Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.
----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku
masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.
" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
BAB 14
Setelah menghabiskan waktu dua hari berada di tempat yang sangat- sangat baru untukku. Akhirnya besok pagi aku bisa kembali ke rumahku.
Ternyata tinggal disini tak seburuk yang kubayangkan. Walaupun lebih banyak sepinya sih dengan aku yang sudah terbias dengan suasana ramai di mana pun itu entah di rumah atau di pondok tapi itu tak menjadi masalah yang berarti.
Di luar masih gerimis. Hujan sudah turun dari siang tadi dan hingga sore menjelang magrib ini belum ada tanda- tanda akan reda walau sudah tak selebat tadi. Aku suka sebenarnya suasana ini rasanya begitu tenang. Udara yang sejuk itu menyenangkan.
Aku hanya melamun diruang santai rumah ini dinding kaca yang menghadap langsung ke arah taman tempat di mana kami kemarin membahas masa depan ini.
“Kau sedang apa?”.
“Astagfirullah”. Ucapku kaget saat tiba- tiba ada suara dari belakang. “Kaget ih”. Gerutuku yang langsung menengok ke asal suara.
Si pelaku hanya tertawa ringan saat tau aku begitu kaget karena ulahnya. “Lah orang salam dari tadi gak dijawab giliran di gituin malah kaget”.
“Emang kakak sampek kapan?”. Tanyaku mencoba membuka obrolan.
“Lumayan sih mungkin lima menitan”.
“Ooo...”.
“”Kamu udah makan?”. Tanyanya padaku.
“Belum, di kulkas gak ada apa- apa”. Kataku memberi tau.
“Tau kok emang sengaja sih gak belanja kan besok pagi udah mau pergi kita. Nanti malah takut gak kemakan”. Tanggapnya tanpa sadar bahwa sebenarnya dia telah menelantarkan istrinya dalam keadaan tanpa makanan.
Mataku langsung memicing ke arahnya yang hanya di balas dengan cengiran yang sudah sangat sering kudapat darinya.
“Untung aja aku belum laper kak. Kalo tau gitu tadi aku pergi keluar beli bakso abang keliling”. Kataku tak terima kalau ternyata dia sengaja.
“Ngambek nih ceritanya?”. Godanya yang masih menampakkan cengiran yqng malah membuatku semakin ilfil.
*******
“Udah siap?”. Tanyanya setelah aku sudah masuk ke dalam mobil.
Ini masih pagi. Bahkan matahari belum benar- benar menampakkan diri tapi kami sudah bersiap untuk pergi ke rumahku. Bukan aku yang minta untuk berangkat sepagi ini. Nyatanya dia sendiri yang berinisiatif untuk itu. Katanya males kalo nanti macet. Masuk akal juga.
Aku sebagai penumpang sekaligus ma’mum disini hanya ikut saja apa yang dia mau. Kan juga dia yang menyetir mobil.
“Kita mampir beli sarapan dulu kali ya”. Inisiatifku kali ini.
“Kita lihat aja nanti. Kalo udah keburu lapar ya kita cari sarapan di jalan”.
“Ok, gak masalah. Makan di rumah juga gak papa”. Kataku menyanggupi. “Ibu malah seneng pasti”.
“Ibu orangnya gimana sih?”.
“Hah”. Sumpah ini pertanyaan di luar ekspektasiku.
“Kenapa sih?. Kok malah gitu tanggapannya”.
“Ya kaget aja. Kenapa tiba- tiba tanya tentang ibu”. Jelasku rada kikuk.
“Emang gak boleh ya seorang menantu mau tahu tentang mertuanya”.
“Boleh lah”. Kataku sedikit ngegas. Jujur aku takut kalo dia salah faham dengan tanggapanku ini.
“Kamu tau, sebenarnya aku belum sempat mengobrol dengan ibu berdua”. Katanya sembari menghela nafas.
“Kok cuman ibu emang sama ayah udah pernah?. Ayah tuh cemburuan lo”.
Tawa renyah terdengar dari mulutnya. “Sebelum aku menjabat tangan ayahmu. Aku udah berbicara empat mata dengan beliau”. Ujarnya yang membuatku sedikit tak percaya sebenarnya. “Itu menjadi salah satu alasan kenapa sebenarnya aku gak mau mempermainkan hubungan kita”. Tambahnya dengan nada serius.
“Emang ayah bilang apa aja?”. Tanyaku penasaran.
“Itu rahasia kita dear”. Jawabnya ngelantur.
“Ihhh.... apaan sih kak”. Kataku sambil cemberut. Ya kali udah nanya serius- serius apa lagi udah kebawa alur tuh malahan dijawab kayak gitu doang.
“Lahh.. ngambek lagi nih”.
“Enggak ya”. Elakku tanpa menghadap padanya.
Tawa kencang terdengar untuk kesekian kalinya pagi ini. Entah sengaja atau tidak tapi aku merasa dia selalu berusaha bikin aku tuh ilfil terus ngambek. Tau ah malesin emang.
*******
“Assalamualaikum”. Salamku sambil masuk ke dalam rumah.
Aku langsung menuju dapur saat aku tak mendengar jawaban dari salamku. Biasanya jam segini kami sekeluarga masih berada di area dapur yang menyatu dengan ruang santai yang lumayan luas.
Rumahku tak sebesar rumahnya. Tanpa pagar karena menurut ayah itu membuat kita jauh dari tetangga. Dan dengan rumah yang hanya satu lantai. Tapi kalo masalah luas rumahku termasuk kategori lebih luas dari pada rumah pada umumnya. Masih terdapat beberapa interior asli rumah ini yang merupakan peninggalan dari kakek buyutku. Walau sudah banyak yang dipugar baik oleh kakek atau oleh ayahku sendiri.
“Ya Allah. Kakak”. Kata pertama yang menyambut kedatangan kami. Suara ibu melengking memenuhi seisi ruangan.
“Ibuuu”. Kataku pula yang langsung berhambur memeluknya begitu erat. Rasanya begitu kangen dengan beliau padahalkan kami hannya berpisah tak sampai tiga hari full. Rasanya sungguh berbeda dengan aku yang busa meninggalkan rumah lebih dari satu tahun ke pondok.
Kulihat dia juga sudah menyalami ayah. Dan sedikit membuatku takjub bahwa cara dia saliman dengan orang tua itu termasuk benar. Padahal aku yakin sudah sedikit orang yang bersalaman dengan benar.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶