kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMARAH TANIA
Kedatangan Sena dan Anita di sambut hangat oleh Sena.
"Mamah lama banget sih susul Aku nya"
"Iya Sayang maaf yah, sudah boleh pulang kan?"
"Iya Anita, Sena anak yang pintar, Dia itu gak pernah ngeluh di tinggal Kamu kerja"
Ucap bangga Tante Risma kepada Sena.
"Tante makasih banyak ya, Tante mau jagain Sena di Rumah Sakit, Tante pasti capek"
"Ya lumayan lah"
"Ya sudah Tante bisa istrahat full hari ini, karena Aku libur hari ini"
"Oh iya"
Jawab Seno menyahuti ucapan Anita.
"Iya Aku mulai besok masuk shift pagi, selama satu bulan"
"Jadi malamnya Kita bisa dong kencan?"
Ajak Seno meminta Anita sambil tersenyum-senyum.
"Kencan itu apa sih Mah?"
Tanya Sena dengan polosnya.
"Kencan itu makan bersama dengan orang yang Kita cinta"
Ucap penjelasan Anita pada Sena dengan mata menatap wajah Seno, setelah sedikit berbincang Kini Mereka bersiap pulang kerumah.
Di sekolah Fathia tak melihat Sena, Ia pun bertanya pada sang guru kenapa Sena tak masuk sekolah hari ini.
"Sena sedang sakit, jadi Dia tidak bisa sekolah hari ini"
"Sakit apa Bu guru?"
"Kata Mamahnya sih, jatuh dari tangga, kepalanya berdarah"
Semua murid terkejut mendengar berita Sena.
"Kasihan ya Sena"
Ucap salah satu teman kelas Sena, sedangkan Fathia ingin sekali menjenguk teman dekatnya itu.
Sepulang sekolah Fathia merengek meminta untuk melihat keadaan Sena.
"Ayo lah Mah, Aku mau lihat Sena"
"Fathia, sudah biarkan... Sena pasti banyak yang menjaga keluarga nya kan banyak"
"Gak Mah, kata Sena, Sena cuma punya Mamah dan Tante saja, gak seperti Aku punya Oma dua punya papah dan Mamah"
Tania merasa kesal akan ucapan Fathia, tapi bagaimana Ia bisa marah dengan Fathia, jelas Fathia belum mengerti permasalahan yang di alami dirinya.
"Baik baik.. Mamah telepon Mamah Sena dulu ya"
Namun beberapa kali menelpon Anita tak menjawab panggilan dari Tania.
"Gak di jawab Fathia, Mamah Sena mungkin sibuk"
"Mah... Kita kan tahu rumah Sena, ayo Mah kesana saja sekarang"
Tania sungguh kesal melihat tingkah Fathia yang memaksa dirinya untuk pergi melihat Sena, tapi Ia tak ingin di cap buruk sebagai ibu akhirnya Ia mengiyakan permintaan Fathia.
Sesampainya di depan parkir rumah susun itu, Tania merasa kebingungan dimana rumah Anita berada, Ia pun melihat seseorang yang keluar dari rumah susun itu, Tania pun bertanya,
"Maaf.. Ibu tahu rumah Anita, atau Sena?"
"Oh.. Di Sana Bu di atas lantai satu nomor 18 rumahnya"
Tania sebenarnya tak ingin menginjakkan kakinya di tempat kumuh ini, tapi bagaimana lagi, permintaan Fathia sungguh membuatnya harus melakukan ini.
"Terimakasih ya Bu, Fathia ayo Kita ke atas"
Fathia terlihat senang bisa mengunjungi rumah Sena, dan sampailah Mereka di pintu rumah Anita nomor 18.
Tania mengetuk pintu dan betapa terkejutnya saat Ia melihat Seno lah yang membuka pintu rumah Anita.
"Seno... Kamu sedang apa disini?"
Tanya Tania merasa kesal melihat Seno berada di rumah Anita.
"Papah..."
Sapa Fathia kepada sang Papah.
"Fathia, ayo masuk, Tania ayo masuk"
Ajak Seno kepada Mereka berdua, Tania memandang wajah Seno dengan tajam, Ia pun masuk ke dalam rumah Anita.
Anita yang baru selesai memberi obat Sena, Ia keluar dari kamar Sena, dan Anita pun terkejut melihat kedatangan mantan istri Seno dirumahnya.
"Tania... Fathia"
"Hai Tante, Aku kesini mau jenguk Sena, Sena mana Tante?"
Tanya Fathia dengan wajah ceria, namun lain dengan Tania yang dari tadi diam cemberut seperti tak suka.
"Sena ada di kamar, makasih ya sudah mau jenguk Sena, mari Tante antar"
Anita pun membukakan pintu kamar Sena untuk Fathia.
Sena sungguh senang kedatangan tamu teman baiknya.
"Fathia, Kamu kesini?"
"Iya.. Aku dengar Kamu sakit, Aku mau jenguk Kamu"
Sena tersenyum bahagia, lalu Ia mengajak Fathia untk mendekatinya dan bermain di kamarnya.
"Ya sudah Kalian main dulu ya di kamar, Fathia temani Sena ya"
"Ok Tante"
Mereka pun bermain dengan riang gembira, Anita ikut tersenyum melihat Mereka, Anita kini keluar kamar, dan menghampiri Tania yang dari tadi berdiri saja di ruang tamu.
"Silahkan duduk Tania"
Anita mempersilahkan Tania untuk duduk di rumah sederhananya, namun Anita mengatakan sesuatu.
"Jadi ini keseharian Kamu jika gak ada di rumah, Kamu mampir kesini yang bukan Muhrim Kamu, sedangkan Aku yang waktu itu masih berstatus istri kamu tidak pernah Kamu seakrab ini dengan Aku"
"Tania tolong dong Kamu jangan memulai pertengkaran lagi"
"Aku.. Aku gak memulai Seno, Aku hanya ingin Kamu tahu perasaan Aku saat masih menjadi istri Kamu"
Anita hanya terdiam menyimak pembicaraan Mereka.
Karena Anita tak ingin ada kegaduhan dirumahnya terlebih Sena baru saja pulang dari rumah sakit, Anita pun menasehati kedua pasangan yang sudah bercerai ini.
"Tolong kecilkan suara Kamu Tania"
Tania tertawa sinis melihat Anita bicara, lalu Ia berkata,
"Sudah berani ya sekarang Kamu terang-terangan berduaan dengan Seno"
Apapun yang dikatakan Tania pada dirinya, Anita tak ingin menggubris karena apapun yang akan Anita katakan, akan tetap salah di mata Tania.
"Ini urusan Aku Tania, lagi pula Kita sudah bercerai jikalau memang Aku menjalin hubungan dengan Anita, Aku rasa itu bukan perselingkuhan namanya"
"Jadi kalian menjalin hubungan lagi, maksud Kamu apa Seno?"
Tanya Tania dengan raut wajah sedih.
"Aku akan menikahi Anita secepatnya"
Bagai di sayat pisau yang tajam hati Tania mendengar pernyataan Seno, Tania merasa tak terima, Dia pun berjalan ke arah Anita lalu menampar wajah Anita dengan tiba-tiba.
Anita terdiam memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan itu.
"Apa yang Kamu lakukan Tania, cukup"
Ujar Seno berkata sambil menarik Anita ke belakangnya, lalu Tania berkata,
"Dasar perempuan munafik, perebut suami orang kemarin bilang tidak ingin bertemu Seno, tidak ingin bersama Seno, tapi apa sekarang Kamu mendekati Seno dan malah menerima Seno untuk menikahi Kamu"
Ucap kata tajam Tania pada Anita, merasa tak terima sebagai perusak rumah tangga Seno, kini Anita angkat bicara.
"Aku bukan perebut suami orang, kalian bercerai atas perjanjian pranikah yang kalian buat, bukan karena Aku, lagi pula Sena lebih berhak memiliki Seno, karena Seno ayah kandung Sena, jadi cukup Kamu hina Saya"
"Sudah sombong Kamu Anita, suatu saat Saya akan balas Kamu, Aku akan buat pernikahan Kamu seperti di neraka"
Ancaman Tania membuat Seno marah, lalu mengusir Tania dari rumah Anita.
"Jika Kamu gak bisa menjaga ucapan Kamu, lebih baik Kamu pergi dari sini, dan jangan sekali-kali Kamu mengancam Anita, Kamu mengancam Dia itu artinya Kamu mengancam Saya Tania"
Seno dan Tania kini saling berpandangan dengan tatapan penuh amarah, dan tiba-tiba Fathia keluar dari kamar Sena.
"Mah.. Kita pulang yuk?"
Tania terdiam sesaat Sena pun bertanya-tanya.
"Kenapa Mah, kok semuanya pada diam"
"Fathia sebaiknya Fathia pulang ya sama Mamah, nanti malam Papah susul Fathia menginap di rumah Papah"
Ucap Seno dengan lembut kepada Fathia.
"Ok.. Aku tunggu ya Pah, ayo Mah kita pulang, Sena mau istirahat katanya, kepalanya pusing"
"Apa.. Sena pusing?"
Anita kini khawatir dan Ia langsung memasuki kamar Sena, Tania pun pergi dari rumah Anita.
"Sayang, kepala Kamu pusing?"
"Iya Mah, Sena mau tidur ajah Mah"
"Iya sayang, Kamu tenang ya, Mamah akan ada di samping Sena hari ini"
Lalu Anita menyayikan lagu kesukaan Sena agar Sena cepat tertidur.
Tak lama Sena pun tertidur dalam pangkuan Anita, setelah di rasa Sena sudah tertidur lelap, Anita pun keluar dari kamar menghampiri Seno.
"Seno, Kamu gak pulang?"
Tanya Anita kemudian Ia duduk di sofa.
"Gak Anita, Aku malas pulang di rumah sepi sekarang gak ada Fathia, lagi pun Aku kan libur hari ini, jadi bisa menemani Kamu sepanjang hari"
Anita tersenyum kecil mendengar itu.
"Makasih ya Kamu sekarang selalu ada untuk Aku, oh iya untuk biaya Sena, Aku pasti ganti tapi nanti setelah uangku terkumpul"
"Anita Kamu bicara apa sih, Anita itu sudah tugas Aku sebagai Ayah Sena, tolong biarkan ya, anggap saja itu bentuk penebusan tanggung jawab Aku yang dulu sempat tertunda"
Kini Mereka saling berpandangan, entah apa yang ada dalam pikiran Seno juga Anita, kini Seno mendekati Anita dan Ia memegang jari jemari Anita.
"Kamu mau apa?"
Tanya Anita merasa gugup saat Seno mendekatinya.
"Gak.. Aku cuma mau dekat Kamu, Aku masih ingat pertama Kita bertemu, dan bagaimana cinta itu menyatu"
Anita terdiam dan tersenyum tipis mengingat pertemuannya dengan Seno.
Di kala itu seorang pemuda pulang dari tempat magangnya di Manggarai setiap harinya pulang dan pergi Ia menaiki kereta, namun suatu hari Ia bertemu seorang wanita berambut panjang pirang, dengan kulit sawo matang, mata yang sedikit sipit seperti orang China, dan punya senyum yang begitu indah.
Pertama kalinya bagi wanita itu menaiki kereta merasa bingung Ia pun mulai bertanya pada si pemuda di sebelahnya.
"Maaf, nanti turun di stasiun mana ya?"
Pemuda itu bingung dengan pertanyaan si wanita.
"Emangnya Kamu gak lihat jadwal di stasiun?"
Wanita itu tampak kebingungan, dan menggelengkan kepalanya, lalu si pemuda berkata,
"Emang Kamu mau kemana?"
"Mau ke kota tua"
Pemuda itu pun tersenyum aneh dan mengatakan,
"Ini tuh tujuannya ke Manggarai"
"Manggarai kemana ya?"
"Ya mau ke Jakarta lah"
Si wanita pun panik dan ingin menangis.
"Aduh gimana dong, Aku gak tahu harus ngapain, Aku belum pernah naik kereta dan ini baru pertama kalinya "
Pemuda itu pun spontan tertawa mendengar si wanita yang belum pernah menaiki kereta.
"Kenapa Kamu ketawa?"
"Gak apa-apa, hari gini belum pernah naik kereta, Kamu lahir tahun berapa sih?"
Ucap si pemuda sambil tersenyum mengejek pada wanita itu.
"Aduh Mas tolong Saya dong, Saya harus balik ke kota tua, tapi Aku sudah gak punya ongkos"
Si wanita bicara dengan wajah memelas, Mendengar hal itu si pemuda merasa kasihan, tapi Ia juga tak mau repot dan mengurusi si wanita ini.
"Nih Aku kasih ongkos, nanti Kamu turun di Manggarai, terus nanti Kamu naik kereta lagi yang jurusannya ke kota tua"
wanita itu bengong hanya memandang si pemuda itu.
"Tapi Aku beneran gak ngerti"
"Kamu tanya-tanya deh sama petugas di stasiun, nah ini Kita sudah sampai di Manggarai, Kita turun ya sekarang"
Pemuda itu pun turun bersama si wanita, setelah itu si pemuda berkata,
"Aku harus magang, jadi Kamu tanya saja sama petugas stasiun, Aku sudah kasih ongkos kan?"
Pemuda itu hendak melangkah pergi, namun si wanita menahannya dengan meraih tangan si pemuda.