Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: HARI YANG BERLALU
"Nara, tenanglah di alammu! Aku tidak takut dengan siapapun. Maafkan, aku. Andai aku berubah sejak awal, mungkin saat ini kamu masih bersamaku, dan aku bisa melindungimu. Maafkan, aku....,"
Tanpa Rose sadari ada yang mengawasinya sejak langkah kakinya memasuki perpustakaan sepuluh menit lalu. Sorot mata tenang dengan aroma parfum yang manis segar. Ia hanya menatap dari jarak sepuluh meter tanpa berniat mendekat.
Kesedihanmu adalah dukaku. Aku tidak akan meninggalkan putriku disaat terjatuh. Papa tau, kamu gadis kuat sama seperti mommy mu.~batinnya, lalu memutuskan berjalan meninggalkan perpustakaan.
Hari dimana tantangan terbuka akhirnya terjadi, membuat suasana kampus semakin panas dingin. Setiap hari ada saja yang dilakukan pada kandidat untuk memulai demo pribadi dari kelas ke kelas. Sementara Rose justru harus dihadapkan dengan jadwal dadakan dari mommynya.
Seminggu berlalu sejak hari tantangan. Rose yang baru saja bangun, sudah disuguhi sarapan beserta sebuah noted mini. "Latihan menembak sepuluh menit lagi! Bersiaplah, Mommy tunggu di taman! Hurry princess!"
"Mommy ku ini malaikat keadilan, atau malaikat penagih hutang?" Rose mengambil roti bakar langsung memakannya setengah, begitulah dia saat mode ngambek.
Tok!
Tok!
Tok!
"Nona muda, Anda sudah bangun?" seru seorang pelayan dari luar.
Rose menghentikan kunyahan rotinya, lalu diguyur dengan jus jeruk. "Nenek, pergi aja! Rose akan datang tepat waktu."
"Okay, Non." jawab pelayan diluar pergi meninggalkan depan kamar putri majikannya.
"Nara, bersabarlah. Aku harus memperkuat diriku sendiri sebelum berperang. Semua yang mommy katakan memang benar. Rencana sebaik apapun, tidak akan sempurna." Rose menghela nafas mengingat perbincangan di antara dirinya dan sang mommy setelah penculikan sarah.
Beberapa hari lalu disaat Asfa kembali ke mansion, dan mengembalikan Sarah ke rumah tanpa kekurangan apapun. Baik kehormatan ataupun fisik gadis itu tetap utuh tanpa lecet. Bagaimana tidak, ikatan tangan dan kaki saja menggunakan kain sutra.
"Rose, apa rencanamu?" tanya Asfa setelah membersihkan diri dan berkumpul bersama keluarganya di ruang kerja.
Rose yang menakutkan jemarinya. Antara iya dan tidak, rasanya ragu ingin mengatakan apa rencananya untuk misi selama setahun ke depan. Terlebih setelah melihat bagaimana tindakan sang mommy yang jelas to the poin tanpa rasa ragu.
"Rose Qiara Salsabila Luxifer!" Panggil Asfa berhenti membaca file di tangannya, lalu beralih menatap sang putri yang justru menunduk dengan tangan menyatu.
Asfa bangun, lalu berjalan menghampiri putri rajanya. Untuk mengetahui semua isi hati dan pikiran sang putri. Ia harus menjadi seorang ibu, bukannya menjadi seorang pemimpin. Setelah duduk di samping Rose, wanita itu memeluk tubuh gadis yang kini bersandar di bahunya.
"Nak, dengarkan mommy. Sebuah rencana tidak akan bisa diandalkan. Sejauh apapun kepintaran, jika tidak seimbang dengan kekuatan untuk menjaga diri sendiri. Maka, kita bisa dikalahkan. Jika, kamu ingin berjuang. Jangan buat rencana saja, tapi lakukan semuanya dalam sekali gerakan." Asfa berhenti sesaat untuk melepaskan pelukan, dan memegang bahu putrinya.
Kini tatapan mata keduanya terpaut satu sama lain. "Rose tujuanmu bukan melengserkan para pelaku bully, tapi menegakkan keadilan. Banyak mata yang akan menusuk keberanianmu, banyak mulut yang akan berteriak menghentikanmu, banyak telinga yang mengabaikan suara perjuanganmu. Untuk semua itu, kamu harus kuat dari dalam dan luar. Hati, pikiran, dan raga mu harus ditempa!"
Itulah nasehat sang mommy beberapa hari yang lalu. Kini semua harus diperjuangkan. Meskipun untuk itu ia harus menunda mencari bukti yang lebih akurat tentang pelecehan pada sahabatnya. Rose bergegas bersiap setelah merenung sesaat sembari menikmati sarapan. Pelatihan yang selalu gadis itu lakukan bersama sang mommy sudah menjadi jadwal tambahan. Siapa yang bisa menolak perintah mommynya? Tidak ada. Bahkan kakek dan papa juga menyetujui.
Pelatihan dilakukan saat pagi hari, satu jam sebelum jadwal berangkat kuliahnya. Tidak peduli rasa lelah, gadis itu tetap menjalani rutinitasnya yang padat. Meskipun begitu sampai di kampus ada saja kelakuan geng cantika. Terkadang mereka sibuk menindas mahasiswa lemah di lorong sepi, terkadang terang-terangan di depan kelas. Hanya satu yang aneh dari geng itu. Dimana mereka hanya memaki Rose dengan kata tanpa melakukan kontak fisik. Semua yang dilakukan geng cantika hanya dibalas dengan tatapan datar.
Hari rabu,
Disaat jam istirahat. Semua mahasiswa sibuk berbincang atau sekedar menikmati cemilan. Rose yang berjalan meninggalkan kelas untuk pergi berkunjung ke perpustakaan seperti biasanya mendadak berhenti. Disaat tiba-tiba saja ada seorang mahasiswi tersungkur tepat di bawah kakinya.
"Ayo, bangun!" Rose mengulurkan tangan kanannya ke arah mahasiswi itu, tapi bukannya disambut hangat. Justru gadis dengan rambut kuncir dua menatapnya tajam, dan bangun sendiri.
Penampilan yang kacau dengan luka lebam di kedua pipinya. Sudah pasti ada yang tidak beres. Sekilas Rose melirik ke depan. Benar, di depan sana ada geng cantika berdiri tak jauh dengan sikap arrogant serta senyuman jahat. Tangan yang masih terulur ditarik kembali.
"Apa kamu mau sok pahlawan?! Semua ini hanya karena ULAH MU! Kami menderita karenamu!"
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢