Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Semoga kau bahagia
"Bagaimana Keadaan menantu saya Dok?" tanya Faida saat Dokter selesai memeriksa Avina.
"Alhamdulillah keadaannya sudah membaik dan janinnya juga baik, tapi harus bedrest karena Nyonya Avina kandungannya lemah," jelas Dokter.
"Kamu dengar itu Zahran, ini semua karena wanita itu kalau saja kamu tidak menemuinya, Avina tidak mungkin seperti ini, pokoknya Mama mau kamu segera menceraikannya!" ucap Faida.
"Aku nggak mau Ma," sanggah Zahran.
"Apa kamu lebih senang jika kamu melihat keadaan Avina seperti ini? Ingat jika didalam rahimnya kini ada anak kamu, penerus keluarga kita," ucap Faida dengan nada yang sedikit meninggi.
"Tapi Zahran masih sangat mencintai Yasna Ma," sahut Zahran.
"Seiring berjalannya waktu kamu juga akan mencintai Avina," ujar Faida.
"Kami sudah lima tahun menikah Ma dan tak ada cinta sedikitpun dihatiku untuknya," sela Zahran.
"Dulu kalian tinggal terpisah dan sekarang kalian akan tinggal bersama, cinta itu akan datang seiring kebersamaan kalian," ucap Faida.
Zahran diam tak lagi menimpali ucapan Mamanya. Karena percuma saja, Mamanya tak akan pernah bisa mengerti akan dirinya, padahal Mamanya adalah orang yang selalu bersamanya, seharusnya Mamanya adalah orang yang paling mengerti akan dirinya.
'Mama nggak tahu bagaimana perasaanku, aku masih sangat mencintai Yasna, cuma dia yang bisa mengerti aku dan cuma dia yang sabar menghadapi keegoisanku, jika aku bersama Avina, kami akan selalu bertengkar karena Avina juga sama sepertiku yang egois dan keras kepala,' batin Zahran.
'Maafkan Mama Zahran, Mama tahu Yasna begitu berarti untukmu, tapi Mama nggak mau kamu hidup tanpa kehadiran anak, mungkin kalian bisa mengangkat anak, tapi bagi Mama tetap saja rasanya berbeda jika kita membesarkan anak kandung, semogga suatu saat nanti kamu bisa melupakan Yasna dan berbahagia bersama Avina,' batin Faida.
*****
Yasna terdiam didalam kamarnya ia tidak menyangka Zahran sekarang banyak berubah, dulu Zahran tidak pernah membentak apalagi memukul, tapi sekarang Zahran membentak Yasna didepan umum atas kesalahan yang tidak ia lakukan, kalau tamparan yang ia terima saat di rumah, Yasna mengerti karena ia sudah mengatakan sesuatu yang sudah keterlaluan.
'Ya Allah apa keputusanku sudah benar? Aku bisa berbagi apapun yang aku miliki, tapi tidak berbagi cinta suamiku, aku tidak saggup, semoga engkau meridhoi keputusan hamba,' batin Yasna.
Setelah kejadian di Restaurant waktu itu, hari ini Zahran berniat menemui Yasna dan meminta maaf, Zahran tahu waktu itu ia sudah keterlaluan, tapi ia melakukannya tanpa sengaja karena ia mengkhawatirkan keadaan anak yang ada didalam perut Avina.
"Maaf, apa Yasna ada," tanya Zahran yang baru masuk ke toko kue Ibu Yasna.
"Tidak ada," jawab Rika, pegawai toko kue.
"Mbak jangan bohong!" seru Zahran.
"Saya nggak bohong, tuh orangnya baru datang," ucap Rika sambil mengangkat dagunya kearah Yasna.
Terlihat Yasna baru masuk dengan seorang pegawai dengan membawa kantong kresek besar, sepertinya mereka habis berbelanja.
"Sayang, aku ingin berbicara," ucap Zahran saat Yasna sudah dekat dengannya.
"Mau bicara apa lagi sih Kak? Kemarin kita sudah bicara dan mengakibatkan istrimu celaka, aku tidak mau itu terulang kembali," ujar Yasna.
"Ini tentang pernikahan kita dan aku setuju untuk berpisah," ucap Zahran.
'Sementara,' lanjutnya dalam hati.
Deg
Ini adalah keinginan Yasna, tapi kenapa saat mendengarnya tetap saja menyakitkan, apalagi Zahran sendiri yang mengatakannya.
"Baiklah, kita ngobrol disana saja, aku malas kemana-mana," ucap Yasna sambil menunjuk sebuah kursi.
"Iya, tidak apa-apa," sahut Zahran.
Zahran duduk di kursi menunggu Yasna yang meletakkan belanjaannya dibelakang.
"Silahkan diminum," ucap Yasna sambil meletakkan secangkir teh.
"Terima kasih," ucap Zahran.
"Jadi Kakak sudah setuju dengan permintaanku untuk bercerai?" tanya Yasna.
"Iya, aku sudah mendaftarkannya tadi pagi," ujar Zagran, yang hanya ditanggapi Yasna dengan anggukan.
Zahran setuju untuk bercerai karena melihat kondisi Avina yang ngedrop dan atas paksaan Faida tentunya yang setiap hari memonopoli Zahran.
Yasna berusaha sekuat tenaga agar air matanya tidak menetes, jujur rasa cintanya pada Zahran masih sangat besar, tapi ia tidak ingin berbagi suami dan dia juga tidak ingin memisahkan seorang Ayah dengan anaknya ataupun seorang anak dengan ibunya.
Mulai hari ini Yasna harus belajar hidup mandiri dan tidak bergantung pada siapapun, ia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi orang tuanya, yang sejak Yasna kecil sudah merepotkan mereka.
"Maaf, kalau aku banyak memberikan luka padamu," ucap Zahran tulus.
"Aku menganggapnya sebagai jalan yang harus aku lalui, karena setiap manusia pasti akan mengalami cobaannya masing-masing," ucap Yasna.
Mereka berbincang sebentar, sebelum akhirnya Zahran pamit karena ada meeting yang harus ia hadiri.
*****
"Surat apa itu Na?" tanya Alina.
"Surat dari pengadilan Bu," jawab Yasna.
"Jadi kalian sudah setuju untuk bercerai?" tanya Alina.
"Iya Bu," jawab Yasna.
"Ibu sih bagaimana baiknya menurut kamu, tapi Ibu tidak terima jika kamu disalahkan atas kejadian di Restaurant waktu itu," ujar Alina.
"Sudahlah Bu, tidak usah diperpanjang, terserah mereka saja, aku hanya ingin semuanya cepat selesai dan baik-baik saja," ujar Yasna.
"Iya, Ibu selalu berharap apapun yang terjadi padamu hari ini, suatu hari nanti Tuhan akan menggantikan yang lebih baik," ucap Alina.
"Amiinn, aku yakin do'a Ibu pasti akan terkabul, karena sekarang surgaku kembali pada Ibu," ucap Yasna sambil memeluk Ibunya.
"Masih belum, kalian belum bercerai," sanggah Alina.
"Terserahlah, buatku surgaku bersama Ibu," ucap Yasna tersenyum.
*****
Tiga bulan sudah sidang perceraian Yasna dan Zahran dan hari ini telah diputuskan mereka resmi bercerai.
"Sayang, tunggu," panggil Zahran saat sidang telah berakhir.
"Maaf, sepertinya panggilan itu sudah tidak pantas lagi disebutkan padaku, jika itu didengar kerabat pasti akan jadi masalah," ujar Yasna.
"Aku sudah mengirimkan barang-barangmu ke rumah Ibu, termasuk ponsel dan dompetmu," ucap Zahran tanpa menanggapi perkataan Yasna.
"Iya, terima kasih," ucap Yasna
"Sampai jumpa lagi," ucap Zahran, berlalu meninggalkan Yasna yang masih menatapnya.
'Begitu mudahnya kamu melupakanku Bang, padahal sebelumnya kamu menolak untuk bercerai, tapi sekarang kamu terlihat senang,' batin Yasna.
'Tunggu aku menyelesaikan urusanku, setelah semua selesai dan anakku lahir kita akan bersama lagi, kamu akan jadi Ibunya dan aku akan jadi Ayahnya, kita akan menjadi keluarga yang bahagia seperti keluarga lainnya,' batin Zahran.
Zahran meyakini jika tidak akan ada laki-laki manapun yang mau menikah dengan Yasna, karena menurut Zahran, laki-laki manapun pasti akan menginginkan seorang anak, termasuk dirinya, tapi Yasna tidak mungkin bisa memiliki anak.
Zahran berniat rujuk setelah anaknya lahir dan saham hotel sepenuhnya menjadi miliknya, jika Zahran sudah berkuasa, ia yakin tak akan ada yang bisa membantahnya termasuk Mamanya .