Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."
Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."
Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan
Baru tau kalau mengungkapkan perasaan itu Labil.
Apa sih Labil itu? Ngeluh dikit. Labil. Curhat dikit. Labil. Marah & kesal. Labil...............Anjing aja lah sudah.
Kesal banget.
Kalau gak mau dengar tinggal tutup kuping anjir, tuli aja sekalian! Gak usah punya telinga. Mudahan tuli sekalian!!
Gak usah datang kalau gak mau dengar cerita!!
Apa gunanya juga kamu kerumah, datang cuma duduk diam kayaq patung, masing-masing pegang hp. Gak guna.
Damn it.
Rasanya mau cakar-cakar, pukul-pukul, lempar-lempar. Biar tau rasa.
Semua umpatan, makian, dan kemarahan dia lontarkan. Bergumam dengan diri sendiri. Kasian.
Berapa banyak orang yang bisa mengekspresikan diri, menjalin hubungan demi menjadi kawan, tapi ternyata... Miris.
Bagaimana bisa seseorang menjadi terbuka satu sama lain dengan pasangan, kalau ujungnya hanya kata-kata yang tidak diinginkan kan yang menjadi tanggapan.
Lalu apa gunanya hubungan itu, apa arti nya pasangan itu?
Terus berfikir dan berfikir.
Nisa biasanya selalu ceria dan friendly menjadi murung seharian bahkan berhari-hari, semua ingatan tentang bagaimana seorang Nico yang menanggapi semua keluh kesahnya dengan "kamu ini labil banget sih jadi orang. Bisa gak sih gak usah ngeluuh terus kerjaannya, marah-marah gak jelas. Bikin kesal aja."
Seketika terdiam dan enggan menjawab tanggapan seorang Nico, Nisa pun berdiri dan pergi dari tempat tongkrongan mereka biasa.
"Lah, Nis mau kemana? Nisa." Sambil mengejar Nisa yang menjauh, Nico menarik tangannya "Kamu kenapa sih Nis, main pergi-pergi aja." Tanyanya seakan melupakan kata-kata sebelumnya.
Nisa menghempaskan tangannya dan pergi tanpa menanggapi pertanyaan Nico. "Kenapa sih gak mau ngertiin aku sedikit aja, apa yang salah sama curhat dikit. Gak juga kan selama ini aku terus mengeluh sama dia. Hiss sialan si Nico bikin kesal aja." Gumamnya sembari mempercepat jalan menuju terminal bus.
°°~°°
Sesampainya dirumah dengan perasaan kalut menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Ibunya yang melihatnya terheran-heran dengan anaknya yang biasanya pulang dengan keadaan ceria dan senang menceritakan apapun yang dia lalui seharian kepada ibunya. "Heh Ca, kenapa sih. Kok gak semangat gitu habis kencan."
Nisa yang mendengar pertanyaan ibu nya pun duduk dan menekuk lutut di atas sofa. "Ma emangnya Caca Labil apa?" "Labil apanya sih Ca, kamu ini udah besar udah dua puluh tahun. Bukan anak kecil lagi, pake labil segala." Jawab ibunya dengan bingung. "Emangnya yang bilang kamu labil siapa?" Tanyanya lagi sambil menatap Nisa dengan penasaran.
"Nico ma, masa Caca dibilang labil. Kan tadinya kita lagi duduk, rehat sambil Caca ceritakan soal si Sindy yang ngerjain Caca sama teman-teman di Kampus. Malah dibilang labil sama Nico, dibilang Caca ngeluh aja kerjaannya, marah-marah gak jelas juga bilangnya. Coba deh mama bayangin gimana perasaan Caca." Berkata dengan kesal ke mamanya.
Bu Rianti yang mendengar keluhan anaknya pun berkata " Masa sih Nico bilang begitu Ca, emangnya si Sindy ngerjainnya gimana sampai kamu gak senang gitu?".
"Ish, mama." Sambil cemberut berkata "Merek bikin ember isi air diatas pintu ma, pas aku selesai main voli dan kembali ke kelas, byurr. Basah Caca ma, diketawain satu kelas, Nico cuma ngeliatin aja gak bantuin Caca." Menceritakan dengan mata berkaca-kaca.
Dengan marah Bu Rianti pun menelepon Pak Roni yang masih di kantor. "Pa, cepat pulang. Anakmu dibully, mama gak mau tau papa harus selesaikan masalah ini, buruan kita ke kampusnya Nisa."
**_**