NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 - Latar belakang sang pengasuh

Nev sampai di kantornya, ia mulai berkutat dengan jadwal pekerjaan dan membahasnya bersama Bian.

Selesai dengan pembahasan mereka, Nev menatap Bian dengan tatapan aneh.

"Ada apa, Tuan?" tanya Bian yang mengerti jika tatapan Nev mengandung arti-- jika sang atasan membutuhkan sesuatu.

"Feli tetap tidak mau mengakuinya." kata Nev dan Bian sudah paham apa yang Nev maksudkan tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut.

"Apa boleh saya menilai dari sudut pandang saya, Tuan?" tanya Bian mengajukan diri.

"Ya, ya...Kau telah banyak membantuku mengenai kasus ini. Berilah pendapat, bagaimana menurutmu?" kata Nev.

"Dari awal, saya merasa Tuan terlalu bermurah hati pada Nyonya Feli. Maaf jika Tuan tersinggung, tapi jika itu saya, dari awalpun saya tidak akan memaklumi tindakan yang Nyonya Feli perbuat. This is criminal," celetuk Bian dengan pemikirannya.

Nev mengangguk paham.

"Apa aku terlalu bodoh karena sampai hari ini menunggu kejujuran Feli?" tanya Nev tertawa hambar.

Bian tersenyum kecil. "Saya mengenal Anda dan disini saya lebih melihat kemurahan hati Anda pada istri Anda."

Nev menghela nafas dalam-dalam.

"Jadi menurutmu bagaimana?" tanya Nev pada Bian.

"Menurut saya, sampai kapanpun Nyonya Feli tidak akan mau mengakuinya, Tuan. Seharusnya sejak awal Tuan tidak usah menghentikan penyelidikan dari pihak kepolisian."

"...karena itu pula yang membuat Nyonya Feli berada diatas angin. Dia mengira Tuan tidak mendapatkan apa-apa dari penyelidikan itu, dia pikir polisi menghentikan kasus karena tak ada bukti, padahal karena Tuan yang meminta kasus ditutup tanpa penyelidikan lebih lanjut." terang Bian.

"Ya, aku tahu. Aku terlalu naif, memberi Feli kesempatan untuk jujur, tapi dua tahun telah berlalu dan dia tetap bungkam walaupun aku sudah mengacuhkannya." kata Nev.

"Apa Tuan masih memiliki perasaan pada Nyonya?" selidik Bian.

Nev menggeleng. "Tidak ada perasaan apapun lagi, kecuali..." Nev sengaja menggantung kalimatnya.

"Kecuali rasa kasian, right?" terka Bian.

Dan Nev tersenyum sarkas untuk menjawab ulasan yang diberikan Sekretarisnya itu.

Bian sendiri merasa sikap tuannya yang mengasihani Feli-- sangatlah wajar, karena Feli merupakan anak yatim piatu--sama seperti Nev yang hidup sendirian, maka dari itulah Nev merasa Feli sama seperti dirinya-- hingga timbul-lah rasa mengasihani yang cukup besar. Terlebih, almarhum ibu Feli menitipkan Feli pada Nev sebelum beliau meninggal, jadilah Nev merasa mengemban tanggung jawab terhadap Feli.

Dulu Nev merasa senang mengenai hal itu, karena dulu dia merasa mencintai Feli, tapi setelah cinta itu hilang, dia mulai merasa Feli menjadi beban tersendiri dihidupnya--apalagi mengingat apa yang Feli perbuat padanya hingga menyebabkannya lumpuh.

"Feli sempat mengatakan jika dia menyesal, tapi dia tidak pernah mengakui hal apa yang membuatnya menyesal." terang Nev.

Bian tersenyum kecil. "Anda mempercayainya?"

"Tentu saja tidak, dia mengatakan itu karena Andreas sudah mati. Dia tidak punya tempat bergantung lagi selain padaku." ucap Nev sambil tertawa hambar.

Bian diam mendengarkan dan sesekali mengangguki ucapan Nev.

"Sebenarnya aku kasian padanya dalam hal ini, dia dan Andreas merencanakan kematianku, tapi ternyata Andreas yang mati dalam kecelakaan itu. Sekarang barulah dia menyesal karena dia tidak punya siapa-siapa lagi." kata Nev pelan.

Bian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lalu, apa rencana anda selanjutnya Tuan?" tanya Bian.

"Nothing..." kata Nev enteng.

Kemudian Nev teringat sesuatu. Raya.

"Tapi...ada hal lain untuk kau kerjakan diluar kasus ini." ujar Nev.

"Apa itu, Tuan?" tanya Bian penasaran.

"Cari tahu semua info terkait latar belakang pengasuhku." ucap Nev tersenyum penuh arti.

Bian mengernyit dengan alis yang tertaut, tapi sedetik kemudian otak encernya langsung mencerna situasi, terlebih karena dia mengingat interaksi Nev dan Raya pagi tadi. Dia pun mulai memahaminya sekarang.

"Maksud Anda, wanita bernama Raya tadi?" tanya Bian berlagak lupa pada Raya.

Nev mengangguk berulang sebagai jawaban untuk pertanyaan yang diajukan Bian itu.

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Raya mengunjungi Mama Sahara di Rumah Sakit, dia datang membawakan bunga sedap malam kesukaan Mama serta beberapa roti dan buah kegemaran wanita cantik yang melahirkannya itu.

Raya berharap, semua perhatian yang dia berikan, dapat membantu perkembangan kesehatan Mama dan membuat Mama semakin membaik.

Mama menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat yang selalu Raya rindukan. Berulang kali Mama menanyakan keadaan Papa pada Raya tapi Raya hanya bisa mengatakan pada Mama kalau sang Papa baik-baik saja. Walau sebenarnya Raya pun tak tahu kondisi Papanya di penjara.

Dari awal kasus Papa mencuat, sampai Papa dibondong ke kantor polisi lalu ditahan, hanya sekali Raya mengunjunginya. Setelah itu tidak pernah lagi.

Bukan tak ingin menjenguk dan menanyakan kabar Papa, tapi selain Raya tak sanggup melihat keadaan Papanya di dalam sel, Papa juga melarang Raya untuk kembali kesana sebelum bertemu dengan pengacaranya. Jadilah, Raya harus menahan rindu kepada sosok pria yang mengenalnya sejak kecil itu.

"Apa kamu sudah bertemu dengan Om Damar, Ray?" tanya Mama Sahara-mengarah pada pengacara sang Papa.

Raya menggeleng lemah. "Raya sudah hubungi beliau, tapi tidak tersambung. Raya datang ke kantornya, tapi beberapa lawyer dan rekannya yang bekerja disana mengatakan jika Om Damar sedang berada di Luar Negeri untuk berobat." terang Raya pada sang Mama.

Mama menghela nafas pelan. "Kita berdoa ya, Nak. Semoga ada jalan keluar untuk masalah yang kita hadapi." kata Mama penuh kelembutan sembari menepuk punggung tangan Raya.

"Iya, Ma. Raya sudah mengirim email ke alamat email pribadi Om Damar, tapi belum ada balasannya, semoga segera dibaca dan dibalas ya, Ma." kata Raya.

"Kalau tidak ada balasan bagaimana, Ray?" tanya Mama pesimis.

Raya mencoba menyunggingkan senyuman, "Mama jangan memikirkan ini, Raya sudah bekerja dan gaji Raya bulan ini mudah-mudahan bisa membayar seorang pengacara baru untuk membela Papa." ucapnya tenang.

Mama mengangguk. "Semoga kamu selalu sehat ya, Nak. Maaf Mama dan Papa merepotkan kamu."

"Mama jangan bilang gitu ya.. kan udah Raya bilang gak apa-apa. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya." ucap Raya mengelus tangan Mama.

Tak berapa lama dari sesi pembicaraan antara Ibu dan Anak itu, ponsel baru Raya terdengar berdering untuk pertama kalinya.

Raya memang menggunakan simcard lamanya di ponsel baru, tapi nomor yang menghubunginya adalah sebuah nomor asing yang tak tersimpan di phonebook.

"Hallo..." sapa Raya pada seseorang yang menghubunginya.

"Hallo,. dengan Ibu Raya Syakila?" jawab seorang pria dari seberang sana.

"Ya, ini siapa?" tanya Raya.

"Saya Reka, saya anaknya Pak Damar Surya. Saya membaca email yang anda kirimkan seminggu lalu ke akun Ayah saya. Kemarin saya sudah menghubungi Anda tapi tidak dijawab." sahut pria diseberang panggilan.

Raya berpikir sejenak, kemudian dia ingat ponselnya yang kemarin berdering dan akhirnya terlempar ke lantai hingga menjadi rongsokan. Mungkin itulah panggilan pertama dari Anak Om Damar padanya dan akibat insiden terkejut itu dia harus melewatkan panggilan dari Reka.

"Oh, Iya, ponsel saya ada masalah kemarin. Maaf jadi merepotkan Anda," kata Raya.

"Tidak apa, Saya membaca sekilas email Anda..." ujar Reka.

"Iya terima kasih sudah menghubungi saya, apa saya bisa bicara dengan Om Damar?" tanya Raya.

"Maaf Bu Raya, Ayah saya sedang dalam masa pemulihan di Penang. Beliau sempat memberikan saya pesan mengenai hal tentang Anda. Apa kita bisa bertemu untuk membicarakan hal ini?" tanya Reka dari seberang sana.

"Baiklah, dimana kita bertemu?" tanya Raya antusias.

...Bersambung ......

...Jangan lupa Favorite, like, komentar, hadiah dan vote ❤️...

1
Asih S Yekti
sampai episod ini kok masih konflik terus ya , harusnya deket end sudah tanda tanda bahagia dong
Mas Tista
anaknya jimi dan nimas lbh tua dari si triplet kan ?
Victoria Neka
luar biasa ya Arthor benar benar hebat
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!