Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Memalukan.
Wanita cantik itu tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat lama nya, hanya diam sambil menatap tajam ke arah patriak Rao Pang Ong.
Sambil menahan degupan jantung nya, ada aura yang sangat besar terasa menekan dada sang patriak Rao Pang Ong, aura kewibawaan yang luar biasa besar nya, sehingga dengkul sang patriak pun sampai bergetar karena nya.
"Si… siapa siocia ini, kenapa datang datang main serang orang saja?" tanya patriak mencoba menguasai kegugupan nya dengan mengalirkan hawa murni keseluruh tubuh nya.
"Siapa aku?, ku katakan pun kau tidak bakalan tahu, bahkan kakek buyut mu pun belum tentu mengenal ku, bukankah kalian dari Kau Lun Bu Koan?, aku tidak akan ikut campur urusan kalian seandainya nya bukan murid ku yang akan kalian celakai!" ujar wanita cantik itu.
"Mu… murid mu?, maksud siocia bocah kecil ini?" tanya patriak Rao Pang Ong kaget bukan main, sambil menunjuk kearah Xiao Yuen.
"Ya!, dia murid ku!" sahut wanita cantik itu.
Patriak Rao Pang Ong memberanikan diri menatap kearah wanita cantik dengan aura wibawa luar biasa besar itu dan meneliti usia nya.
Karena dia tidak bisa memindai tulang wanita itu, sehingga tidak bisa pula memperkirakan usia nya, dia hanya mengira ngira saja, jika usia Wanita cantik yang kini berdiri dihadapan nya itu sekitar tiga puluh tahunan saja.
"Si… siapa kah nama julukan orang sakti yang berada dihadapan ku sekarang, sudilah kira nya siocia mengatakan nya, agar saya tidak mati penasaran" ujar patriak Rao Pang Ong lagi.
Setelah berdiam diri beberapa saat lama nya, barulah wanita itu berucap, "baiklah, akan kukatakan, meskipun tidak ada guna nya bagi mu, dengarlah baik baik, empat ratus tahun yang lalu, aku dikenal sebagai Pek Ngo Sian Li!" ujar nya.
Mendengar itu, tiga orang pria paro baya itu terdiam, antara percaya dan tidak dengan kata kata wanita cantik itu.
Pek Ngo Sian Li mengibaskan tangan nya ke arah tetua Rao pang Wen, dan secara menakjubkan, pria paro baya itu dapat menggerakkan tubuh nya kembali.
Para murid murid perguruan silat Kau Lun menatap kearah kejadian itu tanpa berani ikut campur, hanya diam dari kejauhan.
"Maafkan kami Dewi, maafkan kesalah pahaman ini, kami tidak tahu jika sekarang salah seorang murid kami sudah menjadi murid Dewi!" ujar patriak Rao Pang Ong.
Mendengar ucapan dari patriak Kau Lun Bu Koan itu, mata pek Ngo Sian Li membulat menatap kearah patriak Rao Pang Ong.
"Murid kata mu?, kau pikir aku tidak tahu apa yang sesungguh nya terjadi?, dia bukan murid Kau Lun Bu Koan, kalian hanya menjadikan nya budak saja, tidak satu langkah pun kalian mengajari nya jurus silat, jadi sebenar nya antara kalian dan anak ini masih tidak ada ikatan apapun, beda kalau dia pernah kalian ajari jurus jurus silat, atau ilmu baca tulis, atau ilmu sastra, maka dia bagian dari perguruan kalian!" kata Pek Ngo Sian Li.
"Ah kau benar Dewi!, maafkan kami Dewi!" patriak Rao Pang Ong menjura dihadapan Pek Ngo Sian Li.
Saat sang patriak Rao Pang Ong membungkukan badan nya di hadapan Pek Ngo Sian Li, tiba tiba terjadi lagi satu keanehan, tubuh sang patriak Rao Pang Ong tiba tiba terpelanting beberapa tombak kebelakang.
Rupa nya saat tadi sang patriak Rao Pang Ong menjura pada Pek Ngo Sian Li, diam diam pria paro baya itu mengerahkan tenaga dalam nya untuk menyerang wanita cantik itu.
Pek Ngo Sian Li yang merasa ada tekanan tenaga dalam dari Pria paro baya itu, segera mengerahkan pula sebagian tenaga dalam nya untuk melawan tindihan tenaga dalam dari patriak Kau Lun Bu Koan itu.
Dan sebagai akibat nya sungguh luar biasa, tubuh patriak Rao Pang Ong terpental ke belakang beberapa tombak dengan darah segar menyembur dari mulut nya.
Semua murid murid Kau Lun Bu Koan dari yang junior hingga murid senior nya menjadi gempar melihat kejadian itu.
Perlahan patriak Rao Pang Ong bangkit, lalu menelan sebutir pil kecil berwarna putih.
Patriak kembali menjura didepan Pek Ngo Sian Li, namun kali ini dengan niat yang benar benar tulus, dia sudah jerih beradu tenaga dalam dengan wanita cantik itu.
"Maafkan kebodohan saya Dewi, saya memiliki mata, namun buta, tak melihat tinggi nya puncak Thien San yang menjulang di depan mata, maafkan kebodohan saya ini" ucap patriak Rao Pang Ong tulus sambil mengajak kedua saudara nya menjauh dari tempat itu.
Tidak jauh dari tempat kejadian itu, nampak seorang pria tua dan bocah perempuan cantik berbaju merah menatap kearah kejadian.
"Manusia manusia bodoh yang tidak tahu diri, mencari penyakit saja berani petantang petetenteng di depan Pek Ngo Sian Li" gumam pria tua itu.
Rupanya gumaman nya terlalu nyaring, sehingga di dengar oleh gadis kecil di samping nya.
Gadis kecil itu menoleh kearah nya, "memang nya siapakah wanita muda yang cantik itu guru?" tanya gadis kecil itu.
"Hmm, wanita muda?, dia jauh lebih tua dari guru mu ini, saat bertemu dengan guru mu ini dia ratus tahun yang lalu, usia nya sudah nyaris dua ratus tahun pula, namun fisik nya tetap saja seperti wanita tiga puluh tahun, dan sekarang setelah ratusan tahun berpisah, kami bertemu lagi, dan fisiknya masih tetap saja seperti pertama kali kami bertemu dahulu, entah siapa nama nya, konon dia sendiri sudah lupa siapa nama nya yang sebenar nya, dia lebih dikenal dengan gelar Pek Ngo Sian Li, tokoh atas jaman dahulu kala" ungkap pria tua yang ternyata jauh lebih muda dari Pek Ngo Sian Li itu.
Gadis kecil itu menatap kearah gurunya dengan perasaan tidak yakin.
"Lalu siapa diantara guru dan dia yang terhebat?" tanya gadis kecil itu tiba tiba.
"Entahlah nak, kami tidak pernah mengukur nya, tetapi seperti nya wanita itu lebih hebat nak, dia tokoh nomor satu di jaman itu dan hingga sekarang!" jawab pria tua itu.
"Kalau dengan tokoh legendaris Shin Liong, siapa yang paling sakti?" tanya nya lagi.
Mendengar pertanyaan dari murid nya itu, pria tua itu terdiam beberapa saat lama nya.
"Hm, entahlah, tidak pantas mengukur Kong Thai Sian Shin Liong dengan siapa pun juga, selain tak pantas, juga tidak beradab nak!" sahut nya.
Gadis kecil itu menatap kearah sang guru dengan wajah merengut, "ah Niu Niu kecewa dengan guru, seharus nya guru berkata jujur jika guru lebih hebat dari kedua nya" gumam gadis kecil itu.
Baru saja pria tua itu ingin menanggapi ucapan murid nya, tiba tiba telinga nya berdengung, dan terdengar suara Pek Ngo Sian Li berbicara, "Pek Ko Li!, ingat janji kita, sembilan musim dari sekarang, tetapi bukan di tempat ini, aku berubah pikiran, kita bertemu di puncak Thien San saja, ajari murid mu sungguh sungguh, karena ini juga penentuan, siapa diantara kita yang lebih sakti!" ....
Serentak wajah pria tua ini terlihat menjadi semakin tua saja.
"Hhh!, meskipun aku berusia cukup panjang, namun dengan tubuh yang semakin renta ini, aku lebih suka wafat sebagai ksatria saja, kau enak Dewi, usia yang demikian panjang, dan tubuh mu yang tidak pernah menua, berbeda dengan ku!" keluh Pek Ko Li dalam hati.
"Guru!, dengarlah guru, guru harus mengajari aku seluruh ilmu kesaktian guru itu, akan ku buktikan jika aku yang terhebat di seantero Tanah Fangkea ini, akan ku hajar anak tak berguna itu, akan ku jadikan budak ku!" gerutu Than Niu atau Niu Niu seorang gadis kecil yang sangat congkak itu.
Pek Ko Li menatap kearah murid nya itu sambil menarik nafas panjang, "nak semoga kelak kau bisa menyadari, jika kesombongan mu itu, bisa memakan diri mu sendiri" bisik nya dalam hati.
Sekali lagi, dihela nya nafas nya dalam dalam, lalu dihembuskan nya kuat kuat.
Dia memang tidak melihat ke istimewaan apapun dari anak kecil murid dari Pek Ngo Sian Li itu, tetapi satu hal yang dia percayai, wanita sakti itu tidak mungkin mau mengangkat murid seorang anak yang tidak punya ke istimewaan, tentu ada hal istimewa dari anak laki laki ini sehingga wanita sakti itu mau mengangkat nya sebagai murid, pikir Pek Ko Li.
Ditatap nya Xiao Yuen dari kejauhan, dan dicoba nya memindai tingkat kultivasi anak itu, namun dia tidak menemukan sesuatu yang tampak istimewa.
...****************...