Selesai membaca biasakan tekan LIKE ya.
Seorang perempuan cantik bernama Nindi harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya yang tak lain adalah seorang pengusaha muda yang sukses.
Nindi tak bisa menolak permintaan sang papa dengan alasan balas budi, dia dengan terpaksa menerima pernikahan itu karena tak ingin membuat kedua orang tuanya bersedih.
Akankah hidup Nindi bahagia dengan pria pilihan orang tuanya itu atau justru berakhir dengan kesedihan??
Yuk simak kelanjutan kisah mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Hari pernikahan Nindi dan Tristan sudah dekat, tinggal hitungan hari saja. Nindi tak di perbolehkan untuk keluar rumah dengan kata lain Nindi sedang dipingit, untuk undangan pun sudah tersebar semua.
Bahkan ada beberapa teman atau kerabat yang tak percaya saat menerima undangan itu dan langsung menghubungi Nindi ataupun kedua orang tuanya untuk mengkonfirmasi tentang berita ini benar atau undangan itu salah cetak, hanya nama saja yang sama. Sungguh Nindi di buat tertawa mendengar pertanyaaan mereka. Mungkin karena Nindi jarang terlihat bersama dengan pria.
"Sayang tak terasa ya, putri kecil kita sudah besar ya,'' kata pak Andre kepada istrinya.
Saat ini pasangan suami istri itu sedang bersantai di taman belakang yang terdapat kursi dan meja untuk bersantai menikmati waktu santai di pagi, sore dan malam hari, meskipun sudah malam namun pemandangan di sini terlihat bagus, lampu-lampu kecil menghiasi beberapa sudut taman menyala semakin membuat suasana terlihat romantis, bintang bersinar terang, angin berhembus membuat udara sejuk namun tak terasa dingin. Siapapun pasti betah berlama-lama di sini dengan suasana begitu tenang.
"Iya pa, bunda juga ingat waktu kecil dulu setiap pagi Nindi selalu merengek ingin ikut kamu kerja, eh tak sekarang Nindi sudah besar dan sekarang sudah mau menikah saja. Tak terasa ya Pa kalau waktu cepat berlalu. Kita semakin tua ya Pa,'' kata bunda sambil tertawa pelan mengingat masa lalu.
"Kata siapa Papa sudah tua, Papa masih muda tau bahkan Papa masih kuat main 5 ronde sama bunda,'' kata Pak Andre sambil mengedipkan matanya genit ke arah sang istri.
Bunda yang melihat kelakuan mesum suaminya pun menjadi malu. "Papa jangan mesum deh, nanti dilihat orang kan malu," kata bunda tersipu malu, sambil melirik ke seluruh arah memastikan tak ada orang yang melihat ataupun lewat.
"Menang siapa yang berani lewat sini atau mengintip kita," kata pak Andre dengan senyum percaya dirinya.
"Ehemmm..... Ehemmm....."
"Siapa menganggu saja, mau ku pecat hah," kesal pak Andre karena acara romantis-romantisnya di ganggu. Pak Andre belum tahu siapa yang telah lancang menganggu dirinya saat ini.
"Entah lah Pa, siapa? Oh ya Pa memang siapa yang berani menegur kita ya pa?" Kata bunda bertanya kepada pak Andre dengan heran.
"Eehemm asyik ya," tegur suara itu kesekian kalinya.
Bunda dan Pak Andre saling berpandangan dengan bahasa isyarat lewat lirikan mata seolah bertanya apakah kenal dengan suara tadi.
"Ehemmmm...."
Pak Andre dan bunda langsung menoleh dengan cepat saat mendengar orang itu masih saja usil dan menganggu keduanya.
"Nindiiii...... Bunda kirain siapa?" Teriak bunda karena kaget saat melihat orang yang berdehem ternyata putri kesayangannya.
"Dasar anak nakal, Papa kira pelayan mana yang begitu lancang dan berani menganggu kebersamaan bunda dan papa, ternyata kamu,'' kesal pak Andre.
"Ya habis sudah malam masih saja bermesraan di sini, papa dan bunda tidak kasihan banyak orang jomblo di sini," gerutu Nindi.
"Ya mana papa ngerti, itu kan resiko mereka yang jomblo karena ngintip orang pacaran ya kan Bun," kata Pak Andre kepada sang istri dan diangguki oleh bunda.
"Iya nak, lagian Bunda sama papa sedang menikmati suasana malam hari saja," jawab bunda.
"Mentang-mentang anaknya jomblo di ledekin," gerutu Nindi.
"Menikmati suasana apaan, pacaran iya," batin Nindi.
"Maka nya telepon Tristan biar ada teman ngobrol," saran bunda.
"Ih bunda,kok Tristan sih di bawa-bawa," protes Nindi dengan bibir cemberut.
"Ya benar kata bunda, kan tadi kan kamu sendiri yang bilang jomblo jadi hubungi saja Tristan biar tidak di kira jomblo lagi kan beres," kata pak Andre dengan senyum menggoda. Menggoda putrinya agar semakin kesal saja dan benar saja Nindi mendengar ucapan pak Andre semakin kesal.
"Ya gengsi lah pa, masa cewek duluan yang menghubungi cowok," ceplos Nindi membuat bunda terkekeh.
"Sebentar lagi jadi suami istri masih saja gengsi," ledek pak Andre.
"Papa sih tidak tahu perasaan Nindi, ketemu saja belum pernah masa di suruh menghubungi tuh orang. Terus Nindi bilang apa kalau dia tanya kenapa telepon malam-malam," sungut Nindi.
"Gampang, bilang saja aku kangen," jawab pak Andre dengan lancar.
"Ih malu tahu pa," kata Nindi menghentakkan kakinya.
"Stttt jangan godain anaknya terus, kasihan," lerai bunda.
"Benar tuh Bun, marahin saja tuh papa," Nindi tersenyum saat bunda membela dirinya.
"Tetapi benar kata papa, coba kamu telepon Tristan biar semakin akrab," kata bunda.
Nindi yang tadi senang karena dapat pembelaan kini langsung berubah masam mendengar ucapan sang Bunda.
"Auh ah gelap," kesal Nindi.
Pak Andre dan bunda pun mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku putri kesayangannya.
"Sudah malam Pa, Bun, angin malam tidak baik untuk orang tua," kata Nindi mengingatkan keduanya namun dengan wajah cemberut karena sedari tadi sang papa justru meledek dirinya terus.
Nindi dengan cepat berlari pergi dengan wajah kesal meninggalkan kedua orang tuanya yang masih betah duduk di sana.
"Papa sih suka sekali godain anaknya, jadinya ngambek kan," kata bunda tak habis pikir.
"He he he he he, ya kapan lagi ada kesempatan buat anak itu kesal Bun. Sebentar lagi dia kan menikah dan ikut suaminya," jawab pak Andre di akhiri dengan nada sendu karena putri satu-satunya akan segera menikah dan jadi milik orang.
"Sudah papa jangan sedih, ayo tidur yuk. Bunda sudah ngantuk," ajak bunda.
"Iya tetapi olahraga malam ya," pinta pak Andre dengan genit.
"Ck dasar pak tua tidak ingat umur, nanti encok loh pa," kata Bunda.
"Ayo lah Bun," rengek pak Andre.
Bunda tak menggubris dan berjalan pergi meninggalkan pak Andre yang lesu.
"Bunda tungguin Papa," oceh pak Andre masih mengejar istrinya.
.
.
Brakkk..... Pintu kamar Nindi di tutup dengan kencang, mungkin efek nindi masih kesal.
"Papa masa anaknya disuruh menghubungi pria duluan kan malu," gerutu Nindi sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Tuh cowok juga padahal dia yang melamar, eh masa tidak ingin sekalipun bertemu dengan ku. Apa dia terpaksa ya, ih kok ngeri ya membayangkan nanti rumah tangga ku seperti novel-novel itu. Yang suaminya menikah karena terpaksa dan tak memperdulikan istrinya terus lebih memilih selingkuh dengan kekasihnya. Duh amit-amit jangan sampai, kalau dia berani begitu dengan ku nanti ku hajar saja orang secara Nindi kan jago karate, he he he," kata Nindi berbicara sendiri, entah dirinya membayangkan pernikahannya nanti seperti apa.
"Hoam..... Tidur ah."
Kring... Kring...
Kring ... Kring...
"Duh siapa sih ganggu orang mau tidur, ah jangan-jangan Tristan," kata Nindi.
Bergegas Nindi mengambil ponselnya. Dia mengerutkan keningnya saat melihat siapa yang menghubungi dirinya.
"Kenapa nih buaya menghubungi ku," kesal Nindi ternyata bukan nama Tristan yang tertera di layar melainkan orang yang dia benci.
Bersambung.....
Hilihhh ngk usah kaget bgtu lann.. kau kan udah sahh jadi bini Kevin.. ya bobok bareng lahh🤣
Dihh yg udah sahhh main sosorrr ajaa....
selamat buat Wulan bar .bar udah solt out tinggal Vera dan Rita
alhamdulilah selamat yahh nin n Tristan 🥰🥰
dan sekarang g tingal ijapp sahhh😂😂
Ayahh Vera sakit tohhh😳