Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Penculikan
"Nyonya"
"Laura"
Tanpa aba-aba Tony beserta dua bodyguardnya meringsek keluar diikuti para karyawan yang panik dengan keadaan yang terjadi. Suara derap kaki saling sahut-menyahut menggema di sepanjang ruangan hingga lorong panjang yang memisahkan kedua ruangan berbeda divisi itu.
Sampai di tempat terakhir Emil meninggalkan sang nyonya, tak didapati jejak apapun yang tersisa. Lelaki berkacamata itu memindai sekeliling dengan langkah gusar.
"Tadi saya meninggalkan nyonya di sini Tuan" ucap Emil dengan napas terengah. Jantungnya berdetak cepat akibat berlari serta tatapan tajam sang majikan.
"Bodoh, aku bilang kau harus menjaganya mengapa malah kau tinggalkan dia sendiri" Tony meraup wajahnya. Rahangnya mengetat, ingin mengumpat pengawalnya tapi dia sadar sedang berada dimana.
"Tuan, saya menemukan tas nyonya" salah satu pengawal mendatangi Tony membawa clutch mini warna hitam yang dikenali Tony.
"Cepat kejar ke lift!" perintah Tony yang langsung ditindak lanjuti oleh semua pengawalnya. Dengan segera mereka berlari dan disusul oleh Tony dibelakangnya.
Drap...
Drap...
Drap...
"Tolong..." Laura berteriak sekuat tenaga ketika lelaki yang hampir saja melewatinya tadi malah berbalik, menariknya untuk mengikutinya.
Lelaki itu mengancam dengan menodongkan pistol. Tangan kirinya posisi menekuk didepan leher Laura sedangkan pistol dipegang oleh tangan lainnya yang mengarah tepat di vena jugularis bagian kanan.
"Lepass"
Duggg
Duggg
Kaki Laura menghentak menendang ke sembarang arah demi melepaskan diri dari cengkeraman penjahat itu. Namun tenaga lelaki selalu lebih kuat bukan, apalagi Laura yang memang tidak mempunyai besic beladiri. Tendangannya ringan, tidak bertenaga dan terkesan ngawur.
Lelaki itu semakin mencengkeramnya, menariknya masuk lift, tangan yang tadinya membungkam mulut Laura pun terlepas karena gigitan wanita cantik itu.
Tepat ketika Tony dan para pengawalnya terlihat di ujung lorong, sekuat tenaga wanita itu berteriak.
"Tolong...Tony..hmppp" tangan lelaki itu segera membekap mulut Laura. Tangannya lihai memainkan pistol yang terarah ke depan hingga menghentikan pintu lift yang hampir menutup.
"Jangan ikuti kalau mau wanita ini selamat!" Tony geram dengan kekacauan ini, namun di depan lelaki penyandera itu ia sontak mengedikkan kepalanya memberi tanda para pengawalnya untuk mundur.
Lelaki yang mengancamnya itu kemudian menarik kedalam senjatanya hingga pintu lift menutup.
"Dibawah sudah siap Em?!"
"Sudah bos!"
"Lumpuhkan saja, kita di tempat umum, prioritaskan keselamatan istriku!" perintah Tony dengan tegas yang dibalas anggukan para pengawalnya. Segera Emil sang pemimpin menghubungi anakbuahnya yang berada di lantai bawah.
Tony dan empat pengawalnya segera masuk ke lift khusus VIP yang letaknya tidak jauh dari lift karyawan. Ternyata dia sudah menyuruh anakbuahnya untuk siap sedia dibawah sejak mengetahui bahwa istrinya tidak ditemukan tadi.
Ting
Ting
Dua pintu lift membuka hampir bersamaan namun di tempat yang berbeda. Tampak seorang lelaki menyeret paksa wanita yang berada dalam cengkeramannya.
"Jangan ada yang berani mengikuti atau wanita ini tidak selamat!" teriak lelaki itu dengan wajah beringas. Sebenarnya nyalinya sedikit menciut mendapati Tony yang ternyata tidak pernah lepas dari bodyguardnya. Namun apa boleh buat dia harus bisa selamat dalam tugasnya kali ini dan segera melarikan diri dari majikannya karena tugasnya telah gagal.
Dengan gerakan mundur dan tetap mencengkeram leher Laura, lelaki itu berjalan menuju lobby. Perhatiannya terpecah karena ternyata di lobby bawah tidak ada seorangpun karyawan berada disana.
Apes, lobby dipenuhi para lelaki berjas hitam rapi dengan menodongkan senjata kearahnya.
Ya, para pengawal itu telah siap diposisinya masing-masing.
Tidak lama kemudian muncullah sang Tuan dengan mimik santai karena merasa menang telak dengan cecunguk yang telah berani menerobos benteng perusahaannya.
"Lepaskan dia, atau aku yang mengambilnya dengan paksa!"
"Tidakkk! biarkan aku pergi dan aku takkan melukai wanita ini"
"Lepaskan dan kau selamat, kalau sampai aku mengambilnya sendiri kupastikan kau tinggal mayat!" bentak Tony menunjukkan kekuasaannya.
"Tidakkk! aku..."
Bugg
Belum sempat melanjutkan, sebuah pukulan keras mengenai tengkuk penyandera itu. Lelaki itu terhuyung kemudian terjatuh, namun senjata yang ia bawa tetap berada dalam genggamannya hingga reflek dalam keadaan terancam ia menarik pelatuknya.
Dor..
Dor..
Dor..
Target tembakan tak tentu arah, bunyi pistol memekakkan telinga hingga orang-orang yang berada ditempat itu saling mengamankan diri tak terkecuali sang tuan yang mendapati istrinya terdiam kaku di tempat karena masih kaget dengan semua kejadian tiba-tiba dan bunyi tembakan yang beruntun.
Lengan kekar milik Tony dengan segera mengamankan sang istri dalam pelukannya. Laura menangis di dada bidang Tony, pikirannya mengembara pada kejadian yang hampir mengancam nyawanya.
Para pengawal dengan sigap meringkus penyandera itu. Menyeretnya keluar dengan menodongkan senjata.
"Bawa ke markas Em, dan buat dia bicara siapa yang menyuruhnya!"
"Siap Tuan"
"Ssshhh..." Laura mendengar suaminya mendesis. Dilepaskan rengkuhannya. Kepalanya mendongak menatapi wajah suaminya yang berkeringat menahan sakit.
"Tony, kau baik-baik saja kan?" pertanyaan itu tidak perlu jawaban, Laura hanya mencari ketenangan dalam jawaban suaminya.
"Ssshhhh...tidak, hah... aku baikkk..hanya kena paha sedikit"
"Hahh....Tony ini kau bilang sedikit!" cairan merah menembus celana bahan Tony hingga mengalir ke bawah kakinya.
Reza dengan sigap memapah sang majikan menuju mobil. Dan yang lain membereskan kekacauan yang dibuat penyandera itu.
"Nyonya anda tunggu di mobil saja" yang di jawab anggukan oleh Laura yang segera menuju mobil yang sama dengan yang akan dinaiki sang suami.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Didalam ruangan VVIP sebuah rumah sakit, nampak Laura duduk bersandar di sebuah bed pasien yang mana empunya masih menutup rapat matanya selepas operasi pengangkatan peluru dipaha kirinya.
Ya, Tony yang ketika ditanya istrinya mengatakan kalau hanya sedikit pahanya yang terkena peluru nyatanya malah bersarang dipaha suaminya itu.
Laura merasa bersalah, belum habis rasa bersalahnya karena perselisihan rumahtangga mereka sebelumnya. Hari ini malah bertambah dengan kejadian ini.
Ia bahkan tidak menyangka, Tony akan terluka karena dirinya, karena menyelamatkannya. Wanita itu meremas tangannya yang basah oleh keringat akibat cemas yang melandanya. Saat ini sudah hampir 6 jam pasca operasi dan tidak ada tanda-tanda suaminya akan sadar.
Gegas ia berdiri ingin memberitahu dokter tentang keadaan suaminya yang membuatnya khawatir. Namun baru mencapai pintu, dia berpapasan dengan dokter yang merawat Tony yang hendak masuk.
"Ah...kebetulan dok, bagaimana kondisi suami saya? mengapa sudah selama ini belum juga siuman ya dok?" wajah Laura menunjukkan kekhawatiran.
"Biar saya periksa dulu ya bu pasiennya, mohon maaf ibu bisa keluar sebentar" Laura mengangguk, dilangkahkan kakinya keluar ruangan.
Duduk di luar ruangan bersama dua pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Tony, pikirannya kalut dan melayang. Sudah hampir setengah jam pemeriksaan berlangsung dan belum ada tanda-tanda dokter akan keluar.
Ceklek
Handle pintu ditarik kedalam, wanita cantik itu segera berdiri menghampiri sang dokter yang tampak ingin menjelaskan sesuatu.
"Bagaimana dok?"
"Tuan Tony baik-baik saja bu, hanya sedikit shock saja. Jadi mohon bicara hal yang baik-baik saja didepannya"
"Em...iya" apa hubungannya luka dipaha dan shock? Aneh-aneh saja. Lalu apa hubungannya pula tidak juga siuman pasca operasi hingga berjam-jam lamanya. Hah..kedua alis Laura menukik, ada apa ini?
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏