Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
William mengepalkan tangannya. Napasnya terlihat memburu pelan, tapi ia tahu—semua kata-kata itu benar. Menyakitkan, tapi nyata. Dan ia adalah penyebabnya. Suasana terasa sunyi. Tak ada yang bersuara. Hanya suara isakan tangis Safeea dan waktu yang seolah-olah berjalan dengan lambat.
William menatap perempuan di depannya—perempuan yang kini tengah dihancurkan oleh luka yang ia ciptakan sendiri. Tak ada pembelaan yang bisa ia ucapkan. Karena untuk pertama kalinya, William merasa kalah. Bukan karena harga dirinya sebagai CEO terusik, tapi karena ia kehilangan satu hal yang baru saja ia sadari sangat berarti.
William menatap Safeea yang masih terisak dengan tubuh bergetar. Perlahan, ia memasukkan tangannya ke dalam saku jasnya, lalu mengeluarkan sapu tangan putih yang terlipat rapi.
Tanpa banyak kata, ia mengulurkan sapu tangan itu ke arah Safeea.
"Ambillah, Aku tahu sapu tangan ini tak sebanding dengan air mata yang sudah kau keluarkan karena aku. Tapi setidaknya biarkan aku menghapus sebagian lukamu, walau hanya sedikit.” ucap William pelan yang nyaris seperti bisikan.
Safeea menatap sapu tangan itu dengan matanya yang sembab. Tangannya terlihat ragu-ragu untuk mengambil sapu tangan itu, tapi akhirnya ia mengambil sapu tangan itu dari tangan William dan menyeka air matanya perlahan, sementara William masih berdiri di tempat, matanya tak lepas dari sosok gadis yang hatinya telah ia hancurkan.
“Aku minta maaf, Safeea. Aku benar-benar minta maaf karena telah membuat kehidupanmu berantakan. Aku minta maaf karena keegoisanku dan juga kelemahanku. Aku tahu, aku pria yang paling pantas untuk kau benci saat ini." ucap William.
Safeea tidak menjawab. Ia hanya menatap sapu tangan pemberian William yang kini sudah basah di tangannya, tapi matanya tak lagi mampu menangis.
Namun William belum selesai.
“Tolong jangan hukum bayi itu karena kesalahan yang aku buat. Dia tidak bersalah. Dia tidak tahu apa-apa. Jangan cabut haknya untuk hidup hanya karena aku sudah terlalu banyak membuatmu menderita. Aku tidak bisa menghapus apa yang sudah terjadi. Tapi aku bersumpah, Safeea… aku akan melakukan apa pun agar semua rasa sakit dan penghinaan yang kau alami karena aku akan berubah menjadi kebahagiaan.” ucap William dengan nada suaranya yang bergetar.
Safeea mengangkat wajahnya perlahan, ia pun lalu menatap William dengan matanya yang masih memerah.
“Dengan cara apa kau akan bertanggung jawab atas kehamilanku pak William? Dengan memberi uang? Dengan memindahkan ku ke kota lain agar jauh dari omongan orang? Atau dengan menjadikanku sebagai simpananmu, pak William?” tanya safeea dengan tajam.
Seketika William menggeleng keras.
“Tidak! Aku tidak pernah berpikir untuk menjadikanmu sebagai simpananku, Safeea. Kau bukan wanita seperti itu. Dan aku tidak akan merendahkan mu dengan memperlakukan mu seperti itu.” ucap William dengan cepat, tegas, namun tidak membentak.
Safeea menggigit bibirnya. Hatinya masih tak percaya. Namun sorot mata William tak beralih sedikit pun dari Safeea— ia masih menatapnya dengan kesungguhan penuh.
“Aku berniat untuk menikahi mu, Safeea. Secara sah. Di hadapan hukum dan agama.” ucap William dengan mantap.
Waktu seolah berhenti berputar bagi Safeea. Kata-kata yang diucapkan oleh William terdengar begitu asing, begitu mengejutkan, dan terlalu cepat untuk diterima. Tapi untuk pertama kalinya, Safeea merasa kalau lukanya itu sedikit terobati.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.