NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikan, waktunya makan

Halaman belakang rumah Bu Anggun terlihat kontras jika dibandingkan dengan teras depan yang tertata rapi. Tumpukan kayu bakar berserakan di bagian sudut. Terdapat sebuah kolam setinggi perut orang dewasa beraroma anyir dengan airnya yang keruh. Bercak-bercak merah juga berceceran di lantai semen.

Gery bergidik ngeri. Aroma dan kondisi halaman belakang rumah benar-benar mirip dengan tempat jagal sapi. Dia memiliki seorang paman yang memiliki tempat penjagalan, dan persis seperti itulah kondisi belakang rumah Bu Anggun.

Di samping kolam, pisau-pisau berukuran besar tergeletak dan belum dicuci. Cairan berwarna merah maroon yang nyaris mengering menempel mengotori mata pisau. Dengan kondisi demikian itu, anehnya tidak terlihat jejak kotoran hewan yang biasanya berceceran saat dipotong.

"Kenapa bau banget," keluh Yuzi setengah berbisik sembari menutup hidungnya.

"Maaf ya adik-adik semuanya jika bagian belakang rumah sedikit bau," sambung Bu Anggun setelah mendengar perkataan Yuzi. Perempuan itu tersenyum yang terlihat dipaksakan.

"Bagaimanapun kami hanya bertiga tinggal di rumah ini. Dan semuanya perempuan. Apalagi yang bisa bekerja kasar hanya Mak Ijah, jadi tempat ini memang kurang terjaga kebersihannya. Tetapi tenang saja, untuk makanan yang kami sajikan nanti dijamin bersih dan tentu saja nikmat," lanjut Bu Anggun.

"Hewan apa yang biasa dipotong di tempat ini?" tanya Gery tampak ragu.

"Hewan? Oh ya, seringkali kami membeli stok daging dalam jumlah banyak dari pasar. Tetapi khusus saat ada tamu, kami selalu menyuguhkan daging segar hasil perburuan," jawab Bu Anggun.

"Hasil buruan?" Gery mengulang perkataan Bu Anggun. Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum.

"Mak Ijah cukup terampil memasang jebakan di hutan." Bu Anggun menunjuk beberapa perangkap sangkar dari kawat yang tergeletak di bawah tumpukan kayu bakar. Ukurannya tampak cukup besar. Manusia dewasa muat untuk masuk ke dalamnya.

"Hewan apa yang terjebak dengan perangkap sebesar itu?" tanya Gery lagi. Bu Anggun menoleh, mengernyit.

"Apakah itu penting? Saat kamu menetap di hutan, terkadang pilihannya hanya makan atau dimakan. Protein dan lemak dalam daging dibutuhkan tubuh kita apalagi di suhu yang dingin," jawab Bu Anggun. Perempuan itu mendekati Gery. Kecantikannya tak terbantahkan, tetapi aura yang dikeluarkan seolah hendak melahap Si Jago Basket.

"Bisakah kita fokus pada antena wifi saja? Kenapa memusingkan soal daging?" sergah Aldo kesal. Bu Anggun tersenyum mendengarnya.

Sebuah antena pemantul jaringan wifi berdiri kokoh tak jauh dari kolam tempat mencuci pisau. Penyangga antena berbahan besi dengan tinggi tidak kurang dari 7 meter. Terdapat banyak karat pada baut yang terpasang.

"Kabel di bagian tengah pemancar terkelupas. Kalian bisa melihatnya dari sini kan?" Bu Anggun menunjuk kabel yang menempel pada tiang besi. Mungkin sekitar 3 meter dari permukaan tanah.

Gery tiba-tiba saja berteriak. Semua orang menoleh ke arahnya. Laki-laki itu menunjuk tumpukan kayu bakar. Wajahnya pucat dengan badan gemetar.

"Danc*k! Ngapain kamu Ger?" umpat Aldo kesal.

"Po potongan tangan manusia di tumpukan kayu Do," pekik Gery ketakutan.

Semua orang diam terpaku memperhatikan tumpukan kayu bakar yang ditunjuk oleh Gery. Terlihat jari-jari tangan manusia menonjol keluar di antara kayu kering. Gery tidak sedang membual.

Bu Anggun berjalan santai ke arah tumpukan kayu. Kemudian meraih jari-jari pucat itu, dan menariknya sekuat tenaga. Beberapa kayu kering jatuh berserakan. Suara berderak memecah kesunyian. Sedangkan jari-jari pucat itu kini digenggaman tangan Bu Anggun.

"Tangan manekin untuk dibakar," ucap Bu Anggun terkekeh.

"Guoblok! Tai Ngasu!" Aldo memukul kepala Gery. Semua orang bernapas lega. Bu Anggun mengembalikan potongan tangan manekin ke tumpukan kayu.

"Sekarang tugasmu memanjat tower itu Gery! Sambungkan kabel yang terputus," perintah Aldo melotot.

"Aku?" Gery bertanya memastikan.

"Iya, siapa lagi? Sebagai hukuman karena mengagetkan semua orang, panjat tiang pemancar itu. Cepet! Aku butuh jaringan wifi!" bentak Aldo.

Gery mengangguk tertunduk. Perintah Aldo adalah kewajiban. Hutang budi harus dibayarkan, begitu pikir Gery. Dengan langkahnya yang panjang Gery mengambil tangga dan sebuah tali pengaman. Nana mendekatinya.

"Tempatnya cukup tinggi. Kamu yakin bisa?" tanya Nana khawatir. Gery mengangguk, enggan membuka mulutnya. Nana segera meraih lengan Gery yang hendak memanjat.

"Jika ragu jangan lakukan! Kita bisa memberontak. Kita bisa menolaknya," ucap Nana berapi-api.

"Menyingkir dari jalanku Nana. Jangan pedulikan aku," ucap Gery ketus. Nana pun mundur perlahan. Tidak menyangka Gery yang tadi sempat mengeluarkan candaan garing, jokes khas bapak-bapak, kini malah membentaknya.

Gery memanjat cukup cepat. Meski sebenarnya ada rasa takut di hati, Gery mengabaikannya. Dalam sekejap dia berhasil mencapai kabel wifi yang terputus.

"Cepat sambungkan Gery. Jangan takut, kabel wifi tidak teraliri listrik," teriak Aldo.

"Diam Aldo. Kamu tidak mengerjakannya sendiri, jadi jangan berisik," sergah Nana kesal.

"Dengar Gery, pacarmu membelamu! Kuharap kamu tidak masuk komunitas suami takut istri!" teriak Aldo mengejek.

Gery tidak mempedulikannya. Dia mencoba menyambungkan kabel wifi yang terputus. Ada bekas potongan yang tampak rapi, seolah kabel itu memang sengaja digunting.

Sementara itu, Putra kesulitan menenteng baskom di tangannya. Dia merasa heran bagaimana tubuh ramping Bu Anggun dengan mudahnya mengangkat baskom berisi rendaman daging.

"Bosok! Beratnya kayak ngangkat dosa," keluh Putra. Dia berhasil mencapai bibir kolam di halaman depan.

Ikan aligator tampak bergerak agresif kala air bercampur darah di dalam baskom menetes ke kolam. Putra tersenyum melihatnya. Dia memang menyukai jenis ikan karnivora itu.

Putra memasukkan tangannya ke dalam baskom. Ia mengambil sepotong daging yang terasa aneh digenggamnya. Kulit tipis dengan daging yang kesat. Ada sedikit jaringan lemak di bawah kulit. Warna daging sedikit lebih pucat jika dibandingkan dengan daging sapi atau kambing.

"Mungkinkah daging hewan liar?" gumam Putra. Dia mengendus daging. Ada aroma anyir, tetapi tidak ada bau prengus kambing ataupun domba. Bentuk tulang melingkar kecil. Putra menduga, daging itu berasal dari hewan sejenis trenggiling.

Putra melemparkan sepotong daging yang langsung diperebutkan oleh dua ikan aligator. Sebuah hiburan tersendiri bagi laki-laki berwajah lonjong itu. Meski langit terlihat semakin hitam, tetapi Putra mengabaikannya. Dia masih betah memandangi ikan bermoncong buaya.

Terdengar langkah kaki bergerak cepat dari bagian luar pagar. Putra menoleh dan memperhatikannya. Dia tersenyum kala sosok itu mendekat padanya.

"Wah, darimana saja. . ." Putra hendak berbasa-basi, tetapi ucapannya terhenti. Sosok di hadapan Putra mengayunkan palu kecil yang tadi digunakan untuk memasang pasak tenda, tepat di tengah dahi. Putra terhuyung dan langsung jatuh ke dalam kolam.

Putra masih belum kehilangan kesadaran. Tangannya meraih bibir kolam meski pandangannya sudah buram berkunang-kunang. Namun harapannya untuk hidup pupus sudah kala palu kecil itu diayunkan kembali. Putra tidak dapat menghitung berapa kali palu menghantam batok kepalanya. Kolam ikan berubah warna menjadi merah maroon. Ikan aligator menari-naru mendapat mangsa segar. Sosok yang menggenggam palu kecil itu diam memperhatikan aliran napas Putra yang mulai tersendat di tenggorokan.

1
Nur Hidayah
cepattt update kak🐣
홍시아
Buka aja dulu stiker di pohon
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!