Dia Anaku

Riuh para siswi bebondong bondong menunjukkan aksi mereka, berbagai tulisan mereka tulis dikertas.

"Ada apa ini?" tanya pak kepala sekolah yang baru keluar dari ruanganya.

"Itu pak siswa siswi pada demo" jawab pak Rendi.

"Demo?"

"Iya pak mereka tidak mau ketua osis yang lain mereka hanya mau Vindra"

"Stop" mereka diam sejenak. "Kalian ini apa - apaan, disini sekolahan bukan jalanan"

"Vindra jangan digantikan yang lain, hanya Vindra yang boleh jadi ketua osis betul nggak temen temen" siswi 1.

"Iya betul" sorak semua siswi serempak tangan mereka menujuk keatas

"Kita tidak mau mengikuti pelajaran kalau ketua osis kita diganti" siswi 2.

"Iya" siswi 3.

"Vindra Vindra Vindra" triak mereka bareng.

Dan disisi lain.

Yang diperjuangkan hanya melihat dari jauh tangan yang dilipat kedada sambil senderen tanpa ekspresi, sebenarnya dia tidak minat menjadi ketua osis karena banyak yang mencalonkan dia dan memilihnya terutama para siswi jadi mau nggak mau dia harus mau. Walau tidak keinginanya sendiri dia tetap bertanggung jawab sebagai ketua osis.

"Gila bro, mereka semua is the best" kata Tomy sambil menunjukan jempolnya.

"Lo harus kasih hadiah kemereka Vin"

"Kalau lo nggak mau biar gue yang kasih hadiah, ciuman" kata Revan sambil memoncongkan bibirnya.

"Aa itu maunya lo"

"Mereka berlebihan" Vindra baru berkomentar.

"Disana nggak ada penggemar gue? penggemar lo semua Vin" tanya Revan.

"Ada" jawab Bima.

"Mana?"

"Tu" Bima nujuk salah satu murid laki - laki yan bertulang lunak.

Pas laki - laki itu nengok ke Revan, dia senang melihat Revan dan melambaikan jarinya sambil tersenyum.

"Hai Van" pangilnya manja.

"Hah ala mak, kabuuurr" triak Revan berlari. Mereka tertawa puas kecuali Vindra hanya senyum tipis.

"Pokoknya pak kita hanya mau Vindra"

" Begini saja kita ulang pemilihan ketua osis kalian setuju?"

Mereka meninbang dulu dan akhirnya menyetujui.

"Ok, setuju" salah satu siswi.

Lalu pemilihan berlangsung dan semua para siswi memilih Vindra otomatis Vindra lah yang menang jadi dia masih menjadi ketua osis.

"Bre**sek dia lagi yang jadi ketua osis" kesal Beni, dia juga mencalonkan diri jadi ketua osis.

"Dia pake pelet apa, hingga para cewek - cewek sampai segitunya" asumsi teman Dani.

Lalu Beni membisikan sesuatu ke telinga Jeri, sepertinya mereka merencanakan sesuatu.

"Vin" pangil Tiara. Tapi yang dipangil hanya berdehem saja hanya berhenti sejenak lalu masih melanjutkan jalanya.

Tiara juga berjalan mengikutinya dan berjalan disebelahnya karena langkah Vindra lebih lebar Tiara mencoba mengimbanginya.

"Vin tunggu sebentar" lalu Vindra berhenti.

"Aku cuma mau ngucapkan selamat atas kemenangan kamu jadi ketua osis lagi" sambil tersenyum dengan semanis mungkin.

Vindra hanya mengangguk lalu pergi melanjutkan jalanya.

"What, cuma mengangguk doang tidak berterimakasih"

Carla pun sama dia datang memberi selamat dan coklat tapi malah coklatnya Bima, Tomy sama Revan yang makan.

"Gue kasih ni coklat buat Vindra bukan buat kalian" kesal Carla.

Ditoko.

Brak.

Lila terlonjak kaget yang tiba - tiba ada seorang ibu - ibu menggebrak meja.

"Mana, mana perempuan itu?" marah ibu itu.

"Perempuan mana bu" tanya Ita.

"Pangilkan dia" ibu itu tidak sabar.

"Yang anda maksud siapa?"

"Perempuan murahan" Lila sama Ita bingung orang anah tiba - tiba datang marah - marah nggak tau siapa yang dimarahi.

"Mamanya anak brandalan itu" semakin nggak jelas mereka saling pandang.

"Mamanya Vindra mana dia"

"Aku ada disini, anda mencari saya?" tanya Anggi.

"Kamu siapa?" berjalan menghampiri Anggi.

"Anggi mamanya Vindra"

"Oo jadi kamu orangnya" sambil melihat Anggi dari atas sampai bawah.

"Aku peringatkan kamu ya didik anak kamu dengan baik dan benar, main pukul orang sembarangan" marah ibu itu.

"O anda mamanya Dani ya"