Putra Mahkota Arthur Orion de Havencourt telah kehilangan minatnya terhadap wanita setelah mantan tunangannya menikah dengan kerajaan lain. Ratu, yang melihat putranya seperti tidak berminat menikah, memiliki ide untuk menjodohkannya dengan putri seorang duke wilayah Nightshade. Namun, duke tersebut ternyata membenci kekaisaran karena kaisar sekarang mengambil tahta kakaknya melalui kudeta.
Arthur, yang tidak menyadari hal ini, tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis yang menarik hatinya. Seraphina Elara de Nightshade, putri dari duke Alexander Victor de Nightshade, merasa terkekang dari segala aturan dan peraturan sebagai seorang wanita. Ia berminat untuk pergi ke ibukota dan hidup bebas dari keluarganya.
Ketika Seraphina bertemu dengan Arthur, seorang pria yang aneh dan menarik, hidupnya mulai berubah. Apakah cinta mereka dapat mengatasi konflik antara keluarga mereka, atau apakah kebencian dan dendam akan menghancurkan kesempatan mereka untuk bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady_Xiyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Dan Reuni
Putra mahkota Alaric yang sedang mengerjakan tugas kerajaan mungkin terlalu larut sampai dia terkejut dengan suara ketukan ruang kerja. Pintu ruang kerja terbuka, pengawal yang menjaga di depan masuk.
"Yang Mulia Putra mahkota Alaric, Putri Viona meminta bertemu."
"Viona? Apa yang dia inginkan?"
"Persilakan dia masuk."
Aku menatap pintu dan muncul Putri Viona yang datang sendiri tanpa suaminya, Pangeran Karel. Membuatku bingung dengan maksud dia menemuiku.
"Salam Putra mahkota Alaric," ujar Viona memberikan salam.
"Ya ada apa kau menemuiku sendiri tanpa suamimu, apakah kamu lupa kalau sekarang wanita bersuami dan ingin membuat gosip lagi di kalangan istana kalau aku belum bisa move on darimu?" tanya Alaric sinis.
"Aku ingin menemui mantan tunanganku atau sahabatku apakah kamu tidak merindukanku." jawab Viona.
"Sudahkan jadi kau bisa kembali sekarang aku sedang sangat sibuk kalau bisa jangan temui aku lagi dan segera kembali ke kerajaanmu," ucap Alaric dingin dan menatap tajam.
"Maaf kalau aku menyakitimu Alaric." sesal Viona sedih.
"Keluarlah sekarang ataukah aku akan menyuruh pengawalku untuk mengusirmu dengan kasar, Putri Viona." bentak Alaric mengusir.
Viona sedih dan segera pergi dari ruangan tersebut setelah berpamitan.
Setelah Viona pergi, Alaric merasa sedikit lega. Dia tidak ingin lagi berurusan dengan Viona, mantan tunangannya yang telah memutuskan pertunangan mereka untuk menikah dengan Pangeran Karel.
Alaric kembali ke pekerjaannya, tetapi pikirannya masih terganggu oleh kehadiran Viona. Dia tidak mengerti mengapa Viona masih ingin menemuinya dan mengapa dia masih merasa sedikit sakit hati.
Saat dia sedang berpikir, terdengar suara ketukan pintu lagi. "Masuk," ujar Alaric.
Pintu terbuka dan masuklah salah satu pengawalnya. "Yang Mulia Putra mahkota Alaric, Raja dan Ratu meminta Anda untuk menghadiri pertemuan darurat," ujar pengawal tersebut.
Alaric mengangguk dan berdiri. "Aku akan segera datang," ujar Alaric.
Dia berjalan ke arah ruang pertemuan, bertanya-tanya apa yang terjadi dan mengapa Raja dan Ratu meminta pertemuan darurat.
Saat Alaric memasuki ruang pertemuan, dia melihat Raja dan Ratu sudah duduk di sana, bersama dengan beberapa orang lain yang terlihat serius.
"Alaric, anakku, kami meminta kamu untuk datang karena ada masalah yang sangat serius," ujar Raja William dengan suara yang khawatir.
Alaric mengangguk dan duduk di sebelah Raja William. "Apa masalahnya, Ayah?" tanya Alaric.
Ratu Alethea mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kami telah menerima berita bahwa Kerajaan Valtania sedang mempersiapkan diri untuk menyerang kami," ujar Ratu Alethea dengan suara yang serius.
Alaric terkejut dan mengangguk. "Apa yang kita bisa lakukan untuk menghadapi ancaman ini?" tanya Alaric.
Raja William mengangguk dan memulai untuk menjelaskan rencana mereka. "Kami telah memutuskan untuk mengirimkan utusan ke Kerajaan Valtania untuk mencoba menyelesaikan masalah ini secara damai," ujar Raja William.
Alaric mengangguk dan memulai untuk berbicara. "Aku ingin menjadi bagian dari utusan tersebut, Ayah. Aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini," ujar Alaric dengan suara yang percaya diri.
Raja dan Ratu saling menatap, kemudian Raja mengangguk. "Baiklah, Alaric. Kamu bisa menjadi bagian dari utusan tersebut. Tapi kamu harus berhati-hati dan tidak melakukan apa-apa yang bisa memperburuk situasi," ujar Raja William dengan suara yang serius.
Alaric mengangguk dan tersenyum. "Aku akan berhati-hati, Ayah. Aku janji," ujar Alaric dengan suara yang percaya diri.
Ratu kemudian berbicara. "Kami juga telah memutuskan untuk mengirimkan pasukan ke perbatasan untuk mempersiapkan diri jika negosiasi gagal," ujar Ratu Alethea dengan suara yang serius.
Alaric mengangguk dan memulai untuk berbicara. "Aku ingin memimpin pasukan tersebut, Ibu. Aku ingin membantu melindungi kerajaan kita," ujar Alaric dengan suara yang percaya diri.
Raja dan Ratu saling menatap, kemudian Raja mengangguk. "Baiklah, Alaric. Kamu bisa memimpin pasukan tersebut. Tapi kamu harus berhati-hati dan tidak melakukan apa-apa yang bisa memperburuk situasi," ujar Raja William dengan suara yang serius.
Alaric mengangguk dan tersenyum. "Aku akan berhati-hati, Ayah. Aku janji," ujar Alaric dengan suara yang percaya diri.
Beberapa hari kemudian, Alaric memimpin pasukan ke perbatasan untuk mempersiapkan diri jika negosiasi dengan Kerajaan Valtania gagal. Dia merasa percaya diri dan siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Saat mereka tiba di perbatasan, Alaric melihat bahwa pasukan Kerajaan Valtania sudah menunggu di sana. Dia merasa sedikit tegang, tetapi dia tidak menunjukkan ketakutannya.
Alaric kemudian memutuskan untuk mengirimkan utusan ke pasukan Kerajaan Valtania untuk mencoba menyelesaikan masalah ini secara damai. Dia memilih salah satu dari pasukannya, seorang pria yang bijak dan berpengalaman, untuk menjadi utusan tersebut.
Utusan tersebut kemudian berangkat ke pasukan Kerajaan Valtania, membawa pesan dari Alaric yang meminta mereka untuk tidak menyerang dan mencoba menyelesaikan masalah ini secara damai.
Utusan tersebut kemudian kembali ke pasukan Alaric, membawa jawaban dari pasukan Kerajaan Valtania. Alaric merasa sedikit tegang saat menunggu jawaban tersebut.
"Apa jawaban mereka?" tanya Alaric kepada utusan tersebut.
Utusan tersebut mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Mereka menolak tawaran damai kita, Yang Mulia. Mereka mengatakan bahwa mereka akan terus menyerang kita jika kita tidak menyerah," ujar utusan tersebut dengan suara yang serius.
Alaric merasa sedikit marah dan kecewa. Dia tidak menyangka bahwa pasukan Kerajaan Valtania akan menolak tawaran damai mereka.
"Apa yang kita harus lakukan sekarang?" tanya salah satu pasukan Alaric.
Alaric mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kita harus siap untuk menghadapi serangan mereka. Kita tidak bisa menyerah dan harus melindungi kerajaan kita," ujar Alaric dengan suara yang percaya diri.
Pasukan Alaric kemudian mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan pasukan Kerajaan Valtania. Mereka tahu bahwa perang akan terjadi dan mereka harus siap untuk menghadapinya.
Saat pasukan Alaric sedang mempersiapkan diri, tiba-tiba terdengar suara terompet perang. Pasukan Kerajaan Valtania telah mulai menyerang.
Alaric mengambil pedangnya dan memimpin pasukannya untuk menghadapi serangan musuh. Pertempuran sengit pun terjadi.
Alaric berjuang dengan gagah, menghadapi musuh-musuhnya dengan pedangnya. Dia tidak gentar dan terus berjuang untuk melindungi kerajaannya.
Akhirnya perang pun usai setelah menyelesaikan kekacauan dalam perang Alaric memutuskan segera kembali pulang ke kerajaan. Tiba - tiba dia merindukan Ela dia berniat nemuinya setelah semua selesai. Sesampainya ke kerajaan ia segera melapor kepada Raja atas kemenangan yang telah dia raih.
Raja William dan Ratu Alethea sangat gembira mendengar kabar kemenangan Alaric. Mereka memeluk Alaric dan mengucapkan selamat kepadanya.
"Kami sangat bangga dengan kamu, Alaric," ujar Raja William dengan suara yang penuh kebanggaan.
"Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, Ayah," ujar Alaric dengan suara yang rendah.
Ratu Alethea kemudian berbicara. "Kami telah memutuskan untuk mengadakan pesta untuk merayakan kemenanganmu, Alaric," ujar Ratu Alethea dengan suara yang gembira.
Alaric tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Ibu. Aku sangat gembira," ujar Alaric dengan suara yang gembira.
Setelah pesta selesai, Alaric memutuskan untuk menemui Ela. Dia merindukan Ela dan ingin melihatnya.
Alaric berjalan ke arah kedai Ela, hatinya berdebar dengan eksitasi. Dia tidak sabar untuk melihat Ela dan memeluknya.
Saat dia tiba di kedai Ela, dia melihat Ela sedang duduk di taman, menatap orang - orang yang mengunjungi kedai Dreamweaver's Den.
Alaric tersenyum dan berjalan ke arah Ela. "Ela," ujar Alaric dengan suara yang lembut.
Ela menoleh dan melihat Alaric. Dia tersenyum dan berdiri, berjalan ke arah Alaric.
"Rion," ujar Ela dengan suara yang gembira.
Alaric memeluk Ela. Dia segera sadar setelah Ela mendorong tubuhnya karena ini di tempat umum.
"Maafkan aku, Ela," ujar Alaric nada penuh penyesalan.
"Tidak apa - apa," ujar Ela dengan suara malu.
Mereka berdua kemudian duduk di kursi yang kosong, menatap orang - orang yang hilir mudik.
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya Terimakasih love you sayang semua