"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15. Sungguh Sangat Menyebalkan.
Setelah memperkenalkan diri dengan beberapa karyawan, HRD kembali mengantar Zeva ke ruangannya. Tidak lupa dia memberikan arahan untuk pekerjaan yang harus wanita itu lakukan, yang kebanyakan berurusan dengan Arion.
"Terima kasih banyak untuk penjelasannya, Buk!"
HRD itu menganggukkan kepalanya, lalu keluar dari ruangan itu untuk kembali mengerjakan pekerjaannya.
Ruangan Zeva tepat berada di depan ruangan Arion, yang artinya dia satu ruangan dengan Haris. Namun, ruangan mereka juga masih saling terhubung dengan ruangan Arion. Bahkan laki-laki itu bisa melihat tepat ke arah Zeva dari dalam ruangannya.
"Gimana? Apa Nona sudah berkenalan dengan yang lain?"
Zeva menganggukkan kepalanya dengan antusias untuk menjawab pertanyaan Haris. "Sudah, mereka semua sangat baik. Aku tidak menyangka kalau dunia kerja itu saaangat menyenangkan!" Senyumnya merekah dengan sempurna saat ini.
Haris ikut tersenyum melihat kebahagiaan diwajah Zeva, tentu saja semua orang harus baik padanya karna dia adalah istri dari pimpinan perusahaan ini.
Tanpa mereka berdua sadari, saat ini Arion sedang menatap tajam dari ruangannya. Dadanya terasa terbakar saat melihat Zeva tersenyum dengan Haris, dengan cepat dia menelpon wanita itu melalui sambungan intercom.
"Nona, telpon anda berbunyi!"
"Hah?" Zeva segera berlari kemejanya untuk mengangkat telpon dari intercom yang sedang berbunyi. "Halo, ada yang bisa dibantu?"
"ke ruanganku sekarang!"
"Hah, ini-"
Tut. Belum sempat Zeva bertanya siapa yang sedang menelpon, tetapi sambungan itu langsung mati begitu saja mambuatnya terheran-heran.
"ada apa, Nona?" tanya Haris yang sudah penasaran dengan apa yang Arion katakan, karna memang cuma laki-laki itu saja yang bisa menelpon Zeva.
"Gak papa, cuma salah sambung!" Zeva lalu mendudukkan tubuhnya di atas kursi panas.
Haris mengerutkan keningnya mendengar jawaban Zeva. "Kenapa salah sambung?"
Zeva yang sudah menghidupkan laptopnya kembali mendonggakkan kepala ke arah Haris. "Iya, masak tiba-tiba nyuruh aku ke ruangannya. Abis itu langsung mati, aku kan belum sempat tanya dia siapa!" Zeva menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Astaga!" Haris menepuk keningnya sendiri melihat kepolosan Zeva. "Nona, yang menyuruh anda tadi adalah Tuan Arion!"
"Benarkah?"
Haris menganggukkan kepalanya, dia lalu menyuruh Zeva untuk segera ke ruangan Arion sekarang juga.
Dengan malas Zeva menyeret kakinya ke ruangan Arion, dia mengetuk pintunya dan langsung masuk saat mendengar suara laki-laki itu.
"kenapa Tuan memanggil saya?" tanyanya dengan jutek, dan sangat tidak ramah kepada atasan.
"Gerakanmu sangat lambat, butuh waktu sampai 10 menit hanya untuk ke ruanganku!"
Zeva tercengang mendengar apa yang Arion katakan, andai ini tidak di perusahaan, sudah pasti dia akan melawan laki-laki itu.
Melihat Zeva diam, Arion menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum tipis. Tentu saja Zeva tidak bisa melihat senyum yang tidak kasat mata itu.
"buatkan aku kopi!" perintahnya kemudian.
"Baik, apa ada lagi yang anda butuhkan?"
Arion menggelengkan kepalanya, membuat Zeva langsung permisi keluar dari ruangan itu.
Zeva menutup pintu ruangan Arion dengan kesal. "Kenapa dia gak bilang sama OB aja sih kalau mau kopi, memangnya aku sekretaris pembuat kopi apa!" Dia lalu pergi ke arah dapur untuk membuatkan pesanan laki-laki menyebalkan itu.
Beberapa saat kemudian, Zeva sudah kembali ke ruangan itu dengan secangkir kopi ditangannya. Dia meletakkan kopi itu di atas meja dengan penuh kehati-hatian, jika tidak laki-laki itu pasti akan mengamuk padanya.
"Apa ada lagi, Tuan?"
Arion menggelengkan kepalanya tanpa melihat ke arah Zeva, dia tetap fokus dengan apa yang sedang dia kerjakan saat ini.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, tidak terasa saat ini sudah masuk jam istirahat membuat para karyawan pergi ke ruang makan yang sudah disiapkan oleh pihak perusahaan.
Zeva menggeliatkan tubuhnya yang terasa sangat pegal, dia menyelesaikan proposal yang diberi oleh Haris tadi dengan sangat baik.
"Tunggu, kenapa aku jadi mengerjakan semua ini? Bukannya aku mau membuat keributan?" Dia baru ingat kalau akan membalas perbuatan Arion dengan membuat keributan di perusahaan, tetapi dia menjadi tidak tega karna suasana kerja di tempat ini sangat nyaman.
"Hey, Zeva! Kau tidak makan siang?"
Tiba-tiba ada 2 orang wanita yang menghampiri Zeva membuat dia melihat ke arah pintu. "Iya, ini aku mau makan siang!"
"Kalau gitu ayo, kita bareng!"
Zeva langsung menganggukkan kepalanya dan bersiap untuk pergi, tetapi langkahnya ditahan oleh Haris yang baru saja keluar dari ruangan Arion.
"Nona, anda dipangil oleh Tuan Arion!"
Zeva langsung berdecak kesal saat mendengarnya. "Maaf, kalian duluan saja ya. Aku masih ada pekerjaan!"
Kedua wanita itu menganggukkan kepala lalu pergi ke ruang makan, sementara Zeva sendiri langsung masuk ke dalam ruangan itu tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Ini namanya melanggar aturan kerja, mana ada pemimpin yang mengganggu jam istirahat karyawannya!" Zeva langsung mencerca Arion saat sudah berdiri di depan laki-laki itu, tentu saja dengan tangan yang bersedekap dada.
"Temani aku makan!" Dengan santainya Arion berjalan ke arah sofa di mana sudah tersaji berbagai macam makanan, tentu saja Zeva membulatkan matanya saat melihat semua itu.
"Kau, kau menyuruhku datang untuk makan?"
Arion beralih melihatnya dengan tajam membuat Zeva langsung gugup, tetapi dia merasa kesal sekali dengan sikap laki-laki kurang ajar itu.
"duduk!"
"Tidak, aku mau makan bersama teman yang lainnya!" Zeva mendengus sebal dan langsung keluar dari ruangan itu.
Brak!
"Dasar laki-laki si*alan! Apa dia tidak bisa membuatku hidup tenang?" Ingin sekali Zeva memukul mulut Arion, tetapi keberaniannya belum sebanyak itu.
Tanpa menunggu lama lagi, Zeva segera berjalan ke lantai 1 di mana ruang makan berada. Terlihat tempat itu sangat ramai sekali karna memang semua karyawan makan di sana.
Begitu Zeva lewat, banyak pasang mata yang memperhatikannya. Terutama kaum pria, tentu pandangan mereka tertuju pada dada dan bongkahan pantatnya.
"Gila, itu sekretaris barunya Tuan Arion, kan?"
Langkah kaki Zeva terhenti saat mendengar ucapan seseorang, dia lalu beralih melihat ke arah kiri di mana sumber suara berasal.
"benar! Lihat saja dadanya itu, aku rasa dia sengaja memakai pakaian ketat supaya bisa menggoda Tuan Arion!"
"Benar, dia sepertinya ingin menggoda Tuan Arion. Cih, murahan sekali. Padahal Tuan Arion sudah menikah!"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..