Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 22
Rusman sedikit merasa ada yang berbeda dengan Raina. Wanita itu terlihat acuh padanya. Sorot mata Raina ketika beradu tatap dengannya seolah melihat orang asing.
Entahlah, yang jelas Rusman merasa bahwa Raina sudah sangat berbeda. Dia tidak bisa menjelaskan seperti apa perbedaannya.
Jam yang ditetapkan sudah tiba. Keduanya masuk ke ruang sidang, semua hal disampaikan. Seperti yang telah Rusman sepakati kalau dia tidak akan mempersulit perceraian ini sehingga hakim pun segera memberikan putusannya.
"Dengan ini, pengadilan mengabulkan gugatan cerai Saudari Raina Puspita. Mulai hari ini Rusman Pambudi dan Raina Puspita bukan lagi sepasang suami istri."
Tok tok tok!
Palu diketuk, Raina mengucapkan syukur sembari mengusap wajahnya dengan pelan. Dia sangat lega, sungguh lega seperti ada ganjalan di hatinya yang pergi.
Sedangkan Rusman, pria itu tidak bereaksi apapun. Dia hanya diam sembari menatap lurus ke arah Raina.
Tap tap tap
"Selamat tinggal, mari hidup dengan baik dan jangan pernah saling mengganggu lagi ke depannya."
Raina mengulurkan tangannya, mengajak Rusman bersalaman. Dan Rusman menyambut tangan Raina tersebut dengan perasaan yang tidak karuan.
Setelah tangan keduanya terlepas, Raina meninggalkan tempat sidang.
"Rus, cepet kejar. Tanya tentang perhiasan itu!"
"Aah iya."
Drap drap drap
"Rai tunggu!"
Rusman mengejar Raina yang sudah berjalan jauh keluar ruang sidang. Dia lupa bahwa hal penting itu lah yang ingin dia kejar dari Raina. Jika Ningsih tadi tidak mengatakannya, mungkin ia akan kesulitan dalam bertemu dengan Raina lagi.
"Ada apa?" tanya Raina dengan nada yang dingin dan ekspresi datar. Bagus membulatkan matanya, dia tida menyangka Raina bisa menunjukkan ekspresi yang seperti itu.
Ya saat ini Bagus dan Anton jelas masih bersama Raina. Ini merupakan antisipasi Bagus kalau-kalau Rusman atau ibunya berbuat rusuh kepada Raina.
"Jangan pura-pura lupa, Rai. Soal perhiasan itu?"
"Aah itu, kenapa memangnya?
"Lho kok kenapa sih? Kan seharusnya kamu ngasih ke aku?"
Hahahah
Raina tertawa keras, dia sungguh sangat merasa miris dengan nasib dirinya yang bertemu dengan pria dan keluarga yang semacam ini.
Ia jadi berpikir, bagaimana dulu dia bisa terbelenggu dengan suami dan keluarga yang begitu toxic ini. Tapi memang segala sesuatu harus dilewati dulu agar bisa tahu dan merasakan. Dan kini dirinya sudah tahu dan merasakan bahwa Rusman dan keluarganya sungguh hanya benalu yang tidak tahu diri.
"Astagaaaa, ternyata kau masih meributkan itu, Mas Rusman, mantan suamiku yang sunguuuuh sangaaat luar biasa. Apa kamu sekarang sangat menderita keuangan sampai-sampai mahar yang kau berikan pada istrimu dulu harus kau minta. Duuuh kasihan sekali," cibir Raina. Dengan tenang Raina berkata demikian kepada Rusman.
"Bu-bukan begitu, tapi kan waktu itu kamu janji mau ngasih itu ke aku kalau kita cerai," sahut Rusman dengan wajah yang kikuk menahan malu.
"Iya benar, aku memang bilang kalau aku akan memberimu mahar itu kalau ka mu yang menggugat aku. Tapi lihat, pada kenyataannya adalah aku yang menggugat mu. Daaan, kamu sudah menandatangi sebuah surat perjanjian, dimana semuanya jelas di sana."
Rusman mengerutkan alisnya, dia memandang Ningsih dimana Ningsih juga sama-sama tidak mengerti apa yang Raina katakan.
Hingga sebuah kertas diberikan oleh Anton. Rusman buru-buru membacanya. Dan ia terkejut saat mengetahui poin-poin dari surat itu.
"Ini ini kenapa jadi begini! Brengsek kamu Rai, kamu menipuku?"
Sreet sreeet
Rusman merobek kertas itu dengan wajah yang sangat marah dan kesal. Dia merasa telah dikibulin tapi Raina hanya tersenyum menyeringai.
"Robek aja kertasnya sepuas kamu karena itu hanyalah copy-an. Yang asli di tangan ku. Dan ingat, apa yang kamu tanda tangani itu hitam diatas putih. Jika kamu berani melanggar, ada tulisan jelas di sana bahwa kamu siap masuk ke dalam jeruji besi. Oh iya lupa, itu juga berlaku buat mantan ibu mertuaku tersayang ya. Ibu, kalau Ibu berani menggangguku maka Ibu harus mengeluarkan ganti rugi sebanyak 500 juta."
Jegleeeer
Tubuh Ningsih limbung, dia hampir jatuh ketika Raina berkata demikian. Bagiamana bisa wanita bodoh itu menjadi sangat pintar sekarang ini? Begitu lah isi kepala Ningsih. Terlebih seringai yang terbit di bibir Raina, sungguh membuat Ningsih merinding.
"Naaah sampai jumpa semuanya, aku harap kita tidak akan saling bertemu lagi. Aah iya dan ada satu hal yang aku ingin katakan padamu Mas Rusma, cek ke dokter. Bisa jadi bukan aku yang mandul tetapi kamu. Ups, maaf. Jangan sampai istri mu itu tahu ya dan jangan sampai dia bernasib sama dengan ku."
Tap tap tap
Raina membalikkan badan, dan pergi melenggang dengan kepala tegap. Dia merasa sangat puas bisa berkata begitu banyak kepada Rusman dan Ningsih.
Bagus dan Anton saling pandang, keduanya sungguh sangat takjub melihat keberanian dari Raina. kata-kata yang lugas dan sikap yang tegas, sungguh sangat tidak mereka duga.
Anton bahkan bertepuk tangan kecil, dia sangat mengapresiasi apa yang Raina lakukan tadi.
"Mbak, kamu hebat."
"Eh, makasih Pak Anton. Pak Anton, Pak Bagus, terimakasih untuk bantuannya. Saya sungguh sangat lega sekarang.
"Sama-sama, Mbak. Selamat karena Anda sudah single hahaha."
Raina dan Anton tertawa. Dia cukup senang melihat sikap Raina yang seperti itu. Anton kemudian pamit undur diri dan kembali ke perusahaan. Sedangkan Raina masuk ke mobil Bagus. Mereka bersiap untuk pulang.
"Apa sekarang sudah benar-benar ngerasa lega?"
"Iya Pak, sangat. Haaah, saya nggak nyangka bisa merasa selega ini. Awalnya saya sedikit ngerasa takut, saya takut kalau saya akan sedih atau apa. Tapi ternyata nggak. Mungkin hati terdalam saya memang merasakan kehidupan pernikahan ini sungguh sangat melelahkan. Dan dia bisa bebas lepas seperti ini, itu sesuatu yang diinginkan."
Bagus tersenyum, ada perasaan senang ketika melihat Raina bisa tersenyum seperti ini. Terlihat jelas wanita itu tampak lega seperi keluar dari semak belukar berduri.
"Selamat atas kebebasanmu, Raina. Semoga kedepannya kamu bisa lebih bahagia."
"Terimakasih banyak Pak, sungguh terimakasih."
Rasa yang luar bisa menyenangkan. Raina benar-benar tidak merasa bahwa dia akan sesenang ini.
Kelegaan akan bebasnya dia dari belenggu begitu membuat hati dan pikirannya menjadi lebih segar.
Tidak seperti Rusman dan Ningsih. Anak dan ibunya itu saat ini masih terpaku di depan gedung pengadilan. Di tempat pakir, di sisi motor yang cicilannya belum lunas, Rusman memejamkan matanya. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang ini.
"Gimana ini Buuuu. Gimana dengan motorkuuuu. Argghhhhh!"
"Kamu tanya ibu, terus ibu tanya sama siapa Rusmaaaaan."
Jeng jeng jeng
TBC