Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diajak Ke Tongkrongan
"Loh jadi kalian gak bakal pulang malam ini?" tanya Olivia merengek pada seseorang di sebrang sana.
["Iya, soalnya besok mau anterin pengantin nya ke rumah mertuanya. Papa juga ada temen sekolah di sini, makanya dia mau kumpul-kumpul katanya,"] jawab Keisha.
"Ih terus aku sendirian dong di rumah? Dasar jahat!" kesalnya sambil mengerucutkan bibir.
["Kan tadi juga Mama sudah nawarin kamu mau ikut enggak, tapi kamu nolak. Tidak apa sendiri, kamu juga kan sudah besar."]
Kalau saja tadi Dilon tidak datang ke rumahnya, mungkin Olivia juga tidak akan masalah ditinggal sendirian. Apalagi malam nanti Dilon akan menjemputnya pergi.
Tadinya jika orang tuanya pulang, Olivia ingin minta bantuan pada mereka dan berdalih jika tubuhnya sedang tidak enak. Tetapi malangnya nasibnya, karena mereka tidak akan pulang.
["Sudah ah jangan lebay gitu, kamu kan sering kami tinggalin di rumah sendiri. Besok pagi juga kami langsung pulang kok,"] kata Keisha yang masih berusaha membujuk.
"Huft ya sudah deh gak papa, tapi gantinya uang jajan aku nambah ya." Olivia langsung nyengir kuda setelah mengatakan itu.
["Huu dasar tukang cari kesempatan, nanti minta aja sana sama Papa."]
Setelah Mamanya mengatakan itu, panggilan pun di akhiri di sebrang sana. Olivia lalu melirik jam di dinding, kenapa waktu terasa cepat sekali ya? Tiba-tiba sudah pukul enam sore saja.
"Aduh gimana nih? Aku harus pergi gak yah? Tapi dia mau bawa aku kemana?" tanya Olivia seorang diri. Perempuan itu dari siang terus dilanda gundah.
Bisa saja sebenarnya Olivia mengunci pintu rumahnya dan meminta satpam di depan untuk tidak membiarkan Dilon masuk. Tetapi Olivia yakin Dilon akan balas dendam, bisa saja besoknya di sekolah.
Membayangkan dirinya di apa-apakan lagi, membuat tubuh Olivia merinding. Mau tidak mau perempuan itu pun beranjak ke kamar mandi untuk mulai bersiap.
Olivia masih ingat Dilon memintanya memakai celana, jadi Olivia memakai celana jeans hitam dengan kaos dalaman putih dan dibaluti jaket kulit yang tetap fashionable.
Drrt!
Melihat ponselnya bergetar, membuat Olivia yang sedang memakai lip tin menghentikan kegiatan. Ternyata Dilon yang menelepon, Ia pun langsung mengangkatnya.
["Gue udah di depan, lo udah siap kan?"] tanya Dilon tanpa basa-basi.
"Emangnya kita mau kemana?" tanya Olivia mengulang entah ke berapa kali.
["Nanti juga tahu, ayo turun gue tunggu. Jangan lama dandannya, gak usah terlalu cantik."]
"Ih apaan sih?" dengus Olivia lalu mematikan panggilan.
Merasa penampilannya sudah rapih Olivia pun segera membawa tas selempang nya dan keluar dari kamarnya. Di depan gerbang rumahnya, terlihat Dilon berdiri di sisi motornya.
Ternyata pria itu juga memakai pakaian yang hampir mirip dengannya, sekarang keduanya seperti janjian padahal tidak. Saat dekat, Dilon terlihat tersenyum lebar memperhatikannya.
"Ck lo cantik banget, gue jadi gak mau bawa lo ke sana." Itulah hal yang pertama Dilon katakan, tatapannya terlihat memuja.
"Ya udah kita gak perlu pergi," ucap Olivia kesenangan.
"Enggak lah, masa lo udah dandan cantik gini kita gak jadi pergi," tolak Dilon yang memang tidak serius.
Pria itu lalu mencopot satu helm di atas motornya, mendekat lalu memakaikan pada Olivia. Tatapan Dilon tidak teralih sedikit pun dari wajah cantik itu, bibirnya pun terus melengkungkan senyuman.
Setelah helm itu terpasang dengan baik di kepala Olivia, Dilon tidak langsung beranjak dan mereka malah saling bertatapan. Tetapi Dilon segera mengontrol dirinya untuk tetap waras, Ia pun meminta kekasihnya itu naik.
"Pegangan, gue bakalan kenceng bawa motornya," perintah Dilon sambil menarik kedua tangan Olivia untuk memeluk pinggangnya.
Olivia yang duduk di belakang hanya memutar bola matanya malas dan menurut-nurut saja dengan perintah pria itu. Saat Dilon menjalankan motornya, benar saja langsung kencang.
Mereka tidak mengobrol, Olivia terlalu takut sampai memeluk erat Dilon dan menyandarkan kepalanya di punggung bidangnya itu. Dilon tentu saja senang mendapatkan kesempatan itu.
Entah berapa lama mereka di perjalanan, sampai akhirnya Olivia merasakan motor yang perlahan memelan lalu berhenti. Saat Olivia menegakan duduknya, terlihat sebuah rumah di depannya.
"Kita sudah sampai kan?" tanya Olivia dengan suara agak keras, telinganya seperti kemasukan banyak angin.
Dilon terlebih dahulu yang turun, "Iya sudah, ayo turun," katanya.
Tetapi bukannya Olivia turun sendiri, Dilon itu malah memangku nya layaknya anak kecil. Olivia lalu berdehem pelan, merasa sedikit gugup mendapatkan sikap seperti itu.
"Kayanya mereka udah pada dateng deh, kita paling akhir," ucap Dilon memperhatikan beberapa motor seperti miliknya terparkir di depan rumah itu.
"Tunggu, apa di dalam itu banyak temen-temen kamu?" tanya Olivia sambil menahan tangannya yang akan ditarik.
"Iya, salah satu temen gue ada yang ulang tahun, jadi dia ngajak makan-makan di rumahnya. Ya barbeque an lah katanya," jawab Dilon sambil mengedikkan bahu.
Olivia menggigit bibir bawahnya, rasa gugupnya semakin bertambah mendengar itu. Tetapi saat tangannya ditarik Dilon untuk masuk ke rumah, Ia hanya bisa diam dan pasrah saja.
Awalnya Olivia bingung karena di dalam terasa hening, tapi saat akan ke pintu halaman belakang mulai terdengar suara ramai. Benar saja, mereka berkumpul di sana.
"Hei lihat, si bos baru dateng tuh! " teriak seseorang sambil menunjuk ke arah pintu.
Semua orang di sana yang tadinya sedang asik pun langsung melihat ke arah yang ditunjuk. Mereka terlihat senang dan langsung menghampiri Dilon, menyapanya layaknya sahabat akrab.
"Pantesan lama banget, ternyata mau ngajak pacar ya?" tanya seorang lelaki yang memiliki tindik di telinganya, matanya melirik ke perempuan di sebelah Dilon.
Yang lain pun mulai bersorak menggoda Dilon. Dilon sih hanya tersenyum saja merasa senang memperkenalkan Olivia, karena temannya juga sudah tahu Ia sedang dekat dengan seorang perempuan.
Tetapi lain halnya dengan Olivia yang merasa malu dan gugup berada di sana. Mungkin ada sekitar lima orang lelaki seumurannya, lalu hanya tiga perempuan di sana.
"Jadi lo beneran udah gak jomblo lagi sekarang? Udah bukan anak kecil lagi dong," goda teman lelakinya.
Dilon mendengus lalu menendang tulang kering temannya itu, merasa kesal digoda seperti itu. Teman-teman yang lainnya hanya tertawa, mereka juga memang suka menggoda satu-sama lain.
"Hebat juga lo bos milih ceweknya, ini mah spek bidadari," celetuk temannya bernama Tony yang paling konyol sifatnya di sana.
Dilon pun langsung membusungkan dadanya merasa senang, "Oh iya dong, gue nyarinya yang spesial dan milih-milih," katanya.
Saat bahunya ditarik mendekat lalu dipeluk Dilon, Olivia hanya menutup wajahnya dengan tangan merasa malu. Apalagi teman-teman Dilon di sana semakin menggoda mereka. Ingin sekali Olivia pergi saja dari sana.