Married With Daddy

Waktu pun terus berlalu. Daniel belum mendapatkan informasi tentang kepastian Bebby berada. Jika ada informasi dari pihak kepolisian akan kemungkinan Bebby berada Daniel langsung mendatangi akan tetapi selalu saja bukan Bebby orang yang dia cari. Beberapa kali Daniel harus menelan kekecewaan.

“Sayang kamu sembunyi di mana Sayang.. Papa sangat kangen sama kamu..” ucap Daniel saat dia gagal lagi untuk menemukan Bebby. Daniel sudah menghubungi juga semua teman temannya jika mereka melihat sosok Bebby agar segera menghubungi dirinya.

Sementara itu di sebuah panti asuhan di luar kota, di dekat perbatasan kota.

Tubuh Bebby tergolek lemah di atas kasur tipis di atas lantai. Suhu badan Bebby tinggi, wajah pucat pasi, dan badan lemas tidak berdaya. Mulut Bebby pun terus mengigau namun mata terpejam rapat.

“Beb, bangun dulu makan bubur habis itu minum obat, biar cepat sembuh. Katanya kamu mau giat bekerja agar dapat uang untuk melanjutkan kuliah kamu.” Ucap Erna yang terus memberi semangat pada Bebby.

“Kalau kamu sakit tidak bisa bekerja Beb..” ucap Erna lagi.

“Er, kok aku rasanya macam mau mati ya.. tubuhku tidak karuan rasanya, mulut pahit Er.” Ucap Bebby dengan suara lemah.

“Harus dipaksa makan Beb.” Ucap Erna lalu membantu Bebby mengangkat kepala dan punggungnya. Dan Bebby pun mulai pelan pelan makan bubur yang dibuatkan oleh Erna teman barunya. Beruntung Bebby mendapatkan teman satu kamar yang baik hati.

Saat menyuap bubur, Bebby teringat akan Sang Papa. Sejak kecil Sang Papa yang begitu telaten menyuapi dia makan jika dia sedang susah makan. Tidak terasa air mata Bebby meleleh.

“Sudah Beb jangan menangis, kita harus semangat menjalani hidup dengan segala keterbatasan yang ada. Percaya Allah tidak akan memberi cobaan di luar kekuatan umatNya. Dengan ujian dan cobaan kita akan semakin kuat menjalani hidup ini.” Ucap Erna yang dulu anak jalanan di ibu kota akhirnya memilih hidup di panti asuhan. Tampak Bebby menganggukkan kepalanya. Dia pun segera menghabiskan buburnya, dia ingin segera sehat dan terus bekerja. Dia sudah bertekat untuk memulai kehidupan yang baru. Dia akan bekerja di panti dan selanjutnya dia akan kuliah di universitas terbuka. Sebab jika melanjutkan kuliah di kampusnya yang dulu jelas jelas tidak kuat untuk membayar biaya kuliah dan lain lainnya, belum lagi lokasi kampusnya dulu sangat jauh dengan panti tempat dia tinggal.

Setelah menghabiskan buburnya, Bebby segera minum obat. Dan setelahnya dia pun tidur kembali karena pengaruh obat yang membuatnya mengantuk.

Dan waktu pun terus berlalu kondisi kesehatan Bebby tidak semakin membaik akan tetapi justru semakin memburuk sudah dibawa ke puskesmas tidak juga ada perkembangan yang membaik. Kamar Bebby pun sudah dipindah di satu kamar dengan Ibu Pimpinan Panti, Bebby tidak lagi tidur di atas kasur tipis di atas lantai tetapi di atas tempat tidur kecil di samping tempat tidur Ibu Pimpinan Panti.

Dan di suatu malam hari di saat Ibu Panti dan Erna akan membangunkan Bebby untuk mengantar makan malam dan obat.

“Beb bangun.” Ucap Ibu Pimpinan Panti dan Erna secara bersamaan. Akan tetapi Bebby tidak merespon. Erna sudah menggoyang goyangkan kakinya tidak juga terbangun. Dan Erna tampak kaget saat merasakan kaki Bebby sangat dingin.

“Bu, Bebby kok dingin sekali tubuhnya.” Ucap Erna. Ibu Pimpinan Panti pun segera menaruh mangkok bubur untuk Bebby di atas meja. Dan dia segera memegang tubuh Bebby.

“Kita bawa ke rumah sakit. Cepat kamu pesan taxi on line.” Ucap Ibu Pimpinan Panti dan segera dia menyiapkan segala keperluan Bebby untuk dibawa ke rumah sakit.

Tidak lama kemudian taxi yang dipesan pun sudah datang. Ibu Pimpinan Panti dan beberapa anak panti yang sudah besar menggotong tubuh Bebby untuk dibawa ke mobil taxi. Saat tubuh Bebby diangkat Erna dan Ibu Pimpinan Panti sangat kaget saat melihat di kasur ada banyak darah.

Tidak sempat berpikir banyak Ibu Pimpinan Panti dan Erna segera menyusul anak anak yang menggotong tubuh Bebby, dan mereka berdua yang mengantar Bebby ke rumah sakit Daerah.

Setelah sampai di rumah sakit Daerah , Bebby segera dibawa masuk ke ruang unit gawat darurat. Ibu Pimpinan Panti dan Erna terlihat sangat panik dan gelisah.

“Er, apa kita hubungi saja keluarga angkat Bebby.” Ucap ibu pimpinan panti asuhan itu.

“Bebby sudah diusir Bu, tidak mungkin mereka mau peduli. Bebby bilang mau memulai kehidupan yang baru.” Ucap Erna dengan nada suara tampak sedih.

“Tapi saya juga khawatir kalau Bebby meninggal Bu, hiks.. hiks.. hiks.. Dia pernah bilang katanya tubuhnya terasa bagai mau mati saja.. hiks.. hiks... “ ucap Erna sambil terisak isak dan menghapus air matanya yang terus meleleh.

“Saya merasa senasib dengan Bebby Bu, hidup di dunia sebatang kara tidak punya orang tua dan saudara.. hiks.. hiks.. “ ucap Erna masih saja air matanya terus meleleh.

“Semoga Bebby selamat Er. Kalian jangan sedih ada Ibu dan saudara saudara kalian di panti.” Ucap Ibu Pimpinan Panti sambil mengusap usap punggung Erna.

Sementara itu di dalam ruang rawat darurat. Dokter yang memeriksa Bebby terlihat kaget.

“Bukannya ini anak yang dicari oleh Dokter Daniel Frederick.” Gumam Dokter yang memeriksa Bebby. Daniel memang mengumumkan di web site dan semua media sosial milik ikatan dokter.

Setelah memeriksa tubuh Bebby Dokter tersebut segera memerintah perawat untuk memasang infus dan alat pernafasan pada tubuh Bebby.

“Awasi terus pasien ini dengan intensif.” Perintah Dokter pada perawat lalu dia melangkah keluar dari ruang ICU.

“Dok, bagaimana dengan anak saya?” tanya Ibu Panti pada Dokter yang memeriksa Bebby.

“Saya sudah melakukan penanganan pertama, semoga nanti kondisi membaik. HB sangat rendah kadar oksigen juga sangat rendah.” Jawab Dokter sambil menatap wajah Ibu Pimpinan Panti.

“Apa dia benar anak Ibu?” tanya Dokter selanjutnya.

“Saya Ibu Pimpinan Panti Dok, dia anak asuh saya.” Jawab Ibu Pimpinan Panti dengan jujur.

Sementara itu di lain tempat, di Mansion Frederick. Daniel kini berada di kamar Bebby untuk mengobati rasa rindu di hatinya. Tiba tiba dia dikagetkan oleh suatu suara..

PRAAAAANNNGGGG. PYAAAARRR

Pigura foto Bebby yang terpasang di dinding terjatuh dan kaca pigura itu pecah berkeping keping.

“Beb.” Ucap Daniel menoleh ke arah suara itu. Perasaan tidak nyaman mulai menjalari hatinya.