Butuh pikiran terbuka dan kebijkan membaca novel ini.
Mona Ayunda, itulah nama seorang wanita pengantar pizza yang tidak sengaja bertemu dengan seorang pengacara terkenal bernama Abraham Reno Winata, di sebuah Penthouse mewah milik sang pengacara.
Dengan kehidupannya yang sulit di sebabkan ibu tirinya. Mona harus bekerja paruh waktu sambil berkuliah di sebuah Universitas Swasta terkenal dengan beasiswa yang dia dapatkan.
Namun peristiwa berdarah yang melibatkan keluarganya membuat dirinya terpaksa terikat pernikahan kontrak dengan sang pengacara. Selama perjalanan pernikahan kontrak itu, Mona harus menerima semua perjanjian yang di tetapkan sepihak oleh sang pengacara, yang merugikan dirinya.
Di tambah kisah masa lalu yang sedikit demi sedikit terkuak, memperburuk hubungan keduanya.
Bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya? Apa kebencian mereka bisa berubah cinta atau semakin jauh jarak dia antara keduanya.
Ikuti terus cerita My Love My Lawyer
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rimza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Pertanggung Jawaban
Mona keluar dari kamar mandi dengan di saksikan Reno. "Kemari Lah" titah Reno.
Mona perlahan mendekati pria yang sudah merenggut kehormatannya itu. Kemarahan dan kebencian yang dia rasakan saat ini. Namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dalam dirinya, di kala di lempar tatapan tajam oleh sang pengacara tersebut.
"Kenapa aku harus takut, dia kan yang bersalah" batin Mona sambil mengepalkan tangannya kuat.
Diapun sampai di hadapan Reno, dengan menatap penuh kebencian pada pria itu.
Reno dapat melihat tatapan kemarahan wanita yang telah di tiduri Nya semalam, walau dia melakukannya di luar kendalinya, tapi dia sangat menikmati kegiatan ranjangnya bersama Mona.
"Kenapa masih berdiri?! Duduklah!" titah Reno.
Mona mencoba mengendalikan emosinya, walau dia sudah tidak tahan berada dekat dengannya. Dia akhirnya duduk menuruti perintahnya.
Reno menatap datar wanita di hadapannya itu, dengan mata yang terlihat sembab.
"Maafkan aku, saat itu aku tidak bisa mengendalikan pikiranku" kata maaf yang terucap dari mulut Reno.
"Kau memang tak punya otak!" saut Mona dengan kata makian Nya.
"Apa maksudmu?" Reno memicingkan matanya ke arah Mona.
"Kau pikir dengan kata maaf, kegadisanku bisa kembali?!" teriakan kemarahan Mona yang keras, hingga memenuhi seluruh ruang kamar tidur pria itu.
"Hahaha" tawa keras Reno yang tak kalah teriakan Mona. "Sudah aku duga, wanita sepertimu sama saja."
Mona mengerutkan dahinya, tak mengerti maksud perkataan Reno.
Reno beranjak dari duduknya, menuju nakas samping tempat tidurnya. Dia mengambil sejumlah uang cukup banyak. Lalu kembali mendekati Mona yang masih duduk tenang.
Di lemparkannya uang itu di atas meja, tepat di hadapan Mona. "Ini tips 10 juta untukmu yang sudah ku janjikan, dan ini 10 juta lagi untukmu sebagai kompensasi kecelakaan kemarin malam" sambil Menatap Mona dengan tatapan merendahkan.
Mona tak habis pikir dengan Reno, yang notabenenya adalah seorang pengacara. Dia yang harusnya menyelesaikan masalah ini dengan cara bijak, malah memperlakukan Mona seperti wanita rendahan yang tak memiliki harga diri.
"Kau pikir semua masalah bisa di selesaikan hanya dengan uang?!" teriak Mona sambil melempar uang itu kembali tepat di wajah Reno.
Reno tak menyangka uang yang di berikan bukannya langsung di terima, malah di lemparkan kembali padanya. Hal itu membuat Reno merasa kesal.
"Aku ingin kau bertanggung jawab atas perbuatanmu!" ucap Mona meminta pertanggung jawaban Reno.
"Kau memang wanita licik" sambil melipat tangan di dada. "Apa kau menolak uang ini karena menginginkan yang lebih dariku?!"
"Apa maksudmu?" tanya Mona yang tak mengerti.
"Aku sudah minta maaf padamu, dan uang pun sudah aku berikan. Tapi kau masih tidak menerima dan meminta pertanggung jawabanku. Kau pikir aku akan sudi menikahi wanita sepertimu?!"
Plak....
Satu tamparan keras mendarat di pipi Reno.
"Harusnya kau malu dengan gelar Sarjana Hukum yang melekat di belakang namamu. Kau tak ubahnya pelaku kejahatan yang bersembunyi di balik statusmu sebagai pengacara"
"Diam kau!" teriak Reno, "tahu apa kau tentangku?!"
"Saya memang tak tahu tentang anda, Pak Reno yang terhormat. Tapi seharusnya sebagai seorang lawyer anda punya hati nurani. Disini saya adalah korban dan anda pelakunya, itulah kenyataan Nya."
"Saya akan membawa masalah ini ke jalur hukum" ancam Mona. Kemudian keluar dari kamar Reno, lalu pergi meninggalkan penthouse tersebut.
Reno menahan amarahnya sambil menyaksikan kepergian wanita yang sudah menghina dan mengancam dirinya.
"Sial" umpat Reno sambil mencengkram tengkuk lehernya sendiri.
"
"
Mona melajukan motornya sambil menangis. Dia benar-benar hancur saat ini. Dia bahkan bingung ingin cerita kepada siapa, dengan apa yang menimpa dirinya.
Sampai di rumah dia langsung membaringkan tubuhnya sambil melihat ponsel miliknya yang berisi banyak panggilan masuk dan pesan. Sudah pasti itu dari keluarganya dan teman satu-satunya, Resti.
Mona membalas pesan mereka, agar tidak khawatir.
Setelah itu dia menatap sendu langit-langit kamar tidurnya. "Apa aku harus melapor?" ucap Mona sambil memejamkan matanya dalam.
Di sisi lain, Mona ingin meminta keadilan atas perbuatan Reno, tapi di sisi lain dia pun juga harus memikirkan jika masalah ini sampai ke jalur hukum. Sudah pasti itu akan menyita waktu dan biaya. Apalagi yang di laporkan adalah seorang Abraham Reno Winata, dimana kesaksiannya akan di anggap bualan. Di tambah dia pun tak cukup bukti.
Mona menghela nafas dalam" Sesulit inikah mencari keadilan untuk orang miskin" batin Mona merasa lara.
...----------------...
Bunyi Bel sekolah terdengar, membuat para siswa bersorak ria karena itu artinya sudah waktunya pulang.
"Adi nanti main PS yuk!" ajak salah seorang temanya yang bernama Radit, putra dari Kang Ujang, tukang kebersihan di kampus Mona.
"Ok" sambil Adi memberi jempol.
"Adi ! Radit!" teriak seorang temannya, yang berbeda kelas dengan mereka.
"Kevin" saut keduanya. Terlihat Kevin yang nafasnya terengah-engah karena berlari menghampiri mereka."Aku ada mainan bagus."
"Apa?" tanya Adi dan Radit bersamaan.
Kevin menengok kiri-kanan. "Ayo duduk di sana!" sambil jari telunjuknya mengarah ke kursi santai di depan kelas mereka.
"Lihat ini!" Kevin menunjukkan boneka Hello Kitty dengan bangga.
"Hahaha" Adi dan Radit menertawakan mainan baru Kevin.
"Kamu ini laki-laki atau perempuan? Masa mainan boneka Hello Kitty" ucap Adi meledek.
"Ini bukan sembarang boneka. Boneka ini dapat merekam gambar dan suara, seperti CCTV" jelas Kevin dengan raut wajah serius.
"Masa sih?! Kamu dapat dari mana?" Radit bertanya pada Kevin dengan wajah yang tak kalah serius dari Kevin.
"Ssssttt....jangan keras-keras" bisik Kevin. "Aku mengambil diam-diam dari kamar kakakku."
"Hei!....kamu anak polisi tapi suka mencuri" saut Radit sambil mengernyitkan dahinya.
Benar saja, Kevin adalah anak dari seorang polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), sebagai pimpinan di Polsek daerahnya.
"Siapa yang mencuri, aku hanya meminjamnya sebentar" Kevin menampik tuduhan temannya itu.
"Apa boleh aku pinjam untuk ku bawa ke rumah?" pinta Adi dengan raut wajah memohon.
"Untuk apa?" tanya Radit dan Kevin bersamaan.
"Ya untuk memantau rumahku lah?! Kira saja ada maling yang masuk"
"Baiklah, tapi jangan lama-lama" ucap Kevin.
"Siiaaap!"
"Ayo pulang, perutku sudah lapar" Ajak Radit yang terlihat lemas karena perutnya mulai lapar.
Ketiganya akhirnya pulang dengan berjalan kaki. Rumah Kevin dan Radit searah dengan Adi, jadi setiap harinya mereka berangkat dan pulang bersama.
"Hei Adi, dia kan ibu tirimu? Apa yang di lakukan di sana?" tanya Radit, yang tidak sengaja melihat Ratna bersembunyi di balik tiang listrik.
"Dia bukan ibuku lagi, ayah sudah berpisah dengan wanita jahat itu" Adi menampik mentah-mentah ucapan Radit.
"Sepertinya dia sedang mengawasi rumahmu?" Kevin memicingkan matanya ke arah wanita tersebut, mencoba mengamatinya, karena merasa curiga. Di susul keduanya yang ikut mengamati gerak-gerik Ratna yang mencurigakan.
"Ah sudahlah! Tidak usah kalian pikirkan. Paling dia hanya iri saja karena keluarga kami bisa bahagia tanpa dirinya" jelas Adi.
"Baiklah aku duluan, sampai bertemu nanti sore" ucap Adi pada kedua temannya yang melanjutkan perjalanan pulang.
...****************...
...Jangan lupa kasih...
...like 👍...
...Comment 🗣️...
...Subscribe ✔️...
...Follow ➕...
...Vote 💌...
...Nilai⭐⭐⭐⭐⭐...
...jangan lupa hadiahnya 🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁...
nambah satu bab dulu sambil ngopi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Coffee//Rose/
defenisi jodoh gak ke mana /CoolGuy/
tenyta naskah yang sama/Bye-Bye/
pe sini dulu, segelas kopi untuk mar2