NovelToon NovelToon
Mengasuh Cinta Duda Kaya

Mengasuh Cinta Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Pengasuh / Ibu Tiri
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Cherryblessem

Caca, seorang mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di London, terpaksa bekerja sebagai pengasuh anak CEO kaya, Logan Pattinson, untuk mencukupi biaya hidup yang mahal. Seiring waktu, kedekatannya dengan Logan dan anaknya, Ray, membawa Caca ke pusat perhatian publik lewat TikTok. Namun, kisah cinta mereka terancam oleh gosip, kecemburuan, dan manipulasi dari wanita yang ingin merebut Logan. Ketika dunia mereka dihancurkan oleh rumor, Caca dan Logan harus bertahan bersama, menavigasi cinta dan tantangan hidup yang tak terduga. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengalahkan segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan malam Natal

Logan Pattinson berdiri di dekat pintu ruang makan, mengenakan kemeja putih rapi dengan sweater merah dan celana kain hitam. Penampilannya yang santai namun elegan membuatnya tampak sangat memikat.

“Tu—Logan,” Caca berbisik dengan suara nyaris tertahan, matanya terpaku pada sosok pria itu.

“Ayah!” Ray berseru riang dan berlari ke arah Logan, melingkarkan tangannya di leher pria itu dengan pelukan erat.

Logan tersenyum lembut, mengangkat Ray ke pelukannya. “Apa kau sudah bersikap manis malam ini, Nak?” tanyanya sambil mengusap rambut anaknya.

Ray mengangguk penuh semangat. “Iya!”

Sementara itu, Caca berdiri mematung, bingung harus bereaksi seperti apa. Jantungnya berdetak cepat, seolah Logan bisa mendengarnya.

“Kau sudah datang?” Logan berkata dengan nada lembut, matanya menatap dalam ke arah Caca.

Caca hanya mengangguk pelan, mencoba tersenyum meskipun gugup.

“Aku senang kau datang,” Logan melanjutkan sebelum berjalan melewati Caca, mendahuluinya menuju ruang makan.

Caca mematung sejenak, mendengar nada tulus dalam suaranya. Setelah menarik napas dalam-dalam, ia mengikuti langkah Logan menuju meja makan besar yang telah dihias dengan dekorasi Natal.

Nyonya Pattinson sudah berada di sana, membawa nampan penuh buah-buahan yang disiapkan untuk hidangan penutup. Meja makan besar dipenuhi hidangan khas Natal—ayam kalkun panggang, kentang tumbuk, saus cranberry, hingga puding Natal yang menggoda.

Namun, perhatian Caca tertuju pada dua pelayan yang ikut duduk di meja makan. Max, si tukang kebun berusia lanjut, menyapa Caca dengan anggukan hormat. “Selamat malam, Nona Calista.”

Caca tersenyum, agak terkejut mendengar suara Max yang berat namun hangat. “Selamat malam, Tuan Max.”

Di sebelah Max duduk Elisabeth, kepala dapur yang berjasa menyajikan makanan-makanan lezat di mansion ini. “Senang akhirnya kita bisa duduk bersama,” kata Elisabeth dengan senyuman ramah. “Biasanya kau terlalu sibuk mengurus Ray.”

Caca tertawa kecil. “Mansion ini terlalu besar untuk kami jelajahi. Mungkin aku harus lebih sering ke dapur.”

Arthur, penjaga pagar mansion, masuk dengan langkah penuh semangat. Ia mengenakan sweater rajut hijau yang tampak ceria. “Selamat Natal, semuanya!” serunya dengan senyuman lebar.

Semua orang membalas salam Arthur, menyambutnya dengan hangat. Suasana terasa begitu akrab meskipun mansion ini biasanya dipenuhi dengan formalitas.

Nyonya Pattinson berdiri di ujung meja, menghitung jumlah orang yang telah hadir. “Sepertinya kita semua sudah lengkap. Caca sayang, maukah kau memimpin doa malam ini?”

Caca sedikit terkejut, namun ia tak bisa menolak permintaan itu. Ia mengangguk sambil tersenyum kaku, lalu mulai memimpin doa Natal sederhana. Setelah selesai, semua orang duduk untuk menikmati makan malam.

“Wah, kalkunnya luar biasa!” Caca berseru dengan mata berbinar, memuji masakan Elisabeth.

“Kau benar-benar menyukai makanan Eropa, ya?” tanya Nyonya Pattinson dengan senyum bangga.

“Iya, semuanya lezat. Aku bahkan tak tahu bagaimana kalian bisa membuat semuanya terlihat dan terasa sempurna seperti ini,” kata Caca, menatap hidangan di depannya.

Arthur yang duduk di sisi lain meja memandang Caca dengan rasa penasaran. “Apa makanan favoritmu saat Natal di Indonesia?”

“Oh, banyak sekali,” jawab Caca sambil tersenyum. “Kami biasanya mencoba menu baru setiap tahun. Kadang ibuku membuat rendang, ayam panggang, atau bahkan soto.”

“Rendang?” Max mengulang kata itu dengan alis terangkat.

“Ya, itu masakan khas Indonesia yang dibuat dari daging sapi. Rasanya kaya akan rempah dan sangat lezat,” jelas Caca dengan antusias.

“Sepertinya luar biasa,” ujar Arthur. “Kapan-kapan kau harus membuatnya di sini.”

"Yah, benar. Sesungguhnya aku sangat ingin membuat sesuatu untuk kalian. Tapi, aku terlalu sibuk sampai-sampai aku tak sempat." Caca tampak sedih mengucapkannya.

"Tak apa sayangku, kita punya lebih dari cukup makanan disini." Nyonya Pattinson tersenyum memberikan semangat.

"Yah, tak usah kau pikirkan itu. Kau bisa membuatnya nanti." Tambah Max.

"Benar sekali. Kau bisa mengajariku juga, Nona." Elisabeth ikut menambahkan.

“Aku akan dengan senang hati mencicipinya,” tambah Logan, matanya menatap Caca dengan lembut.

“Terima kasih,” jawab Caca, sedikit tersipu.

“Kau bisa menggunakan dapur kapan saja,” kata Elisabeth dengan ramah. “Tempat ini juga rumahmu.”

Mendengar itu, Caca merasa bersyukur ditempatkan disisi keluarga Pattinson. Ia tak menyangka konglomerat seperti mereka bisa memperlakukan dirinya sebaik ini padahal statusnya hanyalah seorang pengasuh anak. Kebaikan hati mereka terasa benar-benar tak bisa ia balas.

Setelah makan malam selesai, mereka melanjutkan tradisi khas Inggris dengan menarik Christmas crackers—gulungan kertas kecil yang berisi kejutan. Tawa memenuhi ruangan ketika Max dan Arthur bersaing melihat siapa yang mendapatkan hadiah paling unik.

“Aku mendapat topi kertas merah!” seru Max sambil tertawa, memasangkan topi itu di kepalanya.

“Aku hanya dapat gantungan kunci,” Arthur mengeluh sambil mengangkat hadiah kecilnya, yang membuat semua orang tertawa.

"Oh, astaga! Kalian membuatku tak bisa berkata-kata lagi!" Elisabeth tertawa sambil memeluk perutnya. Mereka benar-benar menikmati malam natal mereka.

"Tenanglah kalian semua, besok pagi hadiah natal dari Santa akan tiba." Nyonya Pattinson sengaja menggoda cucunya.

"Wah! Santa! Aku tak sabar lagi ingin membuka hadiah dari Santa!" Anak itu terdengar bersemangat.

"Wah, dia sudah cerewet sekarang." Komentar Arthur sambil tertawa-tawa. "Aku harap itu tak menyulitkan dirimu, Nona." Arthur menambahkan sambil menggoda Caca.

Caca hanya tertawa sambil menatap Ray yang kini berlari mengelilingi meja, memperlihatkan hadiah kecilnya, sebuah mainan miniatur Santa. “Lihat ini! Aku suka sekali!”

Logan tersenyum, mengacak rambut putranya. “Itu hadiah yang bagus, Nak.”

Setelahnya, Nyonya Pattinson mengajak semua orang ke ruang tamu besar. Pohon Natal setinggi dua meter berdiri megah di sudut ruangan, dihiasi lampu-lampu yang berkilauan.

“Elisabeth, tolong ambilkan cokelat panas untuk semua orang,” pinta Nyonya Pattinson.

Cokelat panas disajikan bersama kue jahe, dan suasana semakin hangat. Logan duduk di dekat perapian, menggendong Ray yang mulai mengantuk. Caca duduk di seberangnya, menikmati momen tersebut.

“Apa kau selalu merayakan Natal seperti ini?” tanya Caca pada Logan.

“Tidak selalu,” jawab Logan sambil menatap api yang berkobar lembut. “Namun, aku ingin Ray merasakan kehangatan Natal meskipun suasana mansion ini terkadang terasa sepi.”

Caca mengangguk, memahami maksudnya. Mansion sebesar ini, dengan kemewahan yang melimpah, sering terasa kosong tanpa kehangatan keluarga. Keberadaannya selama ini cukup untuk menilai seberapa kosongnya mansion ini tanpa kehadiran Logan atau nyonya Pattinson. Ramai namun terasa sepi.

“Aku rasa kau sudah berhasil menciptakan suasana itu malam ini,” kata Caca dengan senyum tulus.

Logan menatapnya, senyuman tipis muncul di bibirnya. “Terima kasih. Dan terima kasih juga karena kau datang. Kehadiranmu membuat malam ini lebih berarti.”

Caca tersipu, merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

Setelah Ray tertidur di pelukan Logan, mereka semua kembali ke ruang makan untuk menikmati puding Natal yang disiapkan Elisabeth. Suasana menjadi lebih tenang namun tetap hangat.

“Aku rasa ini Natal terbaik yang pernah kami miliki di mansion ini,” kata Arthur sambil menyeruput teh hangatnya.

“Setuju,” Max menimpali. “Meskipun hanya ada kita, rasanya lebih hidup daripada biasanya.”

Nyonya Pattinson tersenyum puas, menatap semua orang yang berkumpul di meja. “Aku senang kalian merasakan hal yang sama. Natal adalah tentang keluarga, dan malam ini, kalian semua adalah keluarga kami.”

Caca merasakan kehangatan yang sulit dijelaskan. Malam ini, ia bukan hanya seorang pengasuh anak kecil di mansion besar ini. Ia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—sebuah keluarga kecil yang menemukan kebahagiaan di tengah kesederhanaan Natal.

Logan menatap Caca dari ujung meja, lalu berkata, “Semoga kau selalu merasa seperti di rumah di sini, Calista.”

Caca tersenyum, hatinya dipenuhi kehangatan. “Terima kasih. Aku sangat bersyukur bisa berada di sini malam ini.”

1
seftiningseh@gmail.com
semngat berkarya
oh ya cerita ini menurut aku sangat menarik. apalagi judul nya jangan. lupa dukung aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!