Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.
Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.
Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.
Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.
Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.
Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.
Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Tubuh David kaku seketika, netranya bergetar, rasa takut itu tak bisa disembunyikan. “Maaf, Bang. Saya betul-betul tak tahu bila Nidia berbuat sejauh ini.”
Bukan mencari pembelaan ataupun pembenaran, tapi memang dirinya sama sekali tidak tahu menahu, sebab disibukkan oleh pembangunan RS baru di pelosok kota provinsi.
Jarang pulang, begitu bertemu keluarga, pembahasan pun seputar perkembangan anak dan menghabiskan waktu berkualitas bersama para orang kesayangannya.
“Kau tahu betul bukan, David? Bila saya sangat tak menyukai bila apapun yang sudah diri ini anggap miliknya, haram hukumnya disentuh apalagi diganggu orang lain,” ucapnya dengan nada rendah penuh intimidasi.
“Iya, saya paham, Bang. Sekali lagi saya mohon maaf.” Ia menunduk dalam, tak bisa membela diri lebih gigih lagi, dikarenakan hal ini juga atas kelalaiannya.
“Pimpin jalan!” titahnya tak terbantahkan.
Lagi-lagi David mengangguk, bergegas melangkah lebar.
Juragan Byakta, Ron, pengacara Aji, mengikuti dari belakang. Sedangkan Nersi kembali bekerja, ia memang sengaja tidak tampil mencolok, dikarenakan masih banyak hal perlu diamati.
Begitu sampai di depan kamar rawat Linda, mereka mendengar percakapan seru. Juragan memberikan kode agar David jangan dulu membuka pintu.
“Tante harus bertindak! Penjarakan Nirma! Dia sudah membuat wajahku babak belur!” susah payah Linda merangkai kata, meminta keadilan.
“Kau tenang saja! Tante sudah melaporkan wanita gatal itu ke pihak berwajib!” Nidia menatap prihatin keadaan keponakannya. Rasa bencinya bertambah kepada Nirma.
“Bagus tu, Tan. Bila dia di bui, maka RS ini terbebas dari wanita MURAHAN! Dan Tante tak perlu was-was lagi, takut bila Paman tergoda perempuan pendosa itu!”
“Kau betul Lin. Harusnya kemarin kita buru saja Sundal itu macam Hewan! Jadi, tak payah menunggu lama, dia langsung dijebloskan ke dalam penjara!” Kepalan tangannya semakin erat.
Nidia membenci Nirma dikarenakan sering terlihat bercengkrama dengan suaminya, meskipun mereka tak pernah berduaan saja. Tetap hatinya panas membara, apalagi setelah mengetahui status janda yang disandang ibunya Kamal, bertambah menjadi perangainya ingin memecat Nirma.
“Tamat riwayatmu kali ini Nirma!” Mulut bengkak itu berusaha terbuka lebar, ingin tersenyum tapi tak terlihat cantik.
'Habislah aku kali ini.' Tangan David bergetar memegang handle pintu, ia seperti seorang terdakwa yang menunggu detik-detik pembacaan putusan hukuman. 'Berani betul kau berbuat semena-mena terhadap wanitanya juragan Byakta, Nidia.'
“Minggir kau!” Rahang juragan Byakta mengetat, netranya memerah menahan emosi membubung tinggi. Tidak menggunakan tangan, tapi kaki, menendang pintu yang masih tertutup rapat.
BRAK!
“APA-APAAN INI?!” Nidia yang terkejut, berteriak histeris. Netranya membulat kala mengenali sosok disegani.
“Juragan Byakta?” tanyanya seraya menelisik raut mengerikan sosok kaya raya yang telah banyak membantu keluarganya, terutama sang suami yang masih ada hubungan bersaudara jauh.
Byakta Nugraha sama sekali tidak mempedulikan Nidia, ia mengikis jarak mendekati ranjang. Menatap jijik pada seonggok raga yang wajahnya membengkak. “Cuma segini si Nirma berhasil melukai? Ck … mengapa tak sekalian dibuat mati saja! Biar repot mengurusnya pun totalitas!”
“Apa?!” Nidia terhenyak, sampai berdiri dari kursinya.
“Diam lah, Nyonya Nidia!” suara bas Ron terdengar dalam sarat akan ancaman.
Nidia mendekati suaminya yang berdiri kaku, menggoyang lengannya, bertanya dengan nada dibuat-buat mendayu. “Bang, ada apa ini?”
“Kau tak dengar apa kata pengawal juragan Byakta? Bisa tak mulut mu yang bak toa tu diam? Atau perlu ku lakban, iya?!” geramnya tertahan, menahan emosi siap meledak.
Begitu terkejutnya, sampai Nidia langsung melepaskan tangan dari lengan sang suami. “Bang, kau?”
“Sudahi drama ala India, Keparat! Orang ku memintamu untuk diam, mengapa dirimu bertambah berisik? Atau kau tak tahu bahasa manusia, iya? Mengerti nya cakap hewan, betulkah macam tu? Bila benar ….” Juragan Byakta beralih menatap Ron yang berdiri di belakangnya.
“Ron kau suruh si Giren membawa serta Anjing gila peliharaannya! Biar hewan berkaki empat itu mengajari berbicara menggunakan cakar serta taringnya kepada wanita bodoh itu!” Jari telunjuknya tepat menuding wajah pias Nidia.
“Siap, Juragan!” Ron langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana, menekan tombol memanggil. Baginya titah sang atasan adalah hal mutlak, yang wajib dipatuhi tanpa kata tapi.
“Bang_ ini sebetulnya_” belum selesai ia berucap, mulutnya sudah dibekap David.
“Bila kau tak ingin celaka, maka diam lah, NIDIA!!”
David menatap tajam netra bergetar istrinya, sebelumnya ia begitu menyukai rengekan manja wanitanya, tapi kini begitu menyesali mengapa tidak mengajari Nidia menggunakan rem mulut.
Linda yang sedari tadi hanya menjadi pendengar dan penonton sambil menahan takut, kini tubuhnya panas dingin. Dia tidak mengenal pria yang bersedekap tangan seraya menatapnya layaknya ingin menelan hidup-hidup.
Namun, auranya begitu menyeramkan, membuatnya sesak napas.
Juragan Byakta kembali fokus pada Linda, netranya memicing dengan senyum meremehkan. “Berapa Jalang laknat tu membayar mu?”
“Hah? Auch!” Linda yang terkejut, melupakan fakta bila wajahnya sakit luar biasa, spontanitas mulutnya menganga, berakhir mengerang sakit.
“Saya bukanlah orang yang sudi mengulang kembali pertanyaan. Namun, melihatmu sekarat macam ni, suasana hati saya sedikit membaik. Jadi, berapa calon adik ipar mantan Lonte itu membayar mu?” tanyanya tegas, se datar ekspresi wajahnya.
“Siapa Anda? Apa kenal dengan Afna?” Linda memberanikan diri bertanya, mengepalkan tangan yang berkeringat. Sedangkan jemari lengan terdapat infus, terlihat bergetar hebat.
Kala melihat kepalan tangan juragan Byakta. Aji maju satu langkah, ia yakin betul bila pria berkuasa ini begitu ingin memukul mulut bodoh Linda.
“Perlu Anda ketahui, Nona. Afna adalah mantan istri juragan Byakta.”
Linda melotot, ia mengerjap dengan netra bergetar.
“Satu hal lagi yang perlu Anda tahu … calon adik ipar mu itu kini berstatus istri dari pria yang bernama Yasir Huda. Dia mantan suaminya nyonya Nirma!” Aji memasukkan tangannya ke dalam saku, rautnya begitu menikmati ekspresi terkejut Linda.
Bak gulungan ombak besar menerjang bibir pantai, seperti itulah gemuruh suara detak jantung Linda, ia yang semula duduk setengah berbaring sampai terlonjak terduduk.
Mengabaikan rasa sakit yang berdenyut-denyut, bibir keringnya mencoba merangkai kata. “Tak mungkin, mengapa Afna sama sekali tak ada bercerita …?”
.
.
Bersambung.
secara hp jadul jg sdh ad kan Ima punya
bener² senggol bacok
d karna kan Kamal pewaris harta kekayaan Nugraha boleh tak AQ daftar jadi makmum nya Kamal🤭
tapi AQ janda beranak 3 Thor 🤣🤣
restu dah dikantongi tinggal gasssss polllll resepsi yeeeeeeeee
Gak tahu aja mereka, kalau juragan Byakta dan Aji sudah mepersiapkan seminggu sebekum hari H.nya.