Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Seseorang
Hari-hari di Maldives terasa menyenangkan bagi Selene. Dia menikmati waktunya dengan bermain sepeda, berenang, dan terkadang hanya berjalan-jalan santai.
Tom menjadi penghuni tetap villa sebelah. Dia muncul secara teratur, saat sarapan pagi, atau saat makan malam yang seringkali dia batalkan dengan alasan pekerjaan.
Pada hari keempat, kebosanan mulai dirasakan oleh Selene. Selene memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda.
Dengan tas anyaman lebar dan topi Panama, dia naik ke perahu tradisional yang membawanya ke pulau utama untuk berbelanja.
Pasar lokal di Male adalah pemandangan indah di mata Selene.
Warna-warni kain sarung pantai, aroma ikan segar, sorak-sorai para pedagang, dan kerumunan turis yang bersemangat berbelanja.
Selene menyusuri lorong-lorong sempit, jari-jarinya menyentuh kain katun lembut, memeriksa kerang-kerang yang diukir.
Untuk sesaat, dia melupakan villa-villa yang sunyi, melupakan Tom, dan hanya menjadi seorang turis biasa.
Dia masuk ke sebuah galeri seni kecil, menjauh dari keramaian. Di dalamnya sangat sejuk. Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan cat air yang menggambarkan Maldives yang indah—seperti perahu, laut, matahari terbenam.
Selene sedang mengagumi sebuah lukisan yang memukau, ketika sebuah bayangan terlihat di sampingnya.
"Sel?"
Suara itu. Sebuah suara yang pernah sangat akrab, namun sekarang terdengar asing. Sebuah suara yang dulu bisa membuat jantungnya berdegup kencang, sekarang justru membuat darahnya membeku.
Dia berbalik perlahan, seolah dalam gerak lambat. Dan di sana, berdiri hanya beberapa langkah darinya, adalah Daniel.
Waktu seakan melompat mundur lima tahun yang lalu. Daniel. Rambut cokelatnya masih berantakan dengan gaya yang disengaja, mata hazel-nya masih sama tajam dan penuh pertanyaan.
Dia sedikit lebih berisi, dan tetap tampan. Tapi senyumannya, yang setengah terkejut setengah tidak percaya, masih sama.
"Selene ... Oh Tuhan, ini benar-benar kau. Aku pikir aku salah lihat," ucap Daniel, suaranya bergetar.
Selene merasa gugup. Galeri seni yang tenang tiba-tiba terasa menyesakkan.
Pria ini adalah bagian dari hidupnya yang sudah dia kubur, bagian yang penuh dengan rasa bersalah, kebingungan, dan akhir yang berantakan.
"Daniel," gumamnya, namanya sendiri terasa aneh di lidahnya.
"Apa yang ... apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, melangkah lebih dekat.
Selene spontan mundur.
"Liburan," jawab Selene pendek, otaknya berputar mencari jalan keluar. "Aku harus pergi."
"Tunggu!" Tangannya meraih lengan Selene dengan lembut, sentuhan yang dulu biasa, kini terasa tak nyaman. "Selene, sudah lima tahun. Lima tahun tanpa satu kata, tanpa penjelasan. Kau menghilang begitu saja. Dari hidupku, seperti hantu."
"Lepaskan, Daniel. Aku harus pergi," desis Selene, menarik lengannya. Tapi cengkeramannya kuat.
"Tidak. Tidak sebelum kau memberitahuku. Kenapa? Apa yang kulakukan? Aku mencari-carimu, Sel. Bertanya ke teman-teman kita ... semuanya tak tahu kau di mana. Kau pergi begitu saja. Kau pindah ke mana?”
Selene dan ibunya pergi dari kota mereka dulu karena banyak debt collector datang ke rumah akibat hutang ayahnya yang menumpuk.
Dan akhirnya mereka pindah ke kota lain dan menempati rumah nenek Selene. Selene hanya tak mau kehidupan stabil Daniel akan rusak karenanya.
Keluarga Daniel tak pernah menyukai Selene karena latar belakang keluarganya yang berantakan. Dan Selene menyerah dengan hal itu. Dia ingin fokus pada hidupnya saja dan ibunya.
“Aku tidak punya penjelasan yang akan memuaskanmu. Kita sudah selesai dan aku tak pernah merasakan apa pun padamu," katanya, suaranya tegang. "Sekarang, tolong, lepaskan aku."
pasti keinginanmu akan tercapai..
terima kasih kak Zarin 😘🙏
jangan biarkan Selene melakukan hal yg kurang pantas hanya karena ingin memiliki bayi ya kak Zarin 😁
tetap elegant & menjaga harga diri Selene, oke