Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.
Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Gwen menghempaskan dirinya ke dinding toilet yang agak lembab, raut wajahnya menunjukkan kelelahan. Ia hanya mengenakan tanktop dan rok seragam yang sudah terasa tidak nyaman di tubuhnya.
Dengan langkah gontai, Selly memasuki toilet, wajahnya memelas tanpa membawa seragam baru yang ditunggu-tunggu.
"Ga ada baju ya?" tanya Gwen dengan nada suara yang sudah tercampur rasa frustasi.
"Di koperasi habis," jawab Selly, suaranya lirih, seakan-akan ia juga merasakan kekecewaan yang sama.
Gwen menghela napas panjang, matanya tertuju pada seragam putihnya yang tergeletak di lantai, sudah kotor terkena air kotor. Dengan gerakan lambat, ia membungkukkan badan dan mulai memakai kembali seragam itu. Setiap sentuhan kain ke kulitnya terasa begitu berat.
"Ya udah deh, gue pake baju ini lagi. Gue bakal nahan bau sampe abang jemput," ucapnya, mencoba menutupi rasa jijik yang mulai menyeruak.
"Maaf ya, gue ga bisa bantu lo," kata Selly, suaranya semakin lirih. Ia menatap Gwen dengan mata yang penuh penyesalan, merasa tidak berdaya karena tidak dapat membantu sahabatnya itu.
"Gak apa-apa, lo masuk aja ke kelas, gak usah nemenin gue. Gue mau ke ruang BK dulu, abang juga bentar lagi datang kok," suruh Gwen.
"Lo yakin gak apa-apa di sana?" tanya Selly dengan nada ragu.
Gwen hanya menggeleng lemah, dia memang selalu gampang pusing kalau mencium bau apa pun."Udah biasa juga,"
"Yuk," ajak Selly sambil menggandeng lengan Gwen untuk keluar dari toilet.
Begitu keluar, mereka kaget melihat Arsenio yang bersandar santai di depan toilet, membuat Gwen semakin erat menggenggam lengan Selly.
Gwen menunduk, malu dalam keadaan kotor begini dan berusaha berjalan lewat, tapi Arsenio menahan lengannya dengan tatapan penuh kelembutan.
"Kenapa belum ganti baju?" tanyanya.
"Seragamnya sudah habis, Kak," jawab Selly cepat, tapi Gwen langsung menutup mulut Selly dengan tangannya.
"Gak usah bilang, malu. Gue bau banget," bisik Gwen dengan wajah yang memerah karena malu berada di depan cowok tampan seperti Arsenio. Apalagi tubuhnya mengeluarkan bau yang menyengat.
Gwen mengangkat kepalanya saat melihat Arsenio mulai membuka kemeja hitamnya, hanya menyisakan kaos yang senada di tubuhnya.
"Pakai ini" suruhnya sambil menyodorkan kemeja di tangannya.
Gwen mendorongnya pelan. "Gak usah, Kak. Gini aja," tolaknya sambil menunduk, dia tidak tahu kenapa merasa keberaniannya menciut setiap kali berhadapan dengan Arsenio, padahal selalu mengagumi cowok itu dari jauh.
"Aku maksa," kata Arsenio, meletakkan kemejanya di lengan Gwen, lalu melenggang pergi.
"Nanti di kembalikan setelah dicuci, Kak ya!" teriak Lily saat melihat Arsenio sudah menjauh, yang hanya mengacungkan jempol tanpa menoleh.
"Cie, sweet banget sih Kak Arsen," goda Selly sambil menyikut lengan Gwen. Gwen hanya tersenyum malu.
"Kak Arsen itu tipikal cowok yang gak suka pakaiannya dipakai orang lain," kata Selly.
"Dari mana lo tahu?" tanya Gwen dengan rasa curiga. "Lo suka ya sama Kak Nio?" tebaknya.
"Ah, enak aja lo ngomong," Selly menjawab sambil meremas pipi Gwen."Gue gak suka sama Kak Arsen, gue cuma kagum. Mana iya gue tikung sahabat gue sendiri. Lagian, gue denger dari Abang Danny kok," jelas Selly.
***
Nicholas berdiri sendirian di depan gedung kampus, matanya memerhatikan mahasiswa yang berlalu-lalang.
Sebagian mahasiswa yang lewat melambaikan tangan padanya, sementara beberapa dosen yang mengenalnya mengangguk dari kejauhan dengan senyum setengah-senyum, seakan-akan mengenang kenakalan Nicholas yang terkenal itu.
Sementara dia tenggelam dalam kenangan, sosok yang teramat familiar tiba-tiba muncul. Sosok itu berjalan menuju motor yang terparkir tak jauh dari sana.
Nicholas, dengan spontan, melangkah mendekat sambil berseru, "Nio?"
Lelaki yang dituju berhenti dan menoleh dengan alis yang bertaut, tampak bingung. "Anak om Vincent?" teka Nicholas, sambil menjulurkan tangan.
Pria itu, yang dikenal sebagai Arsenio, menerima jabat tangan Nicholas dengan ragu. "Iya, tapi... tahu darimana?" tanyanya, masih dengan raut muka yang bingung dan penasaran.
"kamu mirip sama Om Vincent, aku Nicholas, anaknya Om Darren, sahabat papi kamu," ujar Nicholas sambil tersenyum.
Arsenio balas tersenyum, "Oh, Abang Nichol? Maaf, Bang, aku nggak inget muka Abang. Waktu itu aku baru 7 tahun pas kita ketemu."
"Gapapa, aku cuma mau mastiin aja kalau kamu itu adik kenzo dan anaknya om Vincent," kata Nicholas lagi.
Arsenio mengangguk, "Iya, pernah denger dari Abang Kenzo, Abang Nichol tinggal di luar negeri, kan?"
"Iya, istri orang sana," jawab Nicholas singkat.
"Gimana kabar Tante sama Om? Sehat?" tanya Nicholas penasaran.
"Mami Papi sehat, Bang," jawab Arsenio.
"Salam buat mereka ya," kata Nicholas.
"Pasti, Bang. Terus Abang ngapain di sini?" tanya Arsenio penasaran.
"Oh, adek Abang masuk ke ruang BK, mau jemput dia. Udah lama juga nggak ketemu," jelas Nicholas.
"Oh, adek Abang Nichol juga di sini?" tanya Arsenio, semakin paham.
"Iya, masih SMA dia," tambah Nicholas.
Arsenio hanya mengangguk pelan. Tiba-tiba, terdengar teriakan, "Abang!" Gwen berlari keluar dari gedung menuju Nicholas dengan senyum lebar.
Arsenio langsung berbalik ketika mendengar teriakan itu, matanya menyapu area untuk mencari sosok adik yang disebut-sebut Nicholas. Alisnya berkerut saat ia menyadari gadis yang selama ini ia sukai, ternyata adalah putri dari sahabat ayahnya.
Dengan langkah pasti, Nicholas mendekati Gwen yang mengenakan kemeja hitam milik Arsenio yang dimasukkan ke dalam rok seragamnya.
"Maaf bang, aku agak lama," ucap Gwen seraya melepaskan pelukan Nicholas.
Nicholas hanya tersenyum dan memberikan kecupan di pucuk kepala adiknya itu. "Ga apa-apa, ayo kita pulang," ajaknya lembut.
"Yuk, aku udah ga sabar pengen ketemu baby Azka," sahut Gwen semringah, tak menyadari bahwa Arsenio telah memperhatikannya dengan tatapan intens sejak tadi.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Nicholas, mendapat anggukan dari Arsenio. Tiba-tiba, Gwen berjinjit berbisik di telinga Nicholas, membuat pria beranak satu itu tersenyum menggoda.
Dengan gerakan cepat, Gwen buru-buru lari ke mobil karena malu. Nicholas terkekeh ringan melihat tingkah adik kecilnya yang sudah mulai menyukai cowok. Dia beralih menatap Arsenio tanpa melunturkan senyumannya. "Malu dia,"
"Ternyata kamu cowok yang adek abang suka. Syukur lah, aku ga perlu khawatir dia dapetin cowok yang ga benar," ucapnya lagi.
Nicholas menepuk dua kali bahu Arsenio sambil berkata,"Dia cerita banyak tentang kamu,"
"Kalo kamu ga bisa suka balik, kamu tolak secara baik-baik ya, "pinta Nicholas.
" Aku suka kok, malah sangat suka,"jawab Arsenio cepat, membuat Nicholas tertawa ringan.
"Semoga kalian berjodoh," ucap Nicholas lagi sebelum menyusul adiknya ke mobil.
Arsenio tersenyum miring menatap mobil tersebut sudah meninggalkan perkarangan sekolah."Pantesan Mami tampak familiar pas liat Gwen, ternyata anak sahabatnya?"