Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 14
Aira nampak terkejut mendengar permintaan, Devan-suaminya.
"M-mas?" Tanyanya lirih.
"Iya sayang. Panggil aku, Mas. Sekarang ganti bajumu. Kita pulang. Mama sama Papa tidak bisa datang menjemput karena Dik Reena hari ini pulang dari London" jawab Devan lembut
Pria itu mendorong pelan tubuh istrinya masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju. Devan memiliki dua orang adik perempuan. Reena Bramantyo adalah adik kedua Devan. Sedangkan yang ke tiga bernama Safeera Bramantyo yang masih mengenyam bangku SMA.
Aira mengenal kedua adik Devan. Justru karena kedua adik iparnya lah ia bisa menikah dengan pria dingin itu. Aira masih menetralkan degup jantungnya yang berpacu.
'Dia panggil aku apa tadi? Sayang?' tanyanya bermonolog dalam hati, "Aku tidak salah dengar kan?'
Tak sampai sepuluh menit. Aira telah mengganti bajunya. Ia hanya membasuh tubuhnya agar sedikit lebih segar. Devan menatapnya dengan sorotan mata lembut. Sebuah sunggingan senyum menyambut Aira keluar dari kamar mandi.
Lagi-lagi, jantung Aira berpacu hebat. Kakinya nyaris lemas melihat senyum manis pria di hadapannya itu. Baru saja ia menetralkan degupnya. Kini ia harus melakukannya lagi.
"Ayo kita pulang," ajak Devan sambil mengangkat tangannya, meraih bahu kurus Aira.
Tadinya Aira ingin mengambil tas di tangan suaminya. Tapi, Devan bersikeras untuk membawa pakaian mereka.
Sampai di lobby rumah sakit. Devan menyuruh Aira menunggunya. Pria itu hendak mengambil mobil. Tadinya gadis itu ingin ikut saja ke mobil. Lagi-lagi Devan memaksanya untuk menunggu.
Tiba-tiba Aira didatangi seorang perempuan muda tengah mengandung.
"Mba ... Mba ... tolong bebaskan suami saya!" Ujarnya memelas.
Aira yang tidak mengetahui apa-apa, hanya diam tertegun.
"Mba ... tolong bebaskan suami saya!" teriak perempuan muda tadi sekali lagi.
"Maaf, Mba. Saya tidak kenal suami, Mba?!" Ujar Aira dengan suara lirih.
"Suami saya nyaris menabrak Mba. Sekarang dia ditahan. Tolong bebaskan suami saya!" teriak perempuan itu lagi.
Mendengar keributan itu banyak orang yang menonton. Suasana jadi ribut. Petugas keamanan yang terbatas jadi kalang kabut, untuk mengatasi keributan.
"Saya sedang hamil. Siapa yang akan bertanggung jawab menafkahi saya dan anak dalam kandungan ini, jika suami saya ditahan. Tolong saya, Mba!" teriaknya kali ini sambil menangis histeris.
Orang-orang menatap iba pada perempuan hamil itu. Mereka mulai menyalahkan Aira yang tidak merasa kasihan. Mereka yang tidak tahu apa-apa tentang Aira, hanya bisa menilai dari apa yang mereka lihat sekarang.
”Ish ... kasian ya perempuan itu. Kenapa sih nggak damai aja. Lagian kan dia nggak kenapa-napa juga."
"Udah sih Mba. Damai aja. Nggak usah dipenjara. Kasihan. Lagian mba juga udah sehat kan?"
Aira hanya bisa diam. Sungguh ia tidak mengetahui. Jika suami dari perempuan itu adalah istri dari pelaku.
Sedangkan Devan yang tengah memasuki pelataran lobby rumah sakit, nampak terusik dengan banyaknya orang di sana. Ia tak bisa melewatinya.
Dengan menekan klakson berkali-kali. Kerumunan itu terurai sedikit. Devan melihat pemandangan di teras lobby rumah sakit. Seorang perempuan muda yang tengah hamil duduk sambil menangis histeris. Ia juga melihat Aira yang kebingungan dan merasa bersalah. Devan yakin, istrinya itu sedikit shock.
Dengan bergegas. Ia keluar dari mobil, lalu menghampiri Aira. Dengan tatapan tajam kepada semua orang yang menyudutkan Aira. Membuat suasana menjadi hening seketika.
Orang-orang yang ada di sana terpana melihat kedatangan Devan. Mereka sangat mengetahui sosok yang kini berdiri di samping perempuan yang tengah kebingungan. Devan Bramantyo. Pria yang selama tiga tahun terakhir wara-wiri di televisi menerima berbagai penghargaan.
Wajahnya yang tampan dan kharismatik. Belum lagi tatapannya yang tajam juga dingin. Itu membuat semua lawan takut hanya melihat sosoknya saja.
"Tu ... ehm ... M-mas," cicit Aira lirih.
Devan menatap perempuan yang tengah meraung di lantai. "Siapa dia, Sayang?"
"Suaminya dipenjara karena aku Mas," ujar Aira terbata.
Devan mengernyitkan kening. Otaknya yang cerdas langsung menyimpulkan apa maksud Aira.
Dua orang petugas keamanan perempuan, nampak berusaha menenangkan perempuan yang tengah histeris di lantai. Mereka mengangkat tubuh perempuan hamil tersebut.
Devan mengambil dompet. Ia mengambil semua lembaran uang berwarna merah dan menyisakan satu lembar yang berwarna navy. Diberinya uang itu pada perempuan yang tengah ditangani para petugas.
"Ini buat kamu. Tiga juta, Saya rasa cukup sampai suami kamu bebas," ujarnya tenang.
Mendapat uang sebanyak itu, perempuan hamil tersebut langsung diam. Ia mengucap terima kasih walau dengan Isak yang tersisa.
Devan merangkul Aira. Membuka pintu mobil untuk istrinya. Setelah yakin Aira duduk dengan nyaman. Devan menutup pintu dan memutari mobil kemudian memasukinya. Tak selang beberapa detik. Mobil dengan merek Maserati itu melesat meninggalkan lobby rumah sakit.
Bersambung.
Ih ... Sayang nih manggilnya... 😂😂😂
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya