. Bersamaan dengan itu juga, ia tersenyum tipis saat membuka tas dan melihat isi yang ada di dalamnya. Ada ponsel mahal dan juga dompet yang padat berisi.
Beruntunglah di dalam tas itu terdapat banyak uang, jadi ia bisa pergi ke dokter pagi ini.
Sebelum pergi, Renata berniat memeriksaan kehamilannya terlebih dahulu. Kebetulan vitamin dan obat penguat kandungannya juga sudah habis.
"Maaf bu, dokter Alex sedang cuti. Apa ibu mau mengganti jadwal dengan dokter lain?"
"Cuti berapa lama sus?"
"Beliau ambil cuti satu minggu"
"Kalau boleh tau, dokter Alex cuti dalam rangka apa ya?"
"Dokter sedang ada acara keluarga di Singapura"
"Singapura?"
"Iya bu"
"Oh, ya sudah. Kalau begitu saya tidak jadi periksa. Lain kali saja"
"Baik bu"
Ya, sebenarnya setelah periksa kandungan, Renata akan memeriksakan keadaan ginjalnya pada dokter Alex. Namun sayangnya dokter itu malah sedang mengambil cuti selama satu minggu.
Satu minggu di Singapura? Itu artinya mereka berada di negara yang sama. Tania sahabatku.. Semoga kau tak salah dalam melangkah.
Setelah dari rumah sakit, Renata segera pergi ke bandara untuk memesan tiket pesawat. Ia bertekat untuk pergi jauh dari ibu kota. Tinggal di pedesaan adalah pilihan terakhirnya.
Tapi sebelum pergi, Renata menyempatkan diri untuk menjual ponselnya. Ia bahkan juga menjual tas branded hadiah dari suaminya itu guna meninggalkan jejak dirinya agar tak terdeteksi oleh Radika dan para pengawal mansion suaminya.
Sepertinya kepergian dirinya kali ini benar benar sangat terperinci hingga detail.
Setelah mendarat di kota S, Renata segera menyewa rumah kontrakan. Ia sengaja memilih kontrakan yang sangat sederhana agar bisa berhemat karena pasti ia akan membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk kedepannya nanti.
Sayang.. Bantu mama untuk bertahan ya nak. Bantu mama untuk berjuang menjalani semua takdir kita. Mama janji, bagaimanapun keadaan mama nanti, mama akan tetap memperjuangkan dirimu agar bisa melihat indahnya dunia.
...****************...
Sementara di sudut ruang yang luas, tampak seorang pemuda tampan tengah gelisah di atas ranjangnya. Ia bahkan tak bisa memejamkan matanya karena bayang seorang wanita lugu terus melintas di alam pikirnya.
"Ah sial! Kenapa wanita itu terus melintas di depanku. Sangat memuakkan!"
Karena penasaran, ia pun membuka ponsel yang sudah ia sambungkan dengan cctv dan gps di beberapa barang elektronik penting miliknya.
"Apa ini? Kenapa GPSnya berhenti di sebuah toko? Apa yang mau dia beli?"
📩 Jo, cepat kesini sekarang juga
Sekertaris Jo hanya bisa menghela nafas berat saat mendapat pesan dari atasan. Baginya ini adalah sebuah perintah yang harus di laksanakan.
"Mau kemana?"
"Tidurlah dulu, aku ada urusan sebentar"
.
.