Ingin melihat Tim Nasional Indonesia bermain di panggung Piala Dunia? Simaklah! Jalu akan membawa kalian ke dunia yang tidak pernah kalian bayangkan sama sekali.
Di saat karirnya sebagai presenter sedang naik daun, Jalu harus menerima pil pahit yaitu pemecatan kerja tanpa alasan yang jelas dari pihak perusahaan, hal ini membuat Jalu sangat frustasi dan mengalami kemunduran dalam hidup.
Jalu memutuskan untuk menjadi seorang agen sepak bola dan perjalanan karirnya sebagai agen sepak bola akhirnya berjalan sangat baik tapi suatu ketika, semuanya mulai berubah dengan dimulainya penolakan perpanjangan kontrak agen - pemain dan pemutusan kontrak dari para pemainnya.
Pil pahit kedua Jalu telan kembali dan membuat hidupnya hampir hancur tapi pertolongan dari sang Ibu membuat karir Jalu sebagai agen sepak bola mulai bangkit kembali sampai Jalu di kenal sebagai seorang legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon c a i n, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16.
Pada suatu hari, Jalu yang sudah tinggal selama beberapa hari di Surabaya akhirnya melancarkan aksinya yaitu menandatangani kontrak agen - pemain dengan Emir yang sebelumnya informasi Emir sudah di dapatkan dari pembelian informasi pemain muda dengan potensi ★★★★☆.
Jalu menggunakan pakaian formal seperti biasanya bahkan untuk melancarkan aksinya kali ini Jalu lebih memperhatikan setiap detailnya untuk memberikan kesan lebih profesional pada Emir.
Selepas latihan bersama timnya, sebelum Emir meninggalkan lapangan, Jalu menghampiri nya dan mengundang Emir untuk berkomunikasi di sebuah kafe.
Emir tidak menolak ajakan Jalu apalagi setelah mendengar bahwa Jalu seorang agen sepak bola dan melihat cara Jalu berpakaian yang sangat rapih dan sopan.
Selain itu, Emir mendengar beberapa informasi mengenai Jalu dari staf pelatih Ryan saat berlatih sebelumnya bahwa ada seorang agen sepak bola yang memperhatikan mereka di pinggir lapangan.
Apalagi selama beberapa waktu itu, Emir juga sering melihat Jalu yang selalu mengobrol dengan staf pelatih Ryan jadi Emir tidak terlalu waspada terhadap Jalu.
"Emir, sebelum ke perihal dan tujuan ku, mari saling berkenalan dulu secara lebih resmi. Namaku Jalu Sundara dan aku seorang agen sepak bola profesional yang sudah memiliki lisensi agen dan memiliki beberapa klien di bawah naungan agensiku."
Setelah keduanya duduk dan memesan minuman, Jalu segera menyampaikan perkenalan resminya pada Emir yang duduk di depannya.
Emir mengangguk dan menjawab dengan memperkenalkan nama lengkapnya. Emir memiliki sedikit tebakan dalam pikirannya bahwa sepertinya Jalu ingin menjadi agennya. Meski begitu, Emir masih memilih diam dan menunggu apa yang akan Jalu katakan.
"Kamu bisa memanggilku Kakak supaya kita bisa lebih akrab. Apakah kamu tidak keberatan dengan aku memintamu untuk memanggilku dengan panggilan Kakak?"
"Sama sekali tidak, itu sepertinya lebih baik."
"Baguslah kalo begitu."
"Begini Emir, aku berniat untuk menjadikanmu sebagai klien kelima dan pemain keempat yang berada di bawah naungan agensiku yaitu Sundara."
"Sekarang umurmu adalah 17 tahun dan akan berulang tahun yang ke 18 tahun di bulan Mei nanti kan? Apakah kamu sudah memikirkan rencana mengenai karirmu di masa depan itu?"
"Umm, mengenai rencana karir sepak bola ku, aku belum memikirkannya sama sekali. Aku saat ini masih memiliki kontrak 1 tahun dengan klub, jadi belum pasti mengenai masa depanku akan seperti apa."
"Tepat sekali, jika kamu memiliki seorang agen yang profesional, maka kamu tidak perlu memikirkan hal seperti ini karena agen akan membantumu menyelesaikan nya."
Jalu berkata sambil tersenyum tipis dan kesan yang Jalu buat membuat Emir semakin nyaman dengan pertemuan dan obrolan yang terjadi ini.
Sekarang, karena ditanya mengenai rencana karirnya oleh Jalu, Emir pun mulai memikirkannya karena Emir sendiri sadar dan tahu bahwa kontraknya akan habis pada bulan Juni nanti yang mana itu bertepatan dengan kelulusan dirinya dari sekolah.
Melihat masalah seperti ini, Emir juga tahu bahwa semuanya ternyata tidak semudah itu.
"Emir, aku tidak akan berkata banyak mengenai seberapa luas koneksi yang kumiliki dan seberapa mampu aku sebagai seorang agen, tapi yang pasti, jika kamu menandatangani kontrak agen - pemain denganku, maka aku bisa mengurus rencana karirmu dengan segera."
"Menurut aturan FIFA, seorang pemain bisa berdiskusi dengan klub lain saat kontrak pemain tersisa 6 bulan lagi dan itu terjadi pada bulan depan. Aku bisa meyakinkanmu bahwa jika kamu menjadi pemain di bawah agensiku, kamu tidak perlu khawatir sama sekali mengenai klub karena aku akan segera merekomendasikan mu ke klub baru."
"Kak, ini sepertinya masalah yang sangat besar untuk di luruskan dan aku perlu memikirkannya terlebih dulu."
Mendengar jawaban Emir, Jalu tetap mempertahankan senyuman tipis nya tapi dalam pikirannya, Jalu segera mengingat informasi Emir yang merupakan seorang yatim piatu.
Mengingat hal ini, Jalu tahu bahwa untuk meyakinkan Emir hanya butuh suatu dorongan yang menyentuh titik lemahnya.
"Emir, jika kamu menandatangani kontrak agen - pemain denganku, kamu akan tinggal dan memiliki teman yang seumuran denganmu apalagi kamu saat itu sudah merubah statusmu menjadi seorang profesional dan bukan lagi seorang pemain muda."
"Maksud Kakak bagaimana?"
"Aku memiliki 3 pemain dan mereka semua seumuran denganmu. Mereka saat ini tergabung di salah satu klub Liga 2 Indonesia tapi tentu status nya berbeda denganmu, mereka adalah seorang profesional dan meski kamu tergabung dengan klub Liga 1 Indonesia, statusmu hanya pemain muda."
"Jadi, jika kamu menjadikan aku sebagai agenmu, kamu akan seperti mereka dan kamu akan tinggal bersama mereka di sebuah apartemen gratis yang di sediakan oleh klub."
"Mereka pasti akan menjadi temanmu yang sangat peduli dan kamu bisa menghabiskan waktu dengan berbagi cerita bersama mereka."
"Ngomong ngomong, aku akan membagikan sebuah rahasia padamu, mereka bertiga adalah pemain berbakat yang di masa depan nanti akan menjadi pemain kelas dunia dan tentunya kamu sama seperti mereka tapi untuk saat ini, status membuat kamu dan ketiganya berbeda."
Mendengar perkataan Jalu yang cukup panjang lebar, Emir terdiam dan segera menatap langit langit ruangan sambil berpikir keras.
Apa yang dikatakan Jalu sebelumnya membuat Emir merasa sangat masuk akal dan merasa tersanjung apalagi saat Jalu mengatakan bahwa dirinya adalah pemain berbakat seperti mereka bertiga yang di masa depan nanti akan menjadi pemain kelas dunia.
'Aku selama ini tinggal sendirian di sebuah kost kostan kecil dan kumuh, haruskah aku menerima tawaran ini dan memulai kehidupan baru?'
'Jika apa yang dikatakannya benar, maka aku nantinya akan memiliki teman yang tinggal sekamar denganku apalagi mereka seusiaku yang mana tidak mungkin membuat suasana menjadi canggung.'
"Emir, satu hal lagi yang akan Kakak sampaikan padamu, Kakak menganggap mereka bertiga sebagai keluarga dan adik dari Kakak sendiri, jadi jika kamu menjadi pemain di bawah naungan agensiku, Kamu akan menjadi adik dan keluargaku juga sama seperti mereka."
Emir menatap Jalu dengan pandangan yang sedikit kosong karena tak menyangka Jalu akan mengucapkan kalimat seperti itu.
'Keluarga? Apakah itu benar?'
"Kak, bisakah kamu beritahu aku para pemain yang kamu miliki itu?"
"Bisa, apakah perlu juga untuk melakukan vidio call dengan mereka agar membuktikan seberapa dekat aku dengan mereka?"
Jalu bertanya dengan percaya diri karena memang begitulah kenyataan. Meski Jalu berada dan berkeliaran di luar, Jalu tetap menjaga hubungan dengan mereka bertiga melalui chat atau bahkan panggilan.
Bahkan jika itu tidak terjadi ada Ramon yang menjaga mereka sehingga mereka bisa merasakan betapa perhatiannya Jalu terhadap mereka.
"Apakah tidak apa apa? Apakah itu tidak akan membuatmu merasa keberatan?"
"Tidak apa apa, sudah ku bilang bahwa aku menganggap mereka sebagai adik begitupun kamu jika kamu sudah menjadi pemain di bawah naungan agensiku."
Jalu segera mengeluarkan ponselnya dan mengoperasikannya untuk menghubungi Ramon. Jalu tidak menghubungi kontak pribadi para pemain karena itu akan sedikit rumit dan lama. Jika menghubungi Ramon maka itu akan mudah sekali dengan Ramon yang akan meminta ketiganya untuk segera berkumpul dan melakukan panggilan vidio.
"Halo!"
"Mon, mana ketiga adikku itu?"
"Tuh, mereka sedang menikmati series sambil bermain dumbel."
Emir melihat di layar ponsel Jalu ketiga remaja yang sedang fokus menonton tapi salah satu tangannya tidak pernah untuk berhenti bergerak mengangkat dumbel.
"Oke kalo begitu ingatkan mereka untuk tidak berlebihan. Apakah mereka sudah menyelesaikan waktu belajar nya?"
"Sudah, kamu tenang saja."
"Kalo begitu aku tutup panggilannya Mon, maaf sudah mengganggumu."
.....
"Bagaimana? Percaya?"