Dear Mantan Nikah Yuk

Setelah di rasa kondisinya mulai membaik Kharis mulai berkemas di saat semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing berhitung juga dengan Faris dan Soni yang sibuk dengan pekerjaan mereka.

Kharis mengeluarkan dompet nya dan mulai ingin menarik uang yang dia miliki. Kharis memilih kembali ke tanah air dan membeli tiket pesawat untuk dia kembali.

Sedangkan Soni dan Faris yang mencari keberadaan kharis merasa heran saat tak melihat lagi kharis di ruang perawatan. Mereka mencari hingga kedapur umum tapi tak menemukan keberadaan kharis.

"Kemana dia?" tanya Faris.

Soni hanya diam dan melihat Nindya yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya menatap nindya.

"Dia pasti tau di mana kharis." tunjuk Soni kearah nindya.

Mereka berdua mendekat kearah Nindya dan Nindya yang menyadari jika Soni dan teman nya mendekat kearah nya pura - pura tak tahu.

"Kamu lihat Kharis?" tanya Soni.

"Gak" jawab Nindya dengan nada ketus.

Mendengar jawaban ketus dari Nindya mereka berdua tau jika Nindya pasti tau di mana keberadaan Kharis.

"Jangan bohong Nindya, mendengar jawaban kamu saya yakin kamu pasti tau di mana Kharis berada kan?" tanya Faris.

"Saya gak tau dan saya gak mau tau. Mau dia ada di sini atau tidak bukan urusan saya, karena saya muak punya teman yang munafik seperti dia." ucap Nindy.

"Maksud kamu apa?" tanya Faris dengan menatap heran Nindy.

Soni yang mendengar ucapan kasar Nindya mengerutkan dahi, begitu juga dengan Faris dia menatap heran Nindya.

"Kalian sedang bertengkar?" tanya Faris.

"Iya saya benci dia, dia bilang dia gak ada hubungan apa pun sama pak Soni tapi nyatanya saat dia sedang sekarat dan mau mati pak Soni dekat dengan dia dan begitu perhatian, dia tau saya suka sama pak Soni maka nya dia sengaja melukai hati saya. Dia bukan teman yang baik buat saya." ucap Nindya kesal.

Soni yang mendengar ucapan Nindya hanya menggeleng kepala dia menatap dingin Nindya saat tau Nindya menyukai nya.

"Ayo Fariz kita cari ke tempat lain." ajak Soni.

Mendengar ucapan Soni yang akan mencari Kharis ketempat lain, membuat Nindya kesal dan menarik tangan Soni.

"Tunggu pak soni? jujur saya suka sama bapak maka nya saya masih bertahan di sini agar bisa melihat bapak terus." ucap Nindya.

Soni hanya diam di tak tahu harus bersikap seperti apa, di satu sisi hati nya sulit melupakan kenangan bersama Kharis di satu sisi Kharis ingin dia melupakan nya.

"Jangan terlalu berharap sama saya! saya permisi." ucap Soni.

Nindy yang mendengar jawaban dari Soni tau jika Soni berharap lebih dengan Kharis.

"Saya gak akan biarin kamu mendapatkan apa yang kamu mau Kharis." batin Nindy dengan menatap kepergian Soni dan Faris

Faris dan Soni mencari keberadaan Kharis hingga dia bertanya ke tempat anak - anak berharap mereka melihat Kharis.

"Kalian lihat kak Kharisma?" tanya Soni.

"Lihat tadi dia pamit sama kita, kata nya mau pulang ke indonesia. Kami sedih di tinggal oleh kak Kharis. Berharap suatu saat kami bisa bertemu lagi dengan kak Kharis." jawab anak kecil dengan polos.

Tatapan Soni dan Faris saling bertemu sekarang mereka merasa lega saat tau Kharis pulang. Tapi yang membuat Soni heran jadwal penjemputan relawan tidak ada hari ini melainkan kan tiga hari lagi.

"Apa dia pulang sendiri dengan naik pesawat." batin Soni.

Soni bertekad setelah pulang dari tugas nya dia akan mencari Kharis di rumah keluarga Wijaya, Dia ingin memperbaiki hubungan nya dengan Kharis.

Begitu juga dengan Faris dia ingin menyatakan perasaan nya terhadap Kharis saat dia sudah pulang nanti dan mencari di mana alamat rumah Kharis.

*****

Sedangkan di tempat Kharis setelah perjalanan yang cukup jauh dia memesan taksi dan menuju ke alamat rumah keluarga Karin. Saat sampai di seberang pagar rumah mewah itu Kharis tak turun dia hanya melihat saja dari dalam taksi tanpa menurun kan kaca jendela nya.

Kharis melihat Karin bersama dengan Raihan tersenyum bahagia. Melihat keluarga nya bahagia dan baik - baik saja dia tersenyum, dia sudah mengikhlaskan segalanya mereka semua menaiki bus besar karena mereka akan libur ke desa.

"Mereka pasti mau ke desa. ternyata benar keberadaan saya tak pernah di anggap ada di rumah itu." batin Kharis.

Sebelum bus pribadi besar milik keluarga Wijaya keluar dari halaman rumah, Kharis menyuruh sang sopir taksi untuk pergi.

"Jalan pak, kita cari perumahan saja ya pak saya mau lihat - lihat rumah." ucap Kharis.

Sang sopir pun melaju menuju ke perumahan yang sederhana tapi nyaman untuk orang, tak lama mereka sampai, Kharis berkeliling melihat - lihat apa ada rumah yang akan di jual atau tidak. Saat dia menemukan nya dia langsung menghubungi pemilik rumah untuk bertanya harga nya.

Mereka janjian bertemu di rumah tersebut karena Kharis sudah lelah untuk berjalan dengan membawa kopernya berkeliling. Tak lama seorang wanita berusia sekitar 45 tahun turun dari mobil dan melihat Kharis menunggunya di depan pagar.

"Permisi kamu yang menghubungi saya tadi ya?" tanya sang pemilik rumah.

"Iya bu saya Kharis." ucap kharis dengan tersenyum ramah.

"Mari masuk mbak, rumah ini sudah siap di huni, mbak gak perlu lagi renovasi kamar nya ada tiga dan halamannya lumayan bisa buat parkir mobil." ucap sang pemilik rumah.

Kharis yang melihat rumah sangat rapi dan bersih mulai menyukainya dan mereka mulai bernegosiasi soal harga, setelah kesepakatan harga terjadi dan Kharis bisa langsung menempatinya, Karena memang Kharis butuh tempat tinggal saat ini.

Setelah beristirahat Kharis rencana nya ingin melihat keadaan butik nya yang sudah lama dia tinggal kan. Kharis tak mengecek lagi ponsel nya dia hanya mengisi daya ponsel nya saja setelah terisi penuh dia pergi ketempat di mana butik nya berada.

Tak lama Kharis sampai dan turun dia benar - benar kaget dengan apa yang dia lihat, bangunan dengan dua lantai itu hangus terbakar. Kharis menatap tak percaya dengan semua yang dia lihat. usaha yang dia bangun selama dua tahun hancur begitu saja.

"Apa yang terjadi! Kenapa bisa seperti ini?" batin Kharis menatap sedih.

Satpam yang menjaga area pertokoan mendekat kearah Kharis saat dia melihat kedatangan pemilik toko yang sudah lama tak dia lihat.

"Mbak Kharis." sapa pak Yanto.

Kharis yang mendengar suara pak Yanto langsung menatap kearah satpam tersebut dan mulai bertanya apa yang terjadi.

Mendengar apa yang di ceritakan oleh satpam membuat Kharis tau jika kebakaran di butik nya di sengaja.

Kharis mulai menghubungi Sintia dia ingin bertemu dengan Sintia dan mengambil laptop nya yang ada di rumah Sintia.