Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Brak
Sashy yang sedang menyuapi ibunya terkejut saat pintu tiba-tiba dibuka kasar. Fatur menatap keduanya dan langsung mendekati ranjang dimana ibu Halimah sedang duduk bersandar sambil menerima suapan dari Sashy.
"Ibu, bagaimana keadaan ibu." Fatur mendekat dan menggenggam tangan ibu mertuanya. Dari wajahnya Fatur terlihat khawatir.
"Sudah membaik nak," Jawab Halimah dengan senyum tipis.
Sedangkan Sashy sendiri memilih diam dan cuek. Tak menghiraukan Fatur yang berbicara dengan ibunya.
"Kenapa bisa begini Bu, tadi malam ibu masih sehat-sehat saja."
Halimah melirik Sashy yang biasa saja, begitu juga Fatur melirik istrinya, "Sayang, kamu tidak kasih kabar kalau ibu sakit. Kalau bukan karena satpam komplek aku tidak tahu kalau ibu dilarikan kerumah sakit."j
"Bukanya kamu yang memilih pergi Mas, aku pikir kamu sudah tidak peduli." Jawab Sashy ketus.
"Sashy bukan begitu, tapi-"
Saat Sashy berteriak kebetulan satpam komplek sedang patroli berjalan didepan rumah Sashy, dan mereka mendengar teriakan Sashy alhasil mereka ikut membantu Sashy menaikkan ibunya kedalam mobil.
"Sudah tidak apa-apa, ibu hanya kecapean, maaf kan ibu yang merepotkan kalian." Halimah bicara dengan hati-hati agar keduanya tidak bertengkar.
Fatur hanya bisa mengangguk, "Syukurlah kalau ibu sudah tidak apa-apa."
Sashy memilih beranjak dari duduknya, "Bu, Sashy cari makan dulu. Ibu istirahat saja." Sashy membantu ibunya kembali berbaring, dan pergi tanpa bicara dengan Fatur.
"Fatur antar Sashy dulu Bu," Fatur pun ikut pergi mengejar istrinya.
Hingga saat pintu lift tertutup Fatur berhasil mencegahnya, dan keduanya berada di lift yang sama.
"Sashy jangan kamu pikir aku tidak tahu, jika kamu akan membawa ibu pergi bersama mu." Ucap Fatur menatap istrinya dari samping.
Sashy menyunggingkan senyum sinis. "Lalu kenapa? Apa aku melakukan kesalahan!" Balas Sashy dengan nada tegas. "Bahkan aku sudah katakan jika kita akan berpisah!"
Fatur yang mendengar hanya bisa membulatkan matanya, "Sahsy kamu tidak berbuat seperti itu, kamu tahu aku tidak akan setuju dengan perceraian yang kamu inginkan! Sampai kapan pun aku tidak akan mau!" Tekan Fatur.
"Terserah!"
Ting
Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka, Sashy lebih dulu keluar dengan perasaan kesal.
Sedangkan Fatur melihat punggung Sashy dengan kedua tangan mengepal.
....
"Pak, siang ini perwakilan dari PT Angkasa akan datang."
Arga menatap sekertaris didepanya dengan wajah datar, tangannya mengulur memeriksa berkas.
"Hem, siapkan saja. Nanti biar saya sendiri yang menemuinya."
Sekertaris itu mengangguk dan pergi. Hari ini Sashy tak masuk, Arga memberikan cuti langsung tadi pagi sebelum meninggalkan rumah sakit. Semalaman Arga ikut menemani Sashy menunggu ibunya, entah karena rasa ketertarikannya atau rasa kasihan yang ia rasakan. Hanya saja Arga tak tega meninggalkan Sashy.
"Fatur, ingat kamu harus berusaha agar perusahaan kita mendapatkan kerja sama ini. Karena jika itu terjadi perusahaan transportasi kita akan terjamin." Ucap Sarah atasan Fatur.
Fatur melihat berkas lalu memasukkannya ke dalam map.
"Ibu tenang saja, saya pasti akan mendapatkan kerja sama ini." Ucap Fatur penuh keyakinan.
Bu Farah tersenyum, "Bagus, lebih baik lagi kamu minta bantuan istri kamu agar diterima." Saran Bu Farah.
Fatur hanya tersenyum, dan ia sendiri tidak tahu akan bertemu dengan siapa nantinya, karena Sashy sendiri jelas berada di rumah sakit dan tidak bekerja.
Fatur lebih dulu sampai di hotel Mercure, hotel yang menyediakan restoran bintang lima. Pertemuannya kali ini diatur oleh manager perusahaanya jadi Fatur hanya tinggal berangkat dan bertemu klien penting, yang namanya dikenal lekat dalam dunia bisnis. Fatur sendiri hanya pernah melihat dalam majalah bisnis ataupun berita di televisi. Tapi saat ini dirinya tidak yakin jika yang datang menemuinya adalah pemilik perusahaan tersebut. Mengingat perusahaanya yang masih terbilang kecil. Tapi jika memang itu terjadi Fatur sendiri merasa beruntung.
Duduk di sebuah ruangan private, Fatur tampak menunggu dengan harap-harap cemas. Hingga sebuah suara pintu terbuka mengalihkan atensinya.
"Silahkan Tuan." Ucap pelayan yang membukakan pintu.
Fatur langsung berdiri, wajahnya tampak terkejut saat melihat siapa yang datang.
"Tu-tuan Arga Bramantara." Ucapnya dengan tak percaya.
"Maaf, saya datang telat." Balas Arga tanpa senyum.
Fatur tersenyum lebar, tangannya mengulur untuk berjabat tangan.
"Tidak apa-apa Tuan, saya Fatur dari PT Angkasa." Katanya memperkenalkan diri.
Arga hanya mengangguk, dan keduanya sama-sama duduk saling berhadapan.
"Saya pikir bukan anda yang datang Tuan, mengingat perusahaan kami jauh dari perusahaan besar lainya." Ucap Fatur dengan ramah.
"Em, kebetulan asisten saya sedang cuti, dan waktu saya sedikit luang." Arga mengambil air mineral dalam kemasan botol.
"Senang sekali saya bisa bertemu dengan orang nomor satu seperti anda Tuan, ini seperti mimpi. Tapi saya yakin mimpi saya ini nyata." Fatur masih tampak tak percaya, pria itu terus tersenyum.
Dengan sedikit berbincang, Fatur lalu memberikan berkas dari perusahaanya.
"Mungkin anda masih ingin membacanya, dan mungkin juga ada pertanyaan sebelum anda menyetujuinya."
Drt...Drt...
Ponsel di dalam saku Fatur berdering, pria itu menatap Arga dengan senyum kaku tidak enak.
"Maaf," katanya sambil meraih ponselnya lalu mematikan meskipun tahu siapa nama yang memanggil.
"Jika Tuan bisa-"
Drt...drt...
Fatur memejamkan matanya kesal, namun ia justru menunjukan wajah tak enaknya.
"Angkat saja dulu, siapa tahu penting." Ucap Arga sambil meraih berkas yang Fatur sodorkan.
"Maaf tuan, kalau begitu saya angkat teleponnya dulu."
Fatur beranjak menjauh untuk mengangkat panggilan dari Celin.
Sedangkan Arga tampak sedang mempelajari berkas kerja samanya.
"Mereka menggunakan keuntungan kecil untuk sendiri, agar bisa mendapatkan kerja sama." Gumam Arga dengan senyum miring.
Tak lama Fatur kembali, dan Arga sudah menaruh berkas di atas meja.
"Maaf Tuan menunggu lama." Fatur kembali duduk dan menaruh ponselnya di atas meja.
Arga yang tak sengaja melihat ponsel Fatur yang masih menyala pun mengerutkan keningnya. Tatapannya semakin menajam untuk melihat wallpaper layar ponsel Fatur.
Fatur yang menyadari tatapan Arga mengarah pada ponselnya pun tersenyum kikuk sambil membalikan keadaan ponselnya yang sepetinya menganggu kliennya itu.
"Itu istri saya tuan."
Deg