Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Misterius Tampan
"A-apa yang kamu mau dariku?" tanya Nadine pada pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Adam Alvarez itu. Entah mengapa hatinya berdebar-debar saat pria itu memandangi kedua bola matanya, apalagi sekarang ini posisi mereka sangat dekat sekali, sampai tercium wangi hembusan nafas pria itu.
Marvin tersenyum smrik, matanya tak berpaling sedikitpun menatap kedua bola mata gadis dihadapannya. "Aku menginginkan dirimu."
Nadine terperangah mendengarnya, dia menatap penuh tanda tanya pada pria asing itu, kemudian dia tertawa kecil, "Jangan bercanda, kita baru saja bertemu. Dan aku sudah bertunangan."
Nadine pikir Marvin menginginkan dirinya karena pria itu naksir padanya, padahal maksud Marvin menginginkan dirinya sebagai alat balas dendam kepada sang ayah dan Sonya. Marvin ingin membalas dendam kepada mereka dengan cara yang halus, tapi cukup membuat hidup mereka hancur.
"Tapi sayangnya aku bukan pria yang gampang menyerah begitu saja." Marvin semakin mendekatkan wajahnya pada Nadine.
Namun Nadine menahannya, jangan sampai bibir mereka menempel walaupun jarak mereka sangat dekat sekali. Dia mencoba memperingati Marvin lagi, "Aku sudah bertunangan, sebentar lagi aku akan menikah. Jadi jangan bercanda dengan aku."
Nadine merasa tidak heran jika ada pria yang naksir padanya, karena selama ini banyak sekali pria yang berusaha untuk mendekatinya, bahkan dia sudah menolak cinta banyak pria, tak terhitung. Dia belum pernah berpacaran, belum pernah tau bagaimana rasanya jatuh cinta, karena dia sadar betul bahwa dirinya sudah dijodohkan dengan Damar, Nadine tidak bisa menolak perjodohan itu walaupun hatinya tidak menginginkannya.
Marvin menahan tawa, karena mungkin Nadine berpikir dia menyukai gadis itu, padahal hatinya sangat membencinya, bagaimana mungkin dia mencintai gadis yang masih satu darah dengan ayahnya? Terlebih karena Nadine hadir ke dalam kehidupannya, membuat penderitaan untuk dia dan ibunya. Dan ibunya harus meninggal dengan cara yang sangat tragis.
Marvin memundur dua langkah. Kemudian dia berjongkok, membuat Nadine terkejut, apa yang akan dilakukan pria itu padanya.
Nadine menatap takjub pada pria itu, ternyata Marvin sedang mengobati lutut Nadine yang terluka, Marvin meniupi luka di lutut Nadine, kemudian dia memakaikan plester ke lututnya. Dewangga membekali Marvin beberapa plaster ke saku kemejanya karena takut Marvin terluka, sebab dia tidak diperbolehkan ikut oleh Marvin, ternyata usaha Dewangga tidak sia-sia.
"Luka kamu tidak begitu parah, satu dua hari juga langsung sembuh."
Kemudian Marvin berdiri kembali, dia menatap Nadine yang sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Sebenarnya kamu siapa? Mengapa bersikap seolah-olah mengenaliku?" Nadine jadi penasaran tentang pria dihadapannya itu.
Marvin menyeringai, "Semua pria pasti mengenal betul siapa itu Nadine Leonardo."
"Tapi dari sikap dan tatapan kamu itu, rasanya berbeda. Seperti..." Nadine tidak dapat meneruskan perkataannya, dia juga tidak dapat mengartikan tatapan Marvin padanya, tatapan pria itu sangat dingin namun mengapa Marvin bersikap seolah-olah tertarik padanya.
Marvin mundur dua langkah lagi, "Aku masih banyak urusan. Aku akan membiarkan kamu pergi, namun jika kita bertemu lagi, jangan harap aku akan melepaskan kamu."
Nadine memandangi pria yang terkesan sangat misterius itu, kemudian dia menghela nafas, "Baiklah, aku juga berharap kita tidak bertemu lagi. Namun aku bukanlah orang yang tidak tau berterimakasih, karena itu aku sangat berterimakasih padamu karena sudah menolongku."
Setelah berkata begitu, Nadine segera melangkah pergi, takut pria asing itu berbuat jahat padanya. "Kenapa dia menatap aku seperti itu? Semoga aku tidak bertemu lagi dengannya."
Nadine terus berjalan menyusuri hutan dengan langkahnya yang tertatih-tatih.
Marvin hanya tersenyum sinis menatap Nadine yang telah pergi meninggalkannya, "Sayangnya harapan kamu tidak akan terkabul, kita akan bertemu lagi. Kalian semua harus masuk ke dalam perangkapku."