Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Putus Hubungan
...----------------...
Akhirnya keluarga Jian bersedia membubuhkan sidik jari beserta tanda tangan, pada surat perjanjian perpisahan keluarga.
Baru kemudian Lushi melakukan hal yang sama. Di ikuti kakek Wang, paman Yifu dan paman Erfu, yang berperan sebagai saksi. Agar surat perpisahan keluarga menjadi lebih sah secara hukum.
Ini juga dimaksudkan agar di masa depan keluarga Jian tidak menimbulkan masalah lagi bagi Lushi.
Jika raut wajah anggota keluarga Jian terkesan enggan, terpaksa, dan tertekan. Maka berbeda dengan Lushi yang tetap memiliki ekspresi tenang dan santai. Tidak ada tekanan maupun kesedihan sedikitpun dalam raut wajahnya.
Kenapa harus bersedih saat kehilangan keluarga lucknut dan durhakim seperti itu. Harus bahagia dan bersuka cita, kan. Toh ini memang yang di inginkan, sejak pertama kali menempati tubuhnya yang sekarang. Ini juga demi kelangsungan hidupnya.
"Seharusnya sedari awal kalian tidak perlu bertele-tele dan segera menyetujui perpisahan keluarga ini. Agar tidak terlalu membuang-buang banyak waktu semua orang." ucap kakek Wang setelah semuanya membubuhkan tanda tangan.
Bukannya dia mendukung perpisahan hubungan darah maupun hubungan keluarga. Tapi kasus Lushi sekarang ini sedikit istimewa daripada yang lain. Karena ada campur tangan sosok yang seharusnya tidak terlibat. Dan jika sosok itu tidak puas dengan hasil hari ini, bisa saja berakibat fatal bagi desa dan penduduknya.
Itu semua yang ada di pikirkan kakek Wang. Semoga saja dia tidak pernah tau, kalau sudah menjadi korban dari kebohongan Lushi.
"Setelah hari ini, kalian keluarga Jian resmi tidak lagi memiliki hubungan dengan gadis keempat, Jian Lushi." ucap kepala desa sambil menatap surat perjanjian di tangannya.
Wajah keluarga Jian terlihat sangat masam dan masam. Mereka tidak mengharapkan hasil yang merugikan seperti ini.
Meskipun seratus Yuan tidak banyak, tapi bukan juga jumlah yang sedikit untuk keluarga mereka.
Jadi dalam benak mereka, semua yang terjadi hari ini, karena Lushi, si gadis mati. Bagaimana pun caranya, mereka akan membuat gadis mati itu membayar dan mengembalikan semuanya.
"Apapun yang terjadi dengan Jian Lushi di masa depan, entah itu kehidupan pribadinya, pekerjaan, kekayaan. Ataupun hidup dan matinya, tidak ada sangkut pautnya lagi dengan keluarga Jian." kakek Wang menyapu satu persatu anggota keluarga Jian.
Lumiao diam-diam menatap ke arah Lushi, dengan tatapan permusuhan.
Tidak ingin mengecewakan adik tersayangnya, Lushi balas menatap Lumiao. Tak lupa menambahkan senyuman manis, yang semanis madu.
Melihat ini, tangan Lumiao terasa gatal. Ingin rasanya dia menggaruk wajah jelek Lushi agar terlihat semakin jelek.
"Jian Lushi juga di bebaskan dari berkewajiban baktinya pada kalian, orang tuanya." kakek Wang kembali menegaskan pada pak Jian dan Bu Jian.
Para saudara dan ipar, merasa di rugikan dan tidak puas dengan poin ini. Mana boleh gadis mati ini lepas tangan begitu saja. Sedangkan mereka masih harus memberikan tunjangan dan merawat orang tua mereka.
"Dan kalian para saudara saudara dan saudari, meskipun masih memiliki nama keluarga yang sama. Tidak di izinkan menimbulkan masalah maupun memanfaatkan Jian Lushi." Kakek Wang masih terus mengingatkan dan membacakan beberapa syarat dan ketentuan yang tertulis dalam surat perjanjian perpisahan keluarga.
"Sisanya kalian bisa membacanya lagi. Jika ada yang tidak kalian pahami, ataupun keberatan, kalian bisa bertanya pada petugas pemerintahan." lanjut kakek Wang. Kemudian melipat surat perjanjian, untuk di simpan.
Sebelumnya Lushi sengaja meminta kakek Wang membuat tiga salinan dari surat perjanjian tersebut. Karena yang satu lagi untuk disimpan kakek Wang sendiri, selaku kepala desa.
Lushi hanya tidak ingin, suatu saat keluarga Jian akan berpura-pura kehilangan atau tidak memiliki salinan surat tersebut. Pokoknya semua harus di antisipasi sejak awal.
Melihat kakek Wang telah menyimpan kertasnya, Lushi berdiri, kemudian mulai berkata.
"Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, atas semua penderitaan yang kalian berikan pada tubuh ini." ucap Lushi.
Matanya menatap satu per satu anggota keluarga Jian. Yang ternyata sama-sama memiliki ekspresi mengerikan di wajah mereka. Namun Lushi tidak terpengaruh sedikitpun. Kemudian dia kembali melanjutkan ucapannya.
"Seperti yang telah di katakan kakek kepala desa. Mulai hari ini saya dan keluarga Jian, telah resmi memutuskan hubungan keluarga. Tidak ada lagi keterikatan antara satu dengan yang lainnya."
"Kamu...."
Melihat Bu Jian ingin membuka mulutnya, Lushi segera melanjutkan menghalangi.
"Semoga saya tidak pernah bertemu lagi dengan keluarga Jian, anda. Begitu juga sebaliknya. Atau kalian bisa memiliki jalan memutar, jika berpapasan dengan saya." ucap Lushi santai. Di akhiri dengan senyum lebar.
Karena tujuannya sudah tercapai, maka sekarang sudah tidak perlu lagi berpura-pura.
"Kakek kepala desa, nenek Su, dan paman-paman, mari kita segera kembali pulang. Jangan ganggu kluarga Jian lagi."
"Baiklah..." Setelah itu, kakek Wang berjalan keluar dari rumah Jian, di ikuti putra-putranya.
Lushi sengaja berjalan di urutan paling belakang. Untuk memberikan senyum perpisahan untuk mantan keluarga pemilik sebelumnya.
Senyuman yang sangat manis hingga terlihat hampir mengerikan, dan terkesan penuh provokasi.
"Ibu... Lihat kakak shi..." Lumiao merasa terhina dengan senyuman Lushi. Tapi tidak mungkin bertindak gila.
"Dasar gadis mati, sialan...." batin Bu Jian sambil menggigit gigi belakangnya.
"Kenapa ayah dan ibu setuju untuk menandatangani surat pemutusan keluarga dengan gadis mati itu?" protes Lusan. Dia masih tidak terima gadis mati itu di biarkan lolos begitu saja.
"Jika tidak setuju, lalu apa? Kau mau keluarga kita di laporkan polisi? Kau mau mendekam di penjara?" jawab pak Jian, sambil menanyai balik putra ketiganya yang bodoh itu.
"Sebenarnya kami juga tidak ingin menandatanganinya. Tapi kami lebih tidak ingin melihat kalian mendekam di penjara." lanjut pak Jian.
Dia menatap satu persatu wajah anak-anaknya. Entah kenapa, dia tiba-tiba merasa bersalah dan gagal menjadi orang tua.
"Mau bagaimana pun, dia juga keturunan keluarga jian. Darah yang mengalir di tubuhnya, sama dengan kalian. Kenapa kalian tidak bisa sedikit perhatian pada Lushi?" ucap pak Jian pelan. Ada sedikit kesedihan dalam nada bicaranya.
Kemudian dia berdiri, dan pergi meninggalkan anak dan istinya di ruang tamu.
Melihat kepergian suaminya, Bu Jian hanya mendengus dingin.
Begitu juga dengan anak-anaknya yang malah semakin menyalahkan Lushi.
"Ibu... Bagaimana kalau lusa kita ke kabupaten, sekalian menemui saudari." ucap Lumiao pada Bu Jian.
"Jangan panggil gadis mati itu, saudari." ucap Lusan cepat.
"Kita harus membuat perhitungan dengan gadis mati itu, Bu." lanjutnya lagi dengan penuh tekad.
"Dia juga harus mengembalikan uang, yang di ambil dari keluarga kita."
...----------------...
Mohon dukungannya... jangan lupa tinggalkan jejak.. Like komen vote subscribe....
bunga mendarat/Rose//Heart/