Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
"Apa mama kenal dengan perempuan itu?" tanya Saskia.
"Dia yang ada di lukisan itu," jawab Jovan.
Saskia menghela nafas, dia juga tidak habis pikir, kenapa putranya bisa jatuh cinta pada seorang gadis yang tidak sempurna.
"Jangan pandang fisiknya, dia juga tidak minta untuk di lahirkan seperti itu," ucap Jovan seolah mengerti apa di pikiran mamanya.
"Mama tidak masalah kalau dia bisa membuatmu bahagia," ujar Saskia.
Sebenarnya Jovan juga tidak mengerti, kenapa dia begitu tertarik dengan gadis itu. Padahal banyak gadis-gadis cantik yang fisiknya sempurna. Tapi hanya Seruni yang membuatnya jatuh hati.
Jovan melihat jam di tangannya, baru jam 7 malam, Jovan pun pamit keluar. Ia ingin jalan-jalan malam ini.
Jovan mengambil jaket dan kunci motor serta helm. Ia ingin keluar menggunakan motor agar lebih cepat.
"Jangan terlalu malam," pesan Saskia pada Jovan.
Jovan tidak menyahut, hanya memberi kode oke kepada sang mama. Saskia seperti itu hanya takut putranya salah pergaulan. Walau laki-laki, namun Saskia tidak ingin putranya terjerumus ke hal-hal yang tidak baik.
Jovan mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. Hanya deringan pertama, panggilan telepon langsung di jawab.
"Keluar, aku tunggu di jalan Arjuna," kata Jovan melalui telepon.
Belum sempat Aldi menjawab, Jovan sudah menutup teleponnya secara sepihak. Akhirnya Aldi tidak boleh tidak pun segera keluar dari apartemen miliknya.
Jovan melajukan motornya membelah jalanan. Jovan pun menunggu di tempat yang di janjikan.
Beberapa menit kemudian, sebuah motor juga berhenti di depannya. Aldi pun bertanya, karena tadi belum sempat bicara panggilan telepon sudah terputus duluan.
"Ke mana?" tanya Aldi.
"Jalan-jalan, aku lagi gabut," jawab Jovan.
Dua buah motor pun melaju kencang. Entah sadar atau tidak, ternyata mereka sudah tiba di depan gerbang rumah tempat Seruni tinggal.
"Tuan, ini rumah siapa? Kenapa kemari?" tanya Aldi.
Jovan tidak menjawab, ia hanya memperhatikan rumah tersebut. Karena tingkah mereka mencurigakan, penjaga gerbang pun memanggil rekannya untuk menangkap mereka.
"Maaf Pak, kami bukan orang jahat," kata Jovan.
"Pencuri mana mau ngaku," kata salah satu dari mereka.
"Benar Pak, saya hanya ingin ketemu Seruni," ujar Jovan.
"Maaf Tuan, kalau ingin bertamu jangan malam hari," ucap pria itu akhirnya.
"Tuan, apa yang di katakan bapak itu benar. Tidak elok bertamu malam-malam," ucap Aldi.
Jovan akhirnya menghidupkan mesin motornya lalu pamit pergi dari situ. Aldi pun ikut menyusul di belakang.
Aldi hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah tuan nya akhir-akhir. Bahkan sampai nekat mendatangi kediaman Seruni.
Jovan menghentikan motornya di pinggir jalan, ia meminta Aldi untuk kembali ke apartemen, sementara dirinya akan kembali ke rumah.
Sementara Seruni sedang sibuk melukis, karena dia harus segera menyelesaikan lukisannya secepatnya.
Warna dan Inem yang melihat Seruni begitu takjub. Karena dengan menggunakan kaki bisa menghasilkan lukisan sebagus itu.
"Allah Maha Besar," ucap Inem.
"Mbak War, tolong ambilkan air minum," pinta Seruni.
"Baik Dek." Warna pun mengambil air minum yang ada di atas meja. Warna kemudian membantu Seruni untuk minum karena dia sedang melukis.
"Terima kasih mbak," ucap Seruni.
"Sama-sama," jawab Warna.
Kemudian Seruni meminta mereka untuk istirahat, namun mereka masih ingin melihat Seruni melukis.
Akhirnya lukisan Seruni pun siap. Seruni, Inem, dan Warna pun kembali ke kamar mereka masing-masing.
Tapi sebelum itu, Warna mengikuti Seruni hingga ke kamarnya, karena takut Seruni kesulitan saat membuka pintu.
Ternyata tidak seperti yang Warna duga. Seruni malah dengan mudah membuka pintu menggunakan kakinya.
Seruni akhirnya pun beristirahat karena besok dia akan kembali beraktivitas untuk kembali melukis.
...****************...
Waktu pameran lukisan semakin dekat, beruntung Seruni bisa menyelesaikan 40 lukisan.
Padahal Ferry hanya menargetkan 30 lukisan saja. Dan Seruni memberikan bonus 10 lukisan.
Karena Seruni menganggap, bayaran yang dia terima tidak sebanding dengan harga lukisan tersebut. Seruni berpikir, jika lukisannya di jual tidak akan sampai 1 miliar.
"Nak, Pak Ferry dan Mr Thomas datang, cepat temui mereka," kata Sari.
"Baik Bu," ujar Seruni. Seruni keluar dari kamar untuk menemui Ferry dan Mr Thomas.
"Bagaimana? Apa sudah siap?" tanya Ferry.
"Sudah Pak Ferry, saya memberikan bonus 10 lukisan untuk bapak," jawab Seruni.
Ferry tersenyum lalu mengangguk. Kemudian mereka pergi ke ruang lukisan. Saat masuk, mereka takjub melihat lukisan-lukisan tersebut.
"Luar biasa," ucap Ferry.
Kemudian Ferry meminta mereka untuk segera bersiap-siap. Kosim yang sedikit bingung pun bertanya.
"Bersiap mau ke mana Pak Ferry?" tanya Kosim.
"Bapak ingat minggu lalu meminta kartu identitas bapak?" tanya Ferry.
"Ingat, tapi apa hubungannya?" tanya Kosim yang belum mengerti maksud Ferry.
"Bapak, ibu, dan Seruni akan ikut ke negara P. Kami sudah menyediakan dokumen perjalanan, ini." Ferry menyerahkan paspor yang sudah siap di buat.
Ya, minggu lalu Kosim harus kembali ke desa sendirian untuk mengambil kartu keluarga mereka. Kosim tidak tahu untuk apa? Hanya saja Ferry yang minta dan Kosim pun menyetujuinya saja.
"Apa harus seperti itu Pak?" tanya Seruni.
Ferry mengangguk. "Ini adalah saat-saat penting dan peluang besar untuk mu di kenal oleh dunia. Karena yang hadir adalah orang-orang penting dari berbagai negara." Ferry menjelaskan.
Seruni tidak bisa berkata apa-apa, dia tidak tahu harus sedih atau bahagia? Hanya dia berharap lukisannya bisa di terima dengan baik.
Akhirnya Kosim, Sari dan Seruni pun bersiap-siap. Karena mereka akan berangkat hari ini juga.
Sementara lukisan-lukisan Seruni sudah di angkut oleh orang suruhan Ferry. Dan akan di bawa ke negara P.
Kosim, Sari dan Seruni pun pamit kepada Warna dan Inem. Keduanya terlihat sedih, karena beberapa minggu mereka di sini, Warna dan Inem merasa memiliki keluarga.
"Kami tidak lama kok, setelah pulang dari negara P, kami akan mampir ke sini sebelum kembali ke Surabaya," kata Seruni.
Perkataan Seruni semakin membuat keduanya sedih. Bagaimana tidak? Jika Seruni dan keluarganya kembali ke Surabaya, harapan untuk bertemu kembali sangat tipis.
Warna dan Inem melambaikan tangannya saat mobil yang mereka tumpangi mulai bergerak. Kemudian keduanya masuk setelah mobil itu menghilang dari pandangan mereka.
Kosim dan Sari tidak pernah membayangkan akan hidup seperti ini. Ketulusan hatinya merawat Seruni ternyata membawa perubahan besar dalam kehidupan mereka.
Meski di hina di caci karena memiliki anak cacat, namun keduanya tetap sabar menghadapi orang-orang seperti itu.
Kini mereka sudah tiba di bandara. Dan sebentar lagi mereka akan berangkat. Ferry yang bertanggung jawab ke atas mereka pun mengawal mereka, dari pemeriksaan paspor dan sebagainya, sampai mereka naik ke pesawat.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁