NovelToon NovelToon
LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Ilmu Kanuragan
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Seorang anak terlahir tanpa bakat sama sekali di dunia yang keras, di mana kekuatan dan kemampuan ilmu kanuragan menjadi tolak ukurnya.

Siapa sangka takdir berbicara lain, dia menemukan sebuah kitab kuno dan bertemu dengan gurunya ketika terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam dan terkenal angker di saat dia meninggalkan desanya yang sedang terjadi perampokan dan membuat kedua orang tuanya terbunuh.

Sebelum Moksa, sang guru memberinya tugas untuk mengumpulkan 4 pusaka dan juga mencari Pedang Api yang merupakan pusaka terkuat di belahan bumi manapun. Dialah sang terpilih yang akan menjadi penerus Pendekar Dewa Api selanjutnya untuk memberikan kedamaian di bumi Mampukah Ranubaya membalaskan dendamnya dan juga memenuhi tugas yang diberikan gurunya? apakah ranu baya sanggup menghadapi nya semua. ikuti kisah ranu baya hanya ada di LEGENDA PENDEKAR DEWA API

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Benar Tetua, kami memergoki dia hendak mencopet tadi. Setelah kami teriaki, dia berlari menuju ke sini," ucap Kirno berusaha meyakinkan.

Tetua tersebut kemudian memandang Ranu dengan tajam, "Aku ingat, bukankah kau dulu yang pernah ikut seleksi di perguruan ini? Kalau tidak salah, kau tidak mempunyai bakat sama sekali dan tidak akan bisa belajar ilmu kanuragan selamanya."

"Benar, Tetua. Tapi apa salahnya jika aku tidak punya bakat?"

"Jelas salah! Percuma kau hidup jika tidak punya bakat mempelajari ilmu kanuragan! Selamanya kau akan tetap menjadi pecundang!" bentak tetua tersebut.

Ranu tersenyum tipis seraya memandang tetua berusia setengah baya di depannya. "Ini saatnya Joni, aku akan memberi mereka pelajaran karena selalu meremehkan orang lain," batin Ranu berkata kepada Geni.

"Namaku Geni, Ranu! Geni...! Sudahlah, percuma juga meladeni pendekar gendeng sepertimu. aku mau tidur saja," ucap Geni lalu menghilang.

Ranu tertawa dalam hati. Diliriknya Sanjaya sesaat sebelum kembali memandang tetua yang tadi meremehkannya, "Meskipun aku tidak punya bakat, tapi aku berani menghadapi kalian semua yang ada di sini!"Tetua itu tertawa lantang menanggapi tantangan Ranu, "Hahahaha ... Sudahlah, kamu keluar saja dari perguruan ini. Pecundang sepertimu tidak pantas menginjakkan kaki di perguruan ini!"

"Bilang saja kalau kalian takut menghadapi pecundang sepertiku," sahut Ranu dengan nada mencibir.

Merasa mendapat kesempatan untuk menghajar Ranu, Sanjaya pun mengajukan diri untuk mencari muka di depan seluruh anggota perguruan Elang Hitam. "Tetua, ijinkanlah saya yang memberi dia pelajaran!"

"Jangan kamu, Sanjaya. Bisa-bisa dalam satu pukulan saja dia bisa kau buat pingsan. Anggota yang lain saja."

Sanjaya merasa bangga mendapat pujian dari tetua senior perguruan. Tak lupa dia pun memasang wajah sombongnya, "Kirno, kamu saja yang memberinya pelajaran!"

"Siap, Tetua muda," jawab Kirno, lalu maju di depan Ranu. "Bersiaplah, Pecundang, aku akan memberimu pelajaran!"

Usai berbicara, Kirno langsung bergerak menyerang. Bukannya melawan, Ranu malah berlari menjauhi hingga membuat Kirno mengejarnya. Kejar-kejaran pun terjadi dengan singkat setelah Ranu tiba-tiba berhenti dan memasang kakinya hingga mengenai perut Kirno. Teman Sanjaya itupun tak ayal terjengkang ke belakang.

Ranu memang sengaja mengalirkan tenaga dalam ke kakinya dan membuat Kirno pingsan hanya dalam satu tendangan, atau lebih tepatnya Kirno menabrak kakinya.

Sanjaya dibuat geram melihat anak buahnya langsung pingsan dalam satu gebrakan saja. Namun yang lebih membuatnya geram, Kirno pingsan karena bukan serangan, tapi kecerobohannya sendiri yang tidak mengantisipasi kaki Ranu.

Melihat Ranu tertawa terbahak-bahak sambil melompat-lompat membuat sanjaya semakin geram. Dia kemudian memberi perintah kepada Cokro untuk menyerang.

Setali tiga uang dengan Kirno, Cokro pun terkelungkup tidak berdaya setelah kakinya tersandung kaki Ranu. Entah apa yang ada di pikiran Ranu sehingga perlu untuk membuat malu para tetua Perguruan Elang Hitam.

"Ah... Tidak seru permainan kalian. kalau bakat terbaik di sini siapa, ya? Berani tidak melawanku yang tidak punya bakat ini?"

Sanjaya yang merupakan bakat terbaik di perguruan tersebut pun meloncat dan berhenti tepat di depan Ranu.

"Aku bakat terbaik di Perguruan Elang Hitam ini akan menghajarmu!"

"Kamu ... bakat terbaik? Hahahaha ... Yang bisanya cuma meminta bantuan anak buahnya disebut bakat terbaik? Sebenarnya bagaimana kualitas perguruan kalian ini?" berondong Ranu sambil memegangi perutnya yang kaku karena tertawa.

"Bedebah ...!!! Aku akan menghajarmu!!!"

"Eits ... sebentar!" cegah Ranu ketika melihat Sanjaya akan menyerangnya.

"Bagimana kalau kita membuat perjanjian? Kalau kau tidak bisa menyentuhku dalam 20 serangan, kau harus bersujud di depanku dan mengaku kalah! Bagaimana, apakah tawaranku kau terima?"

"Hahaha, jangankan 20 serangan, dalam 5 serangan saja kau akan bertekuk lutut!" balas Sanjaya dengan jumawa. "Baiklah, aku terima tawaranmu. Tapi jika aku bisa menyentuhmu, maka aku akan meminta semua anggota perguruan ini untuk menghajarmu, bagaimana pecundang?" sambungnya.

"Baiklah aku terima. Kalian semua yang ada di perguruan ini jadi saksinya!" Ranu tersenyum sarkas.

Tidak ingin memberi kesempatan lebih lama, Sanjaya pun menurunkan tubuhnya sedikit dan memasang kuda-kudanya. Dalam satu kedipan mata, dia langsung bergerak menyerang.

Dalam 5 serangan pertama, Ranu dengan mulus menghindari serangan Sanjaya. Dia hanya menghindar dan menghindar tanpa memberikan serangan sekalipun hingga sudah sepuluh kali Sanjaya menyerangnya.

"Katamu dalam 5 serangan saja bisa membuatku bertekuk lutut? Tapi Ini sudah 10 serangan yang kau lepaskan, dan belum satupun seranganmu bisa menyentuhku. Ayo bakat terbaik, keluarkan kemampuan terbaikmu! Hahaha...!" Ranu sengaja mengeraskan suaranya agar semua anggota Perguruan Elang Hitam mendengarnya.

Merah padam muka Sanjaya mendengar ejekan Ranu. Dia semakin mempercepat serangannya. Namun bukannya bisa mendesak, malah kakinya yang harus tersandung kaki Ranu hingga membuatnya jatuh terlentang.

Semakin keras tawa Ranu melihat wajah Sanjaya mencium tanah hingga seperti terlihat memakai topeng karena debu yang menempel."Ayo berdirilah bakat terbaik, jangan bikin malu perguruanmu! Masih ada 3 serangan lagi yang harus kau maksimalkan!"

Sanjaya mendelik geram. Dia lalu bangkit dan kembali menyerang Ranu dengan kekuatan terbaiknya. Namun lagi-lagi semua serangannya meleset.

Tanpa disadari seorang pun, sepasang mata mengawasi pertarungan Ranu melawan Sanjaya, "Siapa pemuda itu?"

"Dua puluh satu ...!!!" Ranu tiba-tiba berteriak dan memberikan satu pukulan yang mengena dengan telak ulu hati Sanjaya, dan membuat tetua muda perguruan Elang Hitam itu terpental sejauh 15 langkah ke belakang.

"Sayang sekali yang katanya bakat terbaik langsung tumbang dalam satu serangan saja."

Ranu memandang Sanjaya yang tidak bisa menahan keheranannya. Sosok pemuda yang dulu selalu dihajarnya sekarang sudah mempermalukannya di depan umum."Sekarang, laksanakan janji yang sudah kita buat tadi! Bersujudlah di depanku dan akui kekalahanmu!"

Sanjaya yang tidak mau malu kedua kalinya karena mengingkari janji, kemudian merangkak hingga di depan Ranu.

Sebelum dia bersujud, tetua yang sudahmeremehkan Ranu melesat dan berdiri di samping Sanjaya, "Berhenti Sanjaya! Aku tidak bisa melihat Perguruan Elang Hitam ini dilecehkan dan dihina!"

Ranu tersenyum simpul memberi cibiran.

"Bukannya kau sendiri yang sudah menghina perguruan ini? Dengan kau mencegahnya bersujud, itu sama saja mengingkari janji yang sudah dibuat seorang pendekar."

"Apakah seperti itu sifat pendekar yang katanya beraliran putih?" lanjutnya.

"Kau jangan menceramahiku! Aku tahu mana yang benar dan mana yang salah!""Hehehehe ... Sudahlah. Percuma bicara dengan orang yang tidak tahu malu sepertimu. Hari ini sejarah akan mencatat jika Perguruan Elang Hitam telah menjadi perguruan yang suka ingkar janji," ucap Ranubaya sebelum menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Bedebah! Aku akan menghajarmu Kunyuk!"

"Apa sekalian mau bikin perjanjian juga?" tantang Ranu. "Jika aku bisa menjatuhkanmu dalam 5 serangan, kau harus bersujud di kakiku sekalian dengan Sanjaya! Dan jika aku tidak bisa menjatuhkanmu dalam 5 serangan, aku yang akan bersujud di kaki kalian berdua? Bagaimana?"

Semua anggota perguruan Elang Hitam bergumam hingga menimbulkan suara berdengung seperti lebah setelah Ranu mengajukan tantangan

Salah satu tetua Perguruan Elang Hitam itu diam dan berpikir. Bagaimanapun juga, tantangan itu bisa berpotensi membuatnya buruk dan lemah di depan semua anggota perguruan jika benar dia bisa dijatuhkan dalam lima serangan. Namun jika tidak dilayani, tentu dia akan dicap sebagai seorang pengecut.

"Atau bagaimana kalau dibalik kau yang menyerangku saja?" Ranu bertanya lagi.

Tetua tersebut tetap diam tak bersuara hingga akhirnya Ranu berkata dengan suara keras.

"Tetua, keluarlah! Jangan hanya melihat saja dari jauh!"

Ucapan Ranu membuat semua orang yang berada di dalam perguruan tersebut bingung. Siapakah tetua yang dimaksud?

Sesaat setelah Ranu bersuara, melesatlah sesosok lelaki tua berbaju hitam dan berhenti tepat di depan pemuda 18 tahun itu.

"Maafkan kesalahan anggotaku, Pendekar muda. Mereka telah salah memilih lawan," ucap lelaki tua tersebut dengan tenang.

Lelaki tua yang juga ketua Perguruan Elang Hitam itu tentu saja dibuat terkejut. Bagaimana bisa pemuda di depannya itu mengetahui jika dirinya sedang mengamati dari jauh.

Bukan hanya ketua perguruan yang dibuat terkejut, semua anggota Perguruan Elang Hitam juga sama terkejutnya. Mereka tidak menyangka jika ketua perguruan mereka sampai meminta maaf kepada seorang pemuda.

"Aku bukan seorang yang picik seperti mereka berdua, Tetua! Seorang pendekar itu harus memegang kata-katanya. Lisan itu lebih tajam daripada belati. Berkat lisan mereka, nama perguruan ini bisa hancur."

Ketua perguruan Elang Hitam kemudian memandang tetua yang tadi sempat menantang Ranu, "Wignyo, apakah kau masih berniat melawan pendekar muda ini?"

Tetua yang bernama Wignyo terdiam seribu bahasa. Dia dalam posisi dilema, Kalau masih mau melawan dan kalah, dia akan malu. Kalau dia tidak melawan juga akan malu. Akhirnya dia memilih untuk melawan.

"Aku akan melawannya, Ketua."

Ranu tersenyum. "Penawaranku masih tetap sama seperti tadi. Kau pilih yang mana?"

"Aku pilih yang kedua. Aku yang akan menyerangmu!"

"Baiklah, Silahkan menyerang!"

Wignyo mengalirkan tenaga dalam di kaki dan tangannya untuk mempercepat gerakannya. Dalam satu tarikan napas dia langsung menyerang Ranu.

1
momoy
semangat Thor semoga cepat update nya
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor jgn lama2 update nya,syg cerita sebagus ini gantung di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: makasih Thor 🙏🙏🙏
Fikri Anja: soalnya author lagi gak enak badan...insaallah nanti author akan update.ini author lagi nulis biar cerita ranu makin seru...
total 2 replies
🥀⃟ʙʀRos🥀
semakin kece badai cerita nya Thor lanjut 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
makin gokil aja jurus nya Ranu Thor, lanjut tetap semangat 🙏🙏🙏
sadi rimba sikuburan stress
/Grin/
🥀⃟ʙʀRos🥀
berasa makin lama makin pendek chapter nya Thor🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
lanjut Thor pokok e kece badai 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor lanjut mudah mudahan jangan putus di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: semangat Thor🙏🙏🙏
Fikri Anja: insaallah aman
total 2 replies
anggita
lanjut berkarya tulis, semoga novelnya sukses.
anggita
like👍+iklan☝untuk novel fantasi timur nusantara.
anggita
nama jurusnya.. keren👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!