Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagai berjalan di atas seutas tali
Mansion milik Kafeel.
Terlihat Rendy sedang membacakan beberapa agenda yang akan di lalui oleh Kafeel seminggu ke depan. Benar benar terdengar padat dan tanpa celah, namun bukannya kesal Kafeel malah tampak bahagia karena setidaknya ia tidak akan berada di rumah selama seminggu ini dan bertemu dengan Nabila.
"Kenapa anda tersenyum bos?" tanya Rendy dengan wajah yang bingung terhadap ekspresi Kafeel.
"Tidak ada, persiapkan saja segala keperluannya kita akan berangkat malam ini." ucap Kafeel dengan nada yang datar.
"Malam ini bos? bukankah dalam agenda kita akan berangkat esok hari?" tanya Rendy sambil melihat kembali layar iPad nya siapa tahu dia salah membaca atau apa.
"Semakin cepat bukankah semakin lebih baik?" ucap Kafeel lagi.
Rendy yang hanya berperan sebagai bawahan mau tidak mau pada akhirnya hanya mengikuti segala keputusan Kafeel untuk pergi malam ini juga.
"Baiklah bos, kalau begitu saya permisi." ucap Rendy dengan sedikit menunduk kemudian melenggang pergi dari ruangan Kafeel.
Meski Kafeel adalah pemilik dari berbagai mall dan juga perusahaan besar lainya, Kafeel tidak pernah ingin bekerja dan berada di kantor, ia selalu mengerjakan segalanya di rumah dan hanya keluar jika terdapat event event tertentu atau tinjauan khusus, itulah sebabnya jarang sekali yang mengetahui bahwa Kafeel termasuk ke dalam jajaran pengusaha terkaya di Indonesia dan memiliki beberapa perusahaan, orang awam pasti hanya akan mengenalnya sebagai pengusaha batu bara saja.
Nabila memantapkan hatinya mengetuk pintu ruang kerja Kafeel dan masuk ke dalam. Mengetahui Nabila yang melangkah mendekat ke arahnya, Kafeel berpura pura fokus melihat beberapa laporan di mejanya seakan tak ingin melihat Nabila.
"Aku membuatkan mu kopi dan beberapa camilan Kaf." ucap Nabila dengan lirih sambil menaruh nampan di atas meja.
Kafeel hanya melirik sekilas ke arah Nabila memperhatikan gerak gerik wanita yang masih berstatus istrinya itu.
Nabila perlahan mengangkat cangkir kopi tersebut berniat memberikannya kepada Kafeel, namun sepertinya nasib buruk selalu saja terjadi padanya, tanpa di duga cangkir yang berada di tangannya jatuh dan pecah berserakan hingga membasahi celana yang di pakai oleh Kafeel.
"Apa yang kau lakukan sebenarnya Bi?" ucap Kafeel sambil bangkit berdiri karena terkejut dengan cangkir yang tiba tiba saja pecah.
"Aku... aku benar benar minta maaf Kaf?" ucap Nabila yang juga ikut terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"Jika kamu ingin semuanya baik! cobalah untuk tetap diam dan bersikap manis, tidakkah kau lihat? gelas yang sudah pecah tidak akan bisa kembali Bi!" ucap Kafeel dengan kesal kemudian melenggang pergi dari sana.
Nabila menatap kepergian Kafeel dengan tatapan sendu hingga menghilang dari pandangannya.
"Apakah aku sungguh tidak bisa memperbaiki segalanya Kaf? apa yang harus ku lakukan?" ucap Nabila dengan lirih.
Dengan perasaan yang kecewa Nabila membersihkan tumpahan kopi serta pecahan cangkir yang berserakan di lantai. Setelah memastikan semuanya bersih dan tidak ada yang tertinggal. Nabila menatap ruangan Kafeel dengan seksama dan pandangannya jatuh pada meja milik Kafeel di mana terdapat map dengan sampul bertuliskan Pengadilan Agama.
Deg
Jantung Nabila langsung berpacu dengan kencang, ia tahu betul apa isi dari map itu. Dengan tangan yang gemetar Nabila mengambil map itu dan membukanya, setelah map tersebut terbuka dengan jelas sesuai dugaannya map tersebut berisi surat gugatan cerai antara Kafeel dan dirinya.
Dengan tatapan yang penuh dengan amarah, Nabila merobek kertas itu hingga menjadi serpihan kecil kemudian melemparnya hingga jatuh berserakan memenuhi ruangan kerja Kafeel.
"Aku tidak akan diam begitu saja melihatmu berusaha pergi dari ku Kaf!" ucapnya dengan nada yang penuh amarah.
*******
Sementara itu Kinara berjalan gontai memasuki rumah, lalu mengistirahatkan dirinya sebentar pada sofa ruang tamu rumahnya.
Geffie yang memang baru datang hanya berjalan santai melewati Kinara yang sedang duduk pada sofa ruang tamu dengan posisi sedikit bersandar, tanpa ingin berbicara maupun bertegur sapa dengan Kinara.
"Di mana Delisha?" tanya Geffie tiba tiba yang terdengar menggema dari arah ruang makan dekat dengan kamar Delisha.
Mendengar pertanyaan suaminya Kinara hanya diam tak menanggapi, ia benar benar sudah lelah dan ingin beristirahat sebentar sambil memejamkan matanya mencoba untuk merilekskan pikirannya.
"Ku tanya dimana Delisha?" ulang Geffie karena tidak mendapat jawaban apapun dari Kinara.
Kinara bangkit dan berjalan begitu saja melewati Geffie yang menatapnya dengan kesal, namun tangannya di tahan hingga menghentikan langkah kakinya yang hendak pergi ke kamar.
"Bisakah kamu jangan berisik? aku hanya ingin istirahat, lagi pula Delisha aman ia ada di rumah bude menginap di sana." ucap Kinara dengan nada yang lesu.
"Bagaimana bisa Delisha menginap di situ padahal esok bukanlah hari weekend?" tanya Geffie.
"Besok aku ada pekerjaan di luar kota, aku membawanya ke rumah bude agar Delisha tidak kesepian." ucapnya lagi.
"Bukankah masih ada ibuku? kenapa kamu malah membawanya ke rumah bude?"
Terdengar helaan nafas dari Kinara, kini perlahan sisi lain dari diri Geffie mulai terungkap membuatnya semakin bertanya, kenapa dulu ia jatuh cinta pada pria ini?
"Oh ya? kalau begitu apa kamu akan sekalian memberitahu mereka tentang rumah tangga kita yang sudah retak?" ucapnya kemudian tidak tahan lagi.
"..."
"Enggak kan mas? jadi aku harap kamu diam saja dan tidak perlu memperkeruh keadaan lagi, aku benar benar sudah lelah, bukankah aku sudah memberimu kebebasan akhir akhir ini untuk bertemu dengannya? jadi jangan ganggu aku!" ucap Kinara dengan kesal.
Mendengar ucapan Kinara barusan membuat Geffie sedikit terkejut, tentang fakta bahwa Kinara mengetahui gerak geriknya akhir akhir ini.
Bukankah Geffie terlalu egois? ketika sebuah kaca perlahan mulai retak dan hendak pecah, bukankah seharusnya Geffie mencari cara untuk memperbaikinya? bukan malah menambah masalah dan membuat retakan itu kian menjalar dan hampir meremukkan segala sudut kaca hanya tinggal menunggu jatuh dan pecah.
Setelah mengatakan hal itu Kinara lantas melenggang pergi meninggalkan Geffie dengan sejuta perasaan yang tak karuan di hatinya. Geffie tidak bisa melihat air mata Kinara yang terus terusan jatuh karenanya, namun Geffie juga tidak bisa menyembuhkan luka itu dan meninggalkan Nabila begitu saja setelah penantian yang cukup lama ia lakukan selama ini.
Bagai berjalan di tengah seutas tali di mana kamu tidak bisa maju ataupun mundur ketika sudah berada di tengah tengahnya, Geffie benar benar bingung akan keputusan yang belakangan ini selalu berputar di benaknya, mungkinkah Geffie akan berjalan maju dan meninggalkan kenangan demi kenangan indah yang ia lalui bersama Kinara dan juga Delisha, atau kembali bersama Kinara dan meninggalkan cinta lamanya untuk selamanya.
Bersambung