NovelToon NovelToon
Bidadari Untuk Zayn

Bidadari Untuk Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.

Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Di dalam sebuah ruangan kerja megah yang lebih menyerupai suite hotel bintang lima ketimbang kantor biasa, cahaya temaram dari lampu gantung kristal memantulkan kilauan dingin ke seluruh penjuru ruangan. Tirai-tirai tebal berwarna coklat pastel menutup rapat jendela, menghalangi sinar matahari masuk. Aroma kopi pahit dan bau kayu tua dari furnitur berkelas menciptakan suasana mencekam yang terasa menekan dada.

Dewantoro Rayyan, pria berusia akhir lima puluhan dengan tatapan tajam dan garis wajah yang tegas, duduk di balik meja kayu jati besar yang mengilap. Di tangannya, beberapa lembar foto yang baru saja dicetak. Ia tidak berbicara sepatah kata pun, hanya menatap foto-foto itu dalam diam, seperti sedang mengurai teka-teki yang mengganggu pikirannya.

Foto-foto itu diambil dari jarak jauh, sudut samping. Sehingga tidak memperlihatkan keseluruhan wajah orang pada photo tersenyum Tapi, Dewantoro tahu jelas, bahwa pria dalam photo itu adalah Zayn—putra tunggalnya. Putra kebanggaannya. Atau... dulunya. Kini, banyak hal tentang Zayn yang tak lagi bisa ia pahami.

Namun, fokus Dewantoro bukan hanya pada Zayn. Ada seorang gadis dalam foto itu. Duduk bersebelahan dengan Zayn di sebuah restoran mewah. Wajahnya sebagian besar tertutup oleh hijab syar’i berwarna putih, dan seragam putih abu-abu menandakan bahwa dia masih anak sekolah setingkat SMA. Tapi dari seragamnya, jelas perempuan itu bukan dari kalangan atas.

"Hm..." gumam Dewantoro, pelan namun mengandung banyak makna. Sorot matanya mengeras. Ada sesuatu dalam foto itu yang membuat dadanya menghangat oleh amarah, tapi wajahnya tetap datar. Dingin. Seperti es yang tak mencair meski di bawah cahaya lampu.

Dia tahu perempuan itu bukan dari lingkungan mereka. Bukan dari golongan elit. Pakaian putih abu-abu itu adalah seragam umum—murahan di mata orang-orang kelas atas. Sekolah-sekolah prestisius takkan membiarkan siswanya mengenakan seragam seperti itu, mereka punya seragam sendiri. Sedangkan seragam putih abu-abu biasanya dipakai oleh sekolah swasta kalangan bawah, atau sekolah negeri. Wanita sesederhana itu tidak layak untuk bergabung bersama keluarga Rayyan.

"Selidiki lebih jauh siapa wanita ini," ucap Dewantoro akhirnya. Nadanya tenang. Sangat tenang. Tapi dari ketenangan itulah aura mengancam muncul. Seperti malam sebelum badai, tenang namun menakutkan.

"Baik, Tuan."

Pria berpakaian hitam itu membungkuk sedikit, lalu melangkah mundur. Langkahnya nyaris tak bersuara, seperti bayangan yang lenyap ditelan gelapnya malam.

Dewantoro menatap foto itu sekali lagi. Ia menyentuh permukaan kertasnya dengan jari-jari kokoh yang penuh kekuasaan.

Tatapannya membeku.

"Aku tak suka kejutan... terutama yang datang dari orang biasa," bisiknya lirih.

*****

Zayn duduk santai di sofa ruang tamu, satu lengannya disandarkan di sandaran belakang, dan matanya mengikuti langkah ringan Zahira yang baru saja keluar dari dapur. Gadis itu tampak buru-buru, berjalan lurus menuju kamarnya tanpa sedikit pun menoleh ke arah Zayn.

Pria itu mengangkat satu alis, lalu menyeringai pelan, "jadi ceritanya... malam ini gue tidur di sofa lagi nih?" sindirnya, suaranya datar tapi menyimpan nada menggoda.

Zahira hanya menoleh sekilas, tatapannya datar namun cepat-cepat ia buang muka dan melanjutkan langkah tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya.

Tidak lama kemudian, suara "klik" terdengar—kunci kamar diputar dari dalam.

Zayn menghela napas sambil tersenyum kecil, "dasar perempuan aneh..." gumamnya sambil memandang langit-langit ruangan, "dia enggak tahu aja, kalah di luar sana cewek pada berlomba-lomba pengin tidur seranjang sama gue, eh, dia malah kabur kayak ngelihat hantu."

Ia kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa. Tak ada bantal, tak ada selimut. Jaket yang tadi dikenakannya kini digulung dan dijadikan alas kepala. Udara malam yang mulai dingin seolah tak dipedulikannya.

Baru saja matanya mulai terpejam, suara pintu kembali terdengar.

"Klik."

Zayn membuka matanya. Pintu kamar Zahira terbuka perlahan, dan dari sana, gadis itu muncul membawa selimut dan bantal. Langkahnya pelan, ragu, dan wajahnya... ah, wajah itu—merah, malu. Membuat Zayn hanya fokus kepada wajah Zahira, tidak memperhatikan bantal dan selimut di tangannya.

Zayn nyengir, "kenapa? Lo enggak bisa tidur, terus nyariin gue?" godanya.

Zahira memutar bola matanya, tapi tak mampu menatap Zayn terlalu lama, "sembarangan. Ini aku... cuma mau ngasih bantal sama selimut," ucapnya pelan.

Langkahnya mendekat, dan ia menyodorkan bantal dan selimut itu ke arah Zayn dengan ekspresi sungkan yang manis. Zayn menatap selimut dan bantal itu, kemudian beralih ke wajah Zahira yang menunduk, yang tidak menatapnya.

"Pasangin sekalian dong," pinta Zayn, nada suaranya dibuat malas tapi tetap penuh rayuan halus.

Zahira spontan menatap Zayn dari ujung kepala sampai ujung kaki, ekspresinya berubah geli, seolah menimbang-nimbang permintaan itu. Ia menggeleng kecil, lalu mendengus.

Tanpa sepatah kata pun, Zahira meletakkan bantal dan selimut itu di atas meja dekat sofa, lalu balik badan dan melangkah kembali menuju kamarnya. Kali ini, suara pintu yang tertutup terdengar lebih keras.

"Klik."

Zayn tergelak pelan, "dasar cewek aneh, gitu aja takut," katanya sambil mengambil selimut dan bantalnya. Ia kemudian memeluk bantal itu, tersenyum kecil seperti anak kecil yang baru diberi hadiah kejutan.

Sementara itu di balik pintu kamarnya, Zahira berdiri mematung. Tangannya masih menggantung di udara setelah memutar kunci pintu. Pipinya... panas. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan senyum yang memaksa naik ke wajahnya.

Dan dalam benaknya, terngiang lagi suara Zayn, yang pernah berkata, "Lo tuh... tiap kali merasa malu wajah Lo berubah jadi merah merona, ya?”

Mengingat ucapan itu Zahira reflek memegang pipinya dengan kedua telapak tangannya.

“Lo liat kaca deh nanti,” lanjut Zayn sambil tertawa pelan, “imut banget sumpah.”

Zahira menghela napas dalam. Ia pun mengambil cermin kecil berukuran 20 x 20 cm dari atas nakas, samping tempat tidurnya. Cermin itu ia angkat, kemudian ia menatap pantulan wajahnya sendiri. Perlahan-lahan, ia melepas telapak tangannya dari wajahnya.

Dan benar saja...

Pipinya... merah merona. Terlihat jelas. Seolah tak butuh diterawang lagi oleh Zayn.

"Astaghfirullah..." bisiknya pelan, malu setengah mati, langsung meletakkan cermin kembali ke atas nakas, "pantesan aja Zayn nyadar terus, seketara ini ternyata..."

Ia memejamkan mata, menggulingkan tubuhnya di atas kasur, lalu menarik selimut sampai ke ujung kepala.

"Ihhh... malunya!" bisiknya lagi, menggigit ujung bantal sambil menahan tawa kecil.

*****

Azan subuh berkumandang, menggema lembut menembus jendela kaca yang sedikit terbuka. Zahira mengusap matanya yang masih berat, bersiap untuk mengambil air wudhu. Namun, pandangannya terhenti ketika melihat Zayn sudah rapi berdiri di dekat pintu, mengenakan jaket dan sepatu.

"Mau pulang, Zayn?" suara Zahira lirih, nyaris tenggelam dalam heningnya pagi.

Zayn menunduk, sibuk mengikat tali sepatunya tanpa menoleh.

"Enggak sholat dulu?" tanya Zahira lagi, pelan, penuh harap.

"Enggak," jawab Zayn datar tanpa menoleh.

Zahira menggigit bibirnya, mencoba menyembunyikan kecewa. Tapi belum sempat ia berkata lagi, Zayn berdiri dan menatapnya cepat, sebelum akhirnya membuka pintu.

"Ya udah, gue pergi dulu. Lo baik-baik di sini. Pintu dikunci. Kalau ada yang ngetuk, intip dulu dari kaca, kalau Lo kenal baru buka. Kalau enggak, langsung hubungin gue. Jangan nekat. Paham?" ucap Zayn cepat, tapi matanya menatap Zahira dalam—ada kekhawatiran di sana yang tak bisa ia sembunyikan.

"Dan satu lagi..." lanjutnya, "lo belajar yang bener di sekolah, jangan nyari perhatian cowok lain. Ingat, Lo udah jadi istri gue. Setidaknya dalam beberapa bulan ke depan."

Zahira mengangguk pelan, senyum tipis mengembang di bibirnya, "iya... aku paham, aku bakal ingat pesan kamu ini."

"Bagus," gumamnya, lalu memutar badan hendak pergi.

Namun langkahnya terhenti saat Zahira memanggil pelan, "Zayn..."

Zayn menoleh cepat.

"Enggak ngucap salam dulu?" lirih Zahira, matanya bening, nyaris berkaca.

Zayn mengangkat alis, lalu berjalan pelan ke arahnya, "enggak salim dan cipika-cipiki dulu sama gue?" bisiknya, nyengir kecil.

Zahira menunduk, wajahnya memerah seketika, "Zayn..." tegurnya.

Zayn terkekeh pelan, senyum jahilnya tak bisa ditahan.

"Baik-baik ya di sini," ujar Zayn akhirnya, sebelum melangkah keluar.

Zahira yang tadinya menunduk, mengangkat wajahnya ketika menyadari Zayn telah pergi, ia menatap punggung Zayn yang menjauh, lalu menutup pintu perlahan. Di balik senyum malu-malu yang masih tersisa, hatinya berdegup tak karuan.

1
partini
Wah aldrich udah mulai nich yakin ga Ter Ter ma Zahira,, rasa itu datang ga bilang bilang loh
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
🌷💚SITI.R💚🌷
kssihsn zahira dr kampung di usir dr sekolah di pecat
𝐈𝐬𝐭𝐲
ini maksudnya sebuah surat kali ya Thor...
partini
ayo buktikan Zahira kalau kamu bukan gadis kampung yg tidak ada nilai nya ,, buka mata mertua Lo Dengan prestasi yg luar biasa
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
🌷💚SITI.R💚🌷
tr lama² jg zahira jatuh cinta sm zayn
Susi Akbarini
soapa dqlangnya..
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?

apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
akankah zayn cari keadilan buat Zahira ..
atau carikan sekolah lain.

❤❤❤❤❤
Anik Purwani
makin seru lanjut thoor...
Adinda
ulah daddy kamu itu zayn
Nurhayati Nia
gimana reaksi mu zayn kalo semua ini adalah ulah papah kamu zayn
Nurhayati Nia
ya ttp semangat zahira kami semua mendukung mu
partini
aihhh cari tau dulu kenapa di blacklist babang tamvann
use your brain
Adinda
semangat zahira masadepan mu masih panjang
partini
kasihan kamu ,nasib horang kismin yah terima aja lah
Nurhayati Nia
lanjuttt
Atip Suryana
aku suka cerita mu thorr lanjuttt yaa
Atip Suryana
lanjuttt thorrr
Atip Suryana
lanjuttt
Selamet Cahyadi
semgtt thorrr,mksi dah tripel up...
Esti Purwanti Sajidin
jgn lupa beli martabak zain,pembaca jg lg pingin martabak telor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!