3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Daffa keluar dari kamar, berada dalam satu kamar dengan istrinya membuatnya kesal. Ia memilih duduk di teras depan rumah, menyaksikan hujan yang masih tampak awet, dan enggan untuk berhenti. Mbok Iyem duduk bersama Daffa, keduanya hanya terpisahkan oleh meja kecil ditengah mereka
"Kalian tetap akan kembali hari ini?" tanya Mbok Iyem membuka pembicaraan
"Iya Mbok, mungkin sebentar lagi" jawab Daffa
"Apa tidak sebaiknya kalian menginap dulu disini, Mbok takut melepas kalian pergi dengan keadaan hujan begini" ucap Mbok Iyem mengatakan keberatannya
Daffa melirik Mbok Iyem. Entah mengapa ia tidak bisa mengatakan tidak jika hal itu berkaitan dengan Mbok Iyem. Mungkin, ini adalah rasa empatinya kepada Mbok Iyem karena diusianya yang sudah senja, Mbok Iyem harus menjalani hidupnya seorang diri.
"Baiklah, aku dan Sekar akan kembali ke Jakarta besok" putus Daffa
Mbok Iyem tersenyum bahagia mendengar penuturan Daffa. Begitupun dengan Sekar yang sejak tadi mengintip dibalik pintu, ia juga sama bahagianya saat mendengar Daffa menyetujui untuk menginap disini selama semalam. Sekar menuju dapur, memasak tiga bungkus mie instant dengan sajian menarik, setelah selesai, ia membawa ketiga mangkok yang berisi mie instan tersebut menuju teras, dimana Daffa dan Mbok Iyem berada.
"Mbok, dimakan" Sekar menghidangkan mie instant tersebut kehadapan Mbok Iyem dan Daffa
"Ayo nak, dimakan" ucap Mbok Iyem pada Daffa
"Aku tidak makan mie instant Mbok"
"Dicoba saja dulu, buatan Sekar biasanya tidak pernah gagal. Ayo dicoba dulu" ucap Mbok Iyem
"Atau Kakak mau aku suapi?" tanya Sekar
"Tidak, aku makan sendiri saja" Daffa meraih mangkok yang berisi mie instant dihadapannya. Lalu mencoba kuahnya, Daffa diam sejenak, ternyata benar apa yang dikatakan Mbok Iyem bahwa rasa mie instant itu benar benar enak. Daffa melirik Sekar yang kini sedang menatap dirinya
"Bagaimana Kak, enak tidak?" tanya Sekar
"Enak... Ini enak"
Daffa kembali memakan mie instant dihadapannya. Tanpa terasa, mie instan dalam mangkoknya akhirnya habis begitu saja. Mungkin karena cuaca yang sedang hujan, membuat Daffa benar benar menikmati sajian mie instant dalam kondisi panas tersebut. Sekar yang melihat itu hanya tersenyum, sembari melihat Mbok Iyem yang juga ikut tersenyum
Selesai dengan mie instant, Sekar membereskan mangkok yang sempat mereka pakai. Sedangkan Mbok Iyem memilih beranjak menuju kamarnya. Hingga akhirnya, hanya tinggal Daffa yang berada di teras. Setelah selesai dengan cucian piring yang sedikit, Sekar kembali menuju teras dan duduk dikursi yang sempat ditempati Mbok Iyem
"Kak..." Sekar memanggil Daffa. Namun hanya dijawab Daffa dengan deheman ringan "Kak, Kakak bisu ya?" tanya Sekar kesal
"Ada apa?" tanya Daffa tak kalah kesal
"Kakak masih belum bisa menerima pernikahan ini ya?" tanya Sekar, membuat Daffa melihat kearahnya "Aku tahu Kakak berat untuk menerima pernikahan ini, tapi aku tidak, aku dengan senang hati menikah dengan Kakak"
"Lalu?" tanya Daffa
"Aku ingin berteman dengan Kakak, setidaknya kita akan menjalani pernikahan ini dengan hangat, dalam hubungan pertemanan"
"Aku tidak mau"
"Kenapa?"
"Aku tidak tertarik untuk berteman denganmu"
"Tapi kenapa? Berikan aku alasan yang tepat kenapa Kakak tidak mau berteman denganku" ucap Sekar
"Karena aku tidak bisa berteman dengan perempuan munafik"
Deg
Sekar merasakan dadanya seperti menerima pukulan yang begitu keras. Ia tidak menyangka jika Daffa bisa berbicara seperti itu padanya. Ia duduk diam, sembari menenangkan hatinya yang bergolak penuh emosi. Berkali kali helaan nafas terdengar dari Sekar, ia benar benar mencoba mengontrol emosinya
"Kita akan lihat, aku pasti akan mendapatkan hatimu, Daffa Alfano Dirgantara"