NovelToon NovelToon
Garis Takdir (Raya)

Garis Takdir (Raya)

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

••GARIS TAKDIR RAYA••

Kehidupan Raya Calista Maharani penuh luka. Dibesarkan dalam kemiskinan, dia menghadapi kebencian keluarga, penghinaan teman, dan pengkhianatan cinta. Namun, nasibnya berubah saat Liu, seorang wanita terpandang, menjodohkannya dengan sang putra, Raden Ryan Andriano Eza Sudradjat.

Harapan Raya untuk bahagia sirna ketika Ryan menolak kehadirannya. Kehidupan sebagai nyonya muda keluarga Sudradjat justru membawa lebih banyak cobaan. Dengan sifat Ryan yang keras dan pemarah, Raya seringkali dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan atau menyerah.

Sanggupkah Raya menemukan kebahagiaan di tengah badai takdir yang tak kunjung reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33: Pembahasan Ringan

KEDIAMAN SUDRAJAT

Pagi itu, suasana rumah terasa hangat dengan aroma kopi yang memenuhi udara. Di ruang makan, Cantika duduk dengan ceria, menunggu perhatian dari orang tuanya. Sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela besar, menciptakan suasana nyaman. Cantika, mengenakan piyama sederhana namun cantik, tersenyum lebar saat menyapa orang tuanya.

"Good morning, Mama, Papa, your beloved child is awake, Selamat pagi, Mama, Papa, anak kesayanganmu sudah bangun, " ujar Cantika dengan suara ceria, mengambil duduk di tempat biasanya, di seberang meja makan.

"Selamat pagi juga," balas Liu, sambil tersenyum hangat, matanya berbinar melihat putrinya yang penuh semangat. Cantika memiringkan kepalanya, menatap bingung ke arah ibu dan ayahnya yang tampak lebih tenang dari biasanya. Ia menanyakan sesuatu yang sudah mengusik pikirannya sejak tadi malam.

"Mama... Has Brother Ryan gone to the office so early? Or is he not awake yet? (Mama... Apakah Kak Ryan sudah berangkat ke kantor sepagi ini? Atau dia belum bangun?)," tanya Cantika dengan rasa ingin tahu yang besar, memperhatikan mereka dengan saksama.

"Mama tidak tahu sayang... semalam dia izin pergi setelah mengantarkan Mama pulang," jawab Liu dengan nada lembut, walaupun ada sedikit keheranan di matanya tidak biasa nya Ryan pergi tanpa berkabar lebih lanjut. Rudianto, yang duduk di samping Liu, mengangkat bahu dan melanjutkan pembicaraan dengan suara yang terdengar lebih casual, namun ada nuansa perhatian dalam nada bicaranya.

"Maybe he's with Alex. Oh, yeah, I heard last night you two went home without meeting Raya first. Where is Raya? (Mungkin dia bersama Alex. Oh, ya, kudengar tadi malam kalian berdua pulang tanpa bertemu Raya terlebih dahulu. Di mana Raya?)," ujar Rudianto, sambil menatap Cantika, mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang keberadaan Raya.

"Dia tidak ada di rumah... mungkin sedang bermain dengan teman-temannya, tapi lupa membawa ponselnya. Aku dan juga Raden sudah berusaha menghubungi, tapi dia tidak menjawab sama sekali," jawab Liu dengan suara sedikit cemas, mengusap wajahnya perlahan.

"Sudahlah, mungkin dia lupa. Pantas saja semalaman kamu langsung tidur padahal aku bertanya padamu," ujar Rudianto, mencoba meredakan kebingungan yang mulai menyebar di ruangan itu. Suasana di meja makan itu sejenak menjadi hening, hanya terdengar suara sendok yang terketuk lembut di atas piring, hingga akhirnya Liu kembali membuka pembicaraan.

"Bagaimana kalau kita ajak Raya untuk tinggal di sini saja, Mas? Bukankah itu lebih mudah untuk kita memantau dia? Aku sangat menyayangi anak itu sejak pertama kali melihatnya," ujar Liu, memecah keheningan sambil menatap suaminya dengan tatapan penuh harapan.

"Ah, aku tidak masalah," jawab Rudianto, merespon dengan tenang. "Karena sebentar lagi Raya juga akan menikah dengan Raden, jadi jika kamu ingin mengajaknya tinggal bersama di sini, itu tak masalah." Ia berbicara sambil menatap sang putri, Cantika, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya tanpa berani menyela.

"Cantik... Apa kamu setuju dengan keputusan Mama?" tanya Liu, memalingkan perhatian pada putri bungsunya, mencari persetujuan.

"Itu terserah kalian saja. Apapun yang kalian ingin lakukan, ya lakukan saja," jawab Cantika datar, nada suaranya seolah tak terlalu terpengaruh. "Lagi pula, aku akan kembali ke luar negeri setelah pernikahan selesai," tambahnya dengan santai.

"Apakah harus secepat itu, sayang? Oh, ya, apakah kamu belum bisa menerima Raya menjadi kakak iparmu?" tanya Liu, mencoba mencari penjelasan dari putrinya.

"Tentu saja aku menerima Kak Raya menjadi kakak ipar ku, hanya saja, aku tidak ingin terlalu banyak mempertanyakan keputusan kalian. Mengertilah, jika itu untuk kebahagiaan Mama, aku mendukung semua itu," Jawab nya sembari tersenyum tipis.

"Mama rasa kamu bersikap acuh tak acuh tentang pernikahan kakakmu ini, Cantik," ujar Liu, suara sedikit menegaskan ketidakpuasan.

"Aku rasa aku normal-normal saja, Mama," balas Cantika bingung dengan ucapan sang ibu.

"Sudahlah... Kamu bisa membawa Raya ke sini lagi, pun pernikahan keduanya tinggal beberapa hari lagi," ujar Rudianto, memberi keputusan akhir yang seolah tidak bisa dibantah.

"Bagaimana dengan orang tuanya? Apa ayahnya sudah pasti bisa datang?" tanya Liu, mengalihkan pandangannya dari Cantika dan kembali ke suaminya, ekspresi wajahnya mulai serius.

"Mereka keluarga yang sangat gila harta, kemarin orang ku mendatangi rumah mereka dan mereka tidak menanyakan tentang Raya sedikit pun. Bahkan setelah orang ku menjelaskan semuanya tentang tujuan kedatangannya, mereka bilang mereka akan datang jika dibayar," jawab Rudianto dengan nada datar.

"Huhhhfff... Sepertinya sifat Raya dan semua keluarganya itu sangat berbanding terbalik. Aku melihat Raya tidak seperti keluarga nya. Tapi Mas, aku harap kamu bisa tetap membawa keluarga nya untuk hadir di pernikahan nya. Aku tidak bisa membayangkan jika tak ada satupun keluarga Raya yang datang," ujar Liu, nada suaranya penuh keprihatinan.

"Semua nya sudah selesai. Kamu tidak perlu khawatir dengan itu," jawab Rudianto, menenangkan. "Baiklah, aku sudah selesai. Aku akan pergi ke kantor. Ada sedikit masalah di kantor pusat," katanya sambil mengusap bibirnya dengan tisu, lalu mencium pipi sang istri dengan lembut. Sebelum benar-benar pergi, ia menyempatkan diri untuk mencium kening sang putri, memberikan kehangatan yang terkesan seperti pamitan. Hingga akhirnya, ia benar-benar meninggalkan rumah itu, berjalan keluar dengan langkah tegas.

"Heiii, good morning, besty!" ujar Mia ceria, saat baru saja turun dari mobil. Ia tak sengaja melihat Raya yang sedang berjalan memasuki bangunan kampus, mencoba menghindari kerumunan mahasiswa yang berjalan ke kelas masing-masing.

"Emm... Pagi," jawab Raya dengan suara serak, sedikit meringis saat tangan Mia menyentuh punggungnya yang masih terasa perih. Punggung itu masih menyisakan rasa sakit akibat cambukan semalam. Ryan bukan hanya melukai betisnya, tapi juga bagian tubuh lainnya.

"Akhhh... Kenapa kamu meringis? Apa kamu sakit?" tanya Mia khawatir, matanya memeriksa wajah Raya dengan seksama.

"Mana ada seperti itu... aku baik-baik saja. Hanya saja kau sedikit membuatku terkejut karena tiba-tiba datang dari belakang seperti itu," ujar Raya berbohong, mencoba menyembunyikan kepedihan yang ada di tubuhnya. Ia tak ingin sahabatnya itu khawatir, apalagi melihatnya dalam keadaan seperti ini.

"Sungguh? Tapi kenapa jalan mu sedikit aneh ?," tanya Mia memperhatikan kaki Raya.

"Tadi aku terjatuh dari tangga, jadi seperti ini. Aku sungguh baik - baik saja hanya terkejut," jawab raya sembari terkekeh pelan, seolah berusaha menenangkan Mia.

"Astaga... aku kira kau sedang sakit! Maaf, aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Aku kira kau tidak terkejut," ujar Mia, sambil cengengesan, mengusap kepala Raya dengan lembut, seolah menebus kekhawatirannya yang tak perlu.

Raya hanya tersenyum kecil menanggapi, meskipun ada rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Senyum itu tak lebih dari sekadar pelindung, agar Mia tidak curiga. Setelah itu, keduanya melangkah bersama menuju dalam kampus, seolah hari itu tak ada yang berbeda. Semua berjalan lancar, seperti biasa. Suasana pagi kampus begitu ramai, namun tak ada yang terasa istimewa. Raya berjalan berdampingan dengan Mia, namun pikirannya sedikit terganggu. Ia tak melihat Arka di kampus, mungkin pria itu masih absen atau datang pada kelas siang nanti. Namun, Raya memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, lebih memilih untuk fokus pada langkah kaki dan jalanan menuju kelas yang semakin ramai.

1
Nunu Izshmahary ula
mas kawin nya bukan main🤣 ya Tuhan minta yang sama boleh
Nunu Izshmahary ula
ibu nya bener bener 🥹🥹🥹
Diralpin Mandaryanti
makin seru......
Nunu Izshmahary ula
jahat banget astaga Ryan 🥹🥹🥹
Nunu Izshmahary ula
padahal cuma bohongan, tapi posesif banget 😅
Nunu Izshmahary ula
emang gak kebayang sih se desperate apa kalau jadi Raya, wahhh🥹🙈
Nunu Izshmahary ula
keluarga Raya gaada yg bener 🤧 orang tua yang seharusnya jadi pelindung pertama untuk seorang anak, malah menjadi orang pertama yang memberikan lukaಥ⁠‿⁠ಥ
Nunu Izshmahary ula
raya bego apa gimana sihh 😭 bikin gregetan deh .. lawan aja padahal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!