Miang tidak sengaja menemukan membuka kotak terlarang milik leluhurnya yang diusir oleh keluarga seratus tahun lalu. Kotak itu berisi badik keemasan yang bila disentuh oleh Miang bisa berkomunikasi dengan roh spirit yang terpenjara dalam badik itu.
Roh spirit ini membantu Miang dalam mengembangkan dirinya sebagai pendekar spiritual.
Untuk membalas budi, Miang ingin membantu Roh spirit itu mengembalikan ingatannya.
Siapa sebenarnya roh spirit itu? Bisakah Miang membantunya mengingat dirinya?Apakah keputusan Miang tidak mengundang bencana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran ke tujuh
Dari dalam kereta satu suara berseru “ Bangkit!.”
“Sang pangeran menerima salam kalian. Silahkan berdiri!.” Kata si penjaga.
“Kamu.” Penjaga itu menatap lurus ke depan puang Sanaya.
“Sebagai orang bertanggung jawab atas pelanggaran keluargamu, berlutut dan meminta maaf pada kerajaan!.” Satu kekuatan menekan Puang Sanaya dan orang-orangnya jatuh berlutut.
“Saya mewakili keluarga puang Patau memohon pengampunan pada kerajaan atas kelancangan keluarga hamba dalam mempertanyakan aturan kerajaan.” Kata Sayana wajah penuh khidmat. Sekelompok orang turun dari kereta dan seorang anak umur sepuluh tahun berjalan paling depan menuju mereka.
“Kalian punya nyali besar untuk mempertanyakan aturan kerajaan dan memandang rendah kaum bangsawan yang berjuang dan melindungi kalian.” Meski masih kecil, pangeran ke tujuh memiliki momentum yang menakutkan.
“Kalian hanya sekelompok Paria yang sedikit lebih kaya dari yang lain dan mulai arogan.”
Aura kuat pangeran ke tujuh cukup membuat orang kewalahan, beberapa mulai gemetaran. Mereka hanya bisa mengutuk puang Sanati yang berlidah tajam karena membuat ulah dan arogan. Kebetulan menindas orang yang salah pada momentum yang salah. Kebetulan dia bersikap arogan di saat kehadiran pangeran sehingga I Miang punya pendukung.
Namun, apakah itu kebetulan mereka berdebat dan kereta pangeran datang? Tentu saja tidak. La Guritcie adalah hakim kota yang setara dengan walikota dan memiliki wewenang untuk tahu siapa utusan kerajaan yang datang ke kota Leppa. I Miang sudah bertanya sebelumnya bahkan mencaritahu tentang pangeran ketujuh segala.
Dia juga tahu kapan kereta pangeran datang dan sudah berapa lama menunggu disana. Hanya orang-orang terlalu sibuk berdebat jadi tidak memperhatikan situasi.
“Karena nona muda ini mengatakan ini perayaan kegembiraan maka tidak perlu membuat masalah besar maka aku juga akan bermurah hati pada kalian. Tentu saja, ini pertama dan terakhir. Kalau kalian keberatan dengan aturan kerajaan yang telah disepakati maka aku tidak keberatan membantu keluar dari kerajaan Pinra.”
Dahi Puang Sanaya mulai berkeringat dan puang Sanati gemetar dan pucat.
“Nona muda, berjalan denganku. Kita pergi ke acara bersama sebagai penghargaan kamu telah mengajarkan aturan pada mereka.” Pangeran ke tujuh mengundang I Miang.
“Silahkan pangeran.”
I Miang tidak mau mencolok dan tidak perna mengira akan dipanggil mendampingi rombongan pangeran namun dia juga tidak bisa menolak. Jadi dia mengikuti rombongan pangeran dan mengisyaratkan teman-temannya pergi bersama.
Melihat I Miang diminta mengikuti rombongan pangeran ke aula kota, mereka ini akan menjadi pusat perhatian. Ramalla tidak mau melepas kesempatan untuk menjadi perhatian dan dekat dengan pangeran, mungkin pangeran akan naksir dia dan tidak masalah kalau dia diangkat menjadi selir pangeran. Ramalla memikirkan semuanya dan cepat menjejalkan diri pada kelompok I Miang.
“Nona ketiga, tolong tunggu. Aku ikut denganmu. Keluarga harus pergi bersama.”Ramalla cepat mensejajarkan langkah I Miang namun di blokir I Rabia.
“Ada apa denganmu? Kenapa kamu datang?.”
“Aku juga masih dari keluarga La Wero, tentu saja saya ikut dengan nona besar.”
Ramalla meninggikan suaranya agar pangeran dan rombongannya tahu kalau dia anggota keluarga bergengsi di kota ini.
“Beberapa waktu lalu kamu bersama orang luar menghinanya sebagai udik desa.” I Rabia mengkritiknya tanpa ragu. “ Menyingkir!.”
“Ada apa ini?.” Pangeran ketujuh berbalik karena mendengar perdebatan mereka.
“Pangeran….”Ramalla maju kedepan untuk menraik perhatian.
“Hamba juga keluarga La Wero namun…..” Dia mencoba terisak untuk terlihat menyedihkan dan lebih dekat dengan pangeran.
“Jatuhkan dia!.” Perintah oangeran ke tujuh tiba-tiba.
“Orang ini bergegas ke arahku dan mempunyai niat buruk.” Tuduhan kejahatan telah jatuh kepada Ramalla yang masih bingung ketika para penjaga memeganginya.
“Lempar dia keluar dan jangan dibiarkan masuk untuk mencegah hal –hal buruk terjadi.”
Ketika kalimat itu jatuh, Ramalla sudah diseret menjauh.
“Pangerannn…..bukan begitu….aku… tidak….”
“ Puang Miang…..”para penjaga terlalu malas mendengarnya berteriak, salah satu dari mereka entah mengambil darimana buah apel besar dank eras menjejalkan ke mulut Ramalla.
Di gerbang aula, masih banyak orang mengantri untuk masuk ketika Ramalla dilempar dengan tuduhan berniat buruk pada pangeran dan tidak diijinkan masuk agar menghindari kecelakaan, semua memandang jijik padanya.
Biasanya setiap festival perahu, raja akan mengirim pejabat, selir rendah ataupun puteri ke kota Leppa. Namun belakangan ini, status kota Leppa semakin baik terlebih setelah beberapa generasi muda dari kota Leppa berbakat dan menduduki jabatan penting di ibu kota serta ksatria asal kota ini juga sangat berprestasi. Paling menonjol adalah La Topa yang kini menjadi komandan unit dalam ksatria kerajaan di usia muda. Dengan pertimbangan itu, raja memilih utusan yang memiliki status yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya ke kota Leppa sebagai penghargaan.
Raja memiliki delapan pangeran dan tiga puteri. Pangeran pertama, kedua dan ketiga sudah dewasa. Mereka sudah bersaing di pengadilan. Pangeran ke empat, kelima dan enam sudah remaja. Tapi pangeran ke empat dan keenam memiliki status rendah. Pangeran ke lima berasal dari latar militer dan kini sedang berlatih dengan pamannya di kamp militer.
Pangeran ke tujuh baru berusia sepuluh tahun dan belajar di sekolah kerajaan kota. Dan pangeran kedelapan masih berusia lima tahun.
Keluarga ibu pangeran ketujuh dulunya hanya pejabat kelas lima dan perna menolong raja yang masih putera mahkota saat itu. Setelah naik tahta, raja menjadikannya selir dan memberinya status yang lumayan di harem agar dia tidak terlalu diganggu. Kemudian terungkap kalau sebenarnya, selir Santi adalah anak kandung sepupu raja yang sekaligus menteri penting. Raja kemudian menaikkan status selir Santi menjadi selir terhormat. Dengan begitu, pangeran ke tujuh menjadi salah satu pangeran kuat setelah pangeran kedua yang merupakan anak dari ratu, pangeran pertama anak dari permaisuri.
Hanya saja, pangeran ke tujuh tidak tertarik soal politik. Dia lebih suka berkeliaran menjadi pangeran yang menganggur dan belajar berbisnis. Ibu selirnya juga sangat memanjakannya dan secara pribadi meminta raja tidak memaksa puteranya terlibat politik. Terlahir dari darah bangsawan terhormat dari ayah dan ibunya membuat pangeran ke tujuh sangat memperhatikan masalah status social .
Semua tentu saja sudah diselidiki oleh I Miang makanya dia percaya diri berdebat tentang aturan keluarga bangsawan di depan pangeran ke tujuh. Sangat tabu bagi pangeran ke tujuh bila orang status rendah menganiaya bangsawan apalagi melakukan sesuatu untuk merebut posisinya.
Dia perna mencambuk selir seorang pejabat karena meracuni anak sah keluarga bangsawan untuk membuka jalan bagi anaknya. Apalagi, istri sah itu berasal dari keluarga jenderal bangsawan. Dia bahkan rela dihukum oleh sang raja karena itu. Dia mengambil hak politiknya untuk mengkritik pejabat itu. Akhirnya sang raja membenarkan tindakannya dan membatalkan hukuman.
Karenanya, I Miang percaya diri membuat keributan dengan Ramalla dan sesuai dugaannya, Ramalla mendapat hukuman.