Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 20
"Apa?"suara kencang Anne membuat telinga Ara sedikit sakit mendengar nya.
"Kamu bisa bicara pelan sedikit tidak sih,"ucap Ara sambil mengusap telinganya.
"I am sorry, aku terlalu terkejut. Jadi kamu dijodohkan?"tanya Anne dengan nada penasaran nya.
"Bukan, hanya perkenalan saja,"jawab Ara.
"Itu sama saja, Ujung-ujung nya juga dijodohkan,"ujar Anne tidak mau kalah dengan pendapat nya.
"Entahlah, dilihat saja nanti kelanjutan nya bagaimana,"sahut Ara pasrah. Dia sudah malas untuk berdebat.
"Kalau dia tampan, kaya raya, ambil saja,"mulai sudah sifat tamak Anne keluar. Ara hanya bisa menepuk jidatnya.
"Kamu pikir pakaian, bisa asal comot saja,"sahut Ara. Anne hanya tertawa mendengar nada kesal dari Ara.
"Jangan tertawa dulu kamu juga harus bersiap-siap untuk berkenalan dengan seorang Anggara putra Handoko secepatnya,"tekan Ara. Kali ini dia akan membalas ucapan Anne barusan.
"Apa maksud mu? Kenapa bawa-bawa aku juga?"ucap Anne bingung.
"Ya, aku sudah memiliki kesepakatan dengan kak Angga. Jadi bersiaplah,"kata Ara pasti.
"Kamu ini anggap aku barang apa ya? Dasar egois,"gerutu Anne. Ara hanya cekikikan mendengar ucapan kesal yang keluar dari mulut Anne.
"Senior mencarimu,"ujar Anne kembali ke topik pekerjaan mereka kali ini.
"Apakah desain ku ada yang bermasalah?"tanya Ara serius. Yang dia tahu kalau senior mencarinya pasti ada sesuatu.
"Bukan itu, tapi pimpinan D'ell yang ingin bertemu denganmu, mereka ingin kamu menjadi salah satu desainer di perusahaan mereka, ini kesempatan mu, Ara,"ujar Anne dengan bangga. Sebagai sahabatnya selama ini tentu Anne tahu bahwa Ara sangat berbakat. Meski selama ini mereka berdua berada di bawah asuhan senior mereka.
"Pimpinan D'ell sendiri yang berkata dihadapanku bahwa dia mencarimu, karyamu sangat unik dan selalu laris dipasaran,"lanjut Anne.
"Aku belum bisa pastikan kapan akan kembali ke sana,"ujar Ara. Dia masih memikirkan alasan yang tepat agar bundanya tidak tersinggung.
"Ya, aku tahu, nanti akan aku jelaskan,"ujar Anne.
"Terimakasih kakak ipar,"ucap Ara sengaja. Dan benar saja teriakan Anne kali ini semakin kencang saja.
Bagaimana aku bisa kembali?
**
"Terimakasih kamu sudah mau datang, nak,"ujar Steven begitu melihat kedatangan Kendra.
"Aku tidak akan mengecewakan papa,"kata Kendra. Dia mengambil tempat duduk di samping ayahnya.
Kendra melihat seorang wanita yang mungkin seusia ibunya tersenyum saat bertatapan muka dengannya.
"Nak, kenalkan ini adalah Maya Handoko, dia adalah teman baik mamamu, dan juga teman sekolah kami sewaktu kuliah dulu,"ujar Steven kepada Kendra.
"Halo, nak, bagaimana kabarmu?"tanya Maya dengan tutur kata yang hangat.
Kendra menyambut uluran tangan Maya,"saya baik saja, Tante,"ujar Kendra dengan sopan. Sepertinya dia pernah bertemu dengan wanita dihadapannya ini. Di dalam ingatannya dia pernah melihat wajah wanita ini. Hanya saja dia lupa dimana.
"Kamu merasa kita pernah bertemu?"ujar Maya seolah bisa menebak pemikiran Kendra.
"Ah, maaf, saya merasa pernah bertemu hanya saja saya lupa dimana,"ujar kendra berusaha mengingat.
"Mamamu dulu pernah mengajakmu ke rumah, saat usiamu 7 tahun, kamu ingat, nak?"tanya Maya.
Ya, Kendra ingat sekarang. Mamanya pernah berpelukan dengan wanita ini sambil menangis tersedu-sedu. Kejadian itu tepat sebelum mamanya melakukan aksi bunuh diri di depan papanya dan ibu Ella.
"Kalau saja aku tahu kalau dia akan melakukan hal senekat itu, tentu aku akan mencegahnya, sayangnya Nadia tidak berkata apa-apa,"ucap Maya, tampak nada kekecewaan dalam ucapannya.
"Semua adalah takdir, Tante, semua itu sudah berlalu. Hanya doa yang bisa kupanjatkan untuk mama,"kata Kendra. Maya mengusap air matanya.
"Kamu masih memiliki tante, nak. Kami sekeluarga akan selalu siap menerima mu. Jangan salah paham, meskipun papamu bersikeras untuk mengenalkan putri bungsuku denganmu tetapi tidak ada paksaan dalam hal ini. Kalaupun kalian tidak ada rasa, kalian masih bisa menjadi saudara. Jodoh itu sudah ada yang mengatur, perjodohan yang memaksa itu hanya ada di zaman dahulu. Anak sekarang mana mau seperti itu, benar bukan?"ucap Maya.
Kendra tersenyum mendengar apa yang dikatakan nyonya dari keluarga Handoko. Pantas saja sikap Ara seperti itu, ternyata menurun dari ibunya.
"Saya mengerti,"jawab Kendra.
"Putrimu kapan datang?"tanya Steven yang tampaknya sudah tidak sabar dari tadi.
"Mungkin sebentar lagi, aku sudah melarangnya lembur hari ini, mungkin macet di jalan,"kata Maya sambil melihat HP nya.
"Maaf nak kendra, putriku ini sangat keras kepala, dia tidak tampak lembut seperti perempuan lainnya,"ujar Maya kembali.
"Biarkan Kendra sendiri yang menilainya, May, kamu jangan menjatuhkan putrimu sendiri,"kata steven.
"Daripada Kendra takut nantinya, lebih baik kuberitahu dulu,"kata Maya. Perkataan Maya ini membuat Kendra tersenyum karena dia sudah tahu bagaimana sikap Ara yang keras kepala itu.
"Nah, itu dia datang,"tunjuk Maya ke arah belakang Kendra.
Sedangkan Kendra hanya diam tanpa menoleh ke arah belakang. Dia ingin tahu bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya.
