Sungguh berat beban hidup yang di jalani Sri Qonita, karena harus membesarkan anak tanpa suami. Ia tidak menyangka, suaminya yang bernama Widodo pamit ingin mencari kerja tetapi tidak pernah pulang. Selama 5 tahun Sri jatuh bangun untuk membesarkan anaknya. Hingga suatu ketika, Sri tidak sanggup lagi hidup di desa karena kerja kerasnya semakin tidak cukup untuk biaya hidup. Sri memutuskan mengajak anaknya bekerja di Jakarta.
Namun, betapa hancur berkeping-keping hati Sri ketika bekerja di salah satu rumah seorang pengusaha. Pengusaha tersebut adalah suaminya sendiri. Widodo suami yang ia tunggu-tunggu sudah menikah lagi bahkan sudah mempunyai anak.
"Kamu tega Mas membiarkan darah dagingmu kelaparan selama 5 tahun, tapi kamu menggait wanita kaya demi kebahagiaan kamu sendiri"
"Bukan begitu Sri, maafkan aku"
Nahlo, apa alasan Widodo sampai menikah lagi? Apakah yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka? Kita ikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pria yang biasanya perlente itu kini masuk rumah mommy dalam keadaan kacau. Lengan kemeja tidak dikancingkan dan jas pun tersampir di pundak.
Sementara Sally, melihat siapa yang datang segera pergi ke lantai dua. Antara marah, kecewa dan sakit hati menumpuk di hati Sally sehingga wanita itu malas untuk bertemu pria yang ia cintai sekaligus ia benci.
Widodo berniat mengejar Sally tetapi mommy menghalangi, karena mommy tahu usaha Widodo akan sia-sia. "Kamu sini dulu, coba ceritakan sama Mommy. Biarkan Sally tenang dulu"
Widodo mengalah lalu duduk di hadapan mommy, pria itu merasa sulit menatap mata mertua karena telah bersalah.
"Saya minta maaf Mommy" Widodo menunduk tapi sudah siap membuka rahasia masa lalunya.
"Ada apa Wid?" Mommy menduga-duga bahwa yang dikatakan Sally jika Widodo selingkuh dengan Sri adalah benar, jika dilihat dari ketakutan Widodo.
"Sebenarnya ketika berangkat ke Jakarta 5 tahun yang lalu, saya meninggalkan istri yang baru melahirkan, bahkan anak yang saya tinggalkan itu belum genap satu bulan" Widodo bercerita dengan suara bergetar.
"Apa?" Mommy menatap Widodo tajam, karena menantunya itu pria yang kejam. "Lalu wanita yang kamu tinggalkan itu Sri, dan Laras itu anakmu? Begitu kan Wid?" Cecar mommy.
"Begitulah Mom" Widodo semakin menunduk.
"Kamu keterlaluan Wid, kalau kamu jujur saat itu setidaknya saya bisa minta Sally untuk mundur" Mommy benar-benar kecewa. Namun, mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Jika mommy menyuruh Widodo menceraikan Sally pun Ara yang akan menjadi korban.
"Lalu apa kamu masih mencintai Sri?" Mommy ingin tahu karena ini menyangkut Sally.
"Jujur iya Mom, tapi sayangnya, Sri sudah terlanjur sakit hati. Dia justru minta saya segera menceraikannya. Bahkan saya kasih nafkah yang baru sekali-kalinya pun Sri menolak dengan tegas" Widodo nampak hancur mengingat itu.
"Itu risiko yang harus kamu terima Wid" mommy mengatakan wanita manapun yang berada di posisi Sri pasti akan melakukan hal yang sama. "Sedangkan Sally pun akan merasakan sakit hati karena kamu kecewakan" Lanjut mommy.
"Lalu apa yang harus saya lakukan Mommy, tolong Mom,,aku juga tidak mau kehilangan Sally" Widodo menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangan.
"Sekarang kamu sarapan dulu terus berangkat ke bengkel" Mommy berjanji akan membantu bicara dengan Sally.
"Terima kasih Mommy, sekali lagi saya minta tolong, saya tidak mau kehilangan Sally" Widodo memohon.
"Berat Wid, jika Mommy tidak berhasil membujuk Sally, itu karena kamu sudah menyakiti dua wanita" mommy tidak mau berjanji.
Dengan perasaan campur aduk, Widodo pergi menolak sarapan pagi.
Selanjutnya mommy telepon Sally agar turun ke lantai satu, karena kakinya yang sering sakit-sakitan tidak mungkin untuk naik tangga.
"Ada apa Mom?" Tanya Sally dari tangga memastikan jika sudah tidak ada Widodo. Ketika yakin bahwa Widodo sudah tidak ada, ia mempercepat langkahnya duduk berhadapan dengan mommy.
"Sally, yang kamu ceritakan tentang perselingkuhan itu tidak benar" mommy menceritakan seperti apa yang Widodo katakan, yakni Sri adalah istri Widodo sebelum menikahi Sally.
"Tidak mungkin Mom, ini tidak benar" Sally masih berkeyakinan bahwa Sri pelakor murahan.
"Sally, bukankah wajah Laras itu mirip sekali dengan Widodo" Mommy bingung dengan putrinya kenapa Sally tiba-tiba tidak bisa berpikir.
Sally pun diam berpikir. Jika memang benar Sri istri Widodo, itu artinya kehadiran Sri untuk bekerja di rumahnya Widodo dan Sri sendiri atur. "Kurang ajar mereka" batin Sally, kemudian bangkit dari kursi.
"Aku pinjam kunci mobil Mom" ucapnya dengan wajah merah.
"Kamu mau kemana Sally, jangan mengendara saat emosi" mommy khawatir Sally ngebut.
"Aku bisa jaga diri Mom" Sally sudah tidak bisa dicegah, ia membuka laci satu persatu setelah menemukan kunci mobil lalu pergi.
Mobil yang dikendarai Sally melaju sedang menuju kantor Widodo. Bayangan mommy akan ngebut tidak terbukti, karena Sally masih ingat Ara yang membutuhkan dirinya.
Pagi itu bengkel sangat ramai, karyawan yang kebetulan menatap bos wanita melistas mengangguk hormat.
Sebenarnya penampilan Sally pagi itu berantakan, tapi kaca mata hitam mampu mengelabui mereka.
Brak!
Pintu ruangan Widodo Sally tendang hingga terbuka lebar, Widodo yang tengah melamun seketika berdiri.
"Sally kamu datang" ucap Widodo sembari merasakan detak jantungnya yang tidak beraturan. Kala menatap wajah Sally merah padam.
Widodo melangkah ke arah pintu menutupnya perlahan-lahan kemudian memberanikan diri mengait tangan Sally yang membelakangi. "Sally tolong dengarkan cerita aku dulu"
"Lepas...!" Sally menghempas tangan Widodo. "Aku tidak menyangka jika kamu pria yang terlihat polos itu ternyata isinya kebohongan!" Sally menekan dada Widodo.
"Ketika itu aku memang tidak jujur jika sudah mempunyai istri, tapi aku takut kehilangan kamu karena aku sangat mencintai kamu Sally"
"Hahaha... omong kosong dengan cinta kamu itu Mas, bertahun-tahun kamu meniduri tubuhku tapi yang kamu bayangkan istri pertamamu" setelah tertawa, Sally kemudian menangis karena merasa tertipu selama beberapa tahun.
"Kenapa kamu berpikir begitu Sally, jelas itu tidak benar" Widodo berusaha menjelaskan tetapi Sally kembali berteriak.
"Sekarang ngaku! Sri bisa kerja di rumah itu bukan karena kebetulan kan? Kalian sudah merencanakan berdua bukan? Hebat kamu Mas. Demi kalian bisa berkumpul hingga tega membohongi aku" Sally kembali menangis.
"Itu tidak benar Sally, aku saja kaget mengapa Sri tiba-tiba kerja di rumah kita. Tapi kamu sendiri yang menerima lamaran Sri bukan"
"Omong kosong" Sally pun kembali ke luar meninggalkan Widodo.
Sally kembali menjalankan mobilnya pulang, dalam perjalanan ingat penjelasan Widodo jika tidak tahu menahu dengan kehadiran Sri sepertinya tidak berbohong.
"Aku tahu sekarang, Sri lah yang sudah mengatur semua ini, bekerja sebagai pembantu itu sebenarnya hanya pura-pura. Tujuan yang sebenarnya karena ingin bersama lagi dengan Widodo. Awas kamu Sri, wajahmu memang polos, tapi hatimu busuk" Sally berbicara sendiri sembari menyetir.
"Sekarang aku yang harus cerdas, tidak akan aku biarkan kamu mendekati Widodo Sri" Sally tersenyum licik.
**************
Sementara itu di rumah mewah, wanita tua sedang mendadar telur untuk sarapan pagi. Ia kesal karena harus bikin sarapan sendiri, apalagi tidak ada stok sayur. "Daun bawang pun tidak ada, kulkas kok nggak ada isinya" ucapnya menggerutu, karena Sally belum belanja.
"Yono, kita sarapan dulu" Parti memanggil Yono melengking karena jarak dari meja makan ke ruang tamu agak jauh.
"Iya Bu" Yono menekan puntung rokok di dalam asbak kemudian menghampiri Parti.
"Kamu itu jangan merokok terus Yono, ikut berfikir bagaimana caranya agar kita bisa punya uang untuk ongkos pulang" Parti kesal karena seisi rumah ini semuanya pergi, biasanya setiap kali ke rumah ini Sally yang rela mengeluarkan banyak uang untuknya.
"Coba Sri tidak pergi, kita bisa minta sama Dia Yon" ucapnya dengan tidak tahu malu.
"Mau bagaimana lagi Bu, jalan satu-satunya ya saya ke bengkel menemui Widodo" Yono pun tak kalah bingung padahal sudah berjanji kepada istri pulang kampung membawa uang.
"Gih, sekarang sarapan dulu terus temui adikmu" pungkas Parti lalu keduanya sarapan.
"Tapi aku tidak yakin Bu" Yono ragu-ragu karena suasana hati Widodo sedang tidak baik.
"Yang penting kamu coba dulu" paksa parti. Tetapi Yono tidak juga berangkat. "Berangkat Yon, tunggu apa lagi" Parti sudah tidak sabar.
"Ongkos naik ojek mana Bu" Yono menengadahkan tangan.
"Kamu ini, merokok bisa, tapi ongkos ojek saja minta. Uang ibu tinggal selembar ini Yono" Parti stres padahal datang ke Jakarta pinjam uang tetangga mau dibayar setelah kembali. Tetapi jangankan membayar hutang, untuk ongkos pulang pun tidak ada.
"Terus bagaimana Bu, ke bengkel itu memang jauh, bayar ojek saja 20 ribu, masa jalan kaki"
"20 ribu" potong Parti, ia pandangi uang 50 ribu tersebut dengan perasaan tidak ikhlas memberikan kepada Yono. "10 ribu nya kembalikan ke Ibu"
Yono pun akhirnya berangkat dengan ojek, tiba di depan ruangan Widodo, dua orang menghentikan langkah Yono.
"Siapa Anda?"
...~Bersambung~...
udh blik aj ma bini mu kng dodol dn coba bgun bisnis mu yg lain stlh sukses bhgiain larass ank mu....
mknya cuss krja bikin kmu sukses dn bhgiain laras....doll...
sekarang baru merasakan widodo, dulu kemana hati nuranimu menelantarkan sri n laras anak kandungmu