Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14. Hadiah dari Adrian
#Ruang makan keluarga Jeradins
Di malam itu semua makanan sudah tersedia di meja makan dan begitu juga dengan semua anggota keluarga yang sudah berkumpul di ruang makan, kecuali Adrian yang tak terlihat kehadirannya saat itu. Trisha hanya duduk disamping kursi Adrian yang kosong.
“Trish, kenapa Adrian belum pulang?” Tanya Esme. “Apa dia mengabarimu?” lanjutnya. “D-dia—“ Perkataanya terhenti ketika semua memusatkan perhatiannya pada Adrian yang baru saja datang.
“Maaf aku terlambat.” Tuturnya dengan senyuman kecil. Tidak lama setelah kedatangan Adrian, Tuan Jeradins pun datang. Semua orang berdiri menyambut kedatangannya. “Duduklah, kita mulai makan malamnya.”
Adrian menoleh kearah Trisha dan begitu pun Trisha, mereka saling bertukar pandangan tanpa alasan yang jelas. Makan malam di mulai semua pelayan mengisi piring majikan-majikannya. Suasana di meja makan seperti biasanya, penuh dengan tekanan dan keheningan.
“Adrian.” Seru Tuan Jeradins, lantas Adrian pun menoleh setelah menelan suapan pertamannya. “Iya kakek?” jawabnya. “Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanya kakeknya itu, Adrian melihat semua orang yang menatapnya, lalu ia mengangguk dengan senyuman kecil “Semuanya berjalan dengan baik.” Tuan Jeradins mengankat Alisnya sambil memotong daging Steak saat mendengar jawaban Adrian.
“Bagus.” Gumam kakeknya itu “Cessar menghubungiku tadi. Dia bilang kau cukup bagus dalam pekerjaanmu.” Puji kakeknya itu, Seketika senyuman merekah di bibirnya begitu pun semua orang yang senang mendengar hal itu. Adrian menyenggol sikut Trisha dan tersenyum manis padanya, sementara Trisha hanya mengacungkan jempolnya tanpa membalas senyuman Adrian.
“Apa dia menyukai Adrian, Ayah?” Tanya Runo. “Bisa di bilang seperti itu.” Tuturnya. Semuanya nampak terlihat senang dengan kemajuan Adrian. “Kalian lihat sendirikan, kemajuan hidupnya setelah menikah?” Semuanya tersenyum sambil mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan orang paling tua di keluarga mereka itu.
Di saat semua orang tengah berbahagia atas pencapaiannya. Adrian malah menoleh pada Trisha dan menatapnya dengan lekat sambil tersenyum jahil. Namun, Trisha tidak menggubrisnya ia hanya fokus makan. Tanpa Trisha sadari Tangan Adrian turun dan mengelus paha dalamnya, yang sontak membuatnya terperanjat sampai kakinya terbentur meja, dan membuat semuanya terkejut.
“Nak? Kau baik-baik saja?” tanya Esme, Trisha menutup mulutnya lalu tersenyum “A-aku baik-baik saja, aku hanya tidak sengaja menggigit lidahku.” sementara Adrian yang berada disampingnya hanya menahan senyum
***
Trisha kembali ke kamarnya dengan rasa kesalnya karena kejadian tadi, Adrian yang sedang di kamar mandi diketuk oleh Trisha “Adrian! Keluar sekarang, aku ingin bicara denganmu!” Namun tidak ada respon dari dalam sana “Huft! Adrian aku bilang keluar! Kalau kau tidak keluar aku bersumpah akan aku rusak pintu ini!” Lanjut Trisha didepan pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya didada.
Beberapa saat kemudian gagang pintu pun bergerak. Adrian keluar dari balik pintu sambil tersenyum. “Bersumpahlah Kau tidak akan memukulku,” Tutur adrian memelas. “Astaga! Apa kau ini anak kecil, Adrian?” Geram Trisha “Kemarin kau menciumku, dan hari ini kau menyentuh pahaku di bawah meja! Apa semua yang kau lakukan ini, huh?” Adrian berjalan santai melewati Trisha lalu duduk di sofa dengan nyaman. Ia mengedikan bahu sambil menyilangkan kaki. “Aku ingin menggenggam tanganmu tadi, tapi otakku menyuruhku untuk memegang pahamu, Jelas saja bukan aku suamimu.” Tuturnya lalu tersenyum manis.
“Kau gila!” Kata Trisha “Aku sudah bilang, aku tidak ingin kau menyentuhku. Apa kau tidak mengerti?”
“Kau ini terlalu berlebihan Trish, Aku hanya bercanda.” Ujarnya sambil beranjak. “Dengar!” Trisha menghamiri Adrian “Kau tau hal yang kau lakukan tadi itu sebuah pelecehan?” Kata Trisha “Pufft!” Adrian menahan tawanya. “Pelecehan kau bilang?” ulangnya. “Hallo nona Trisha Jeradins~” Adrian menunjukan cincin di jari manisnya. “Sekali lagi. Aku ini suamimu, Aku berhak atas dirimu. Kau ini lucu sekali.”
“Aku tidak bercanda!”
“Lalu?”
“Aku tidak ingin kau menyentuhku.” Ujar Trisha, Adrian langsung mengorek kupingnya dengan kelingking yang nampak tak peduli dengan perkataan Trisha.
“Dengar Trish, apa pun yang aku katakan dan apa yang aku lakukan, semua itu kejujuran. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, termasuk perasaanku.” Tuturnya sambil berjalan mendekati Trisha. “Kau ingat di malam pertama kita? Saat aku memperkenalkan Anna padamu?”
Trisha hanya terdiam tapi matanya menatap tajam pada Adrian. “Aku bahkan tidak memiliki niat untuk menidurimu, tidak ada kebohongan yang aku sembunyikan darimu. Apa pun itu. Tapi apa yang kau lakukan? setiap hari kau seperti merundungku. Sebenci itu kah kau padaku?” Mendengar itu Trisha hanya menghela nafass dan duduk di sofa untuk menenangkan dirinya.
“Lalu bagaimana dengan ciuman itu?”
Adrian berjengit, menggosok hidungnya karena gugup. “I-itu...itu hanya refleks” Tuturnya sambil duduk disisi lain kursi. “Malam itu kau kan sangat marah dan kau terus mendorongku. D-dan aku tidak tau harus melakukan apa.” Lanjut Adrian, Trisha mengernyit mendengar penjelasan Adrian
“Lagi pula kau sudah menampar wajahku. Dan itu sangat sakit.” Adrian beranjak dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. “Aku juga sudah meminta maaf padamu. Apa lagi yang bisa aku lakukan?” Adrian mendekati Trisha sambil menahan senyumannya.
“And...” Adrian menunjukan sebuah gelang yang dihiasi dengan berlian yang berwana hijau seperti batu zamrud. ”Seperti orang idiot lainya, aku memberimu hadiah sebagai permintaan maaf.” Tutur Adrian Sambil tersenyum manis “Apa kau pikir aku akan luluh?”
“Aku tidak melakukannya agar kau menjadi luluh atau lembut kepadaku.Ini hanya untukmu saja. Bagaimana menurutmu gelang ini?” Tanya Adrian, “Kau yang membuat ini?” Tanya Trisha Ragu. “Iya tentu saja, aku membuatnya dengan tanganku sendiri, aku bersumpah.” Trisha mengamati setiap rangakaian dan batu berlian berwarna hijau itu dengan teliti, sesekali ia mengangguk mengakui keindahan gelang yang Adrian buat.
“Hmm...” gumam Trisha “Lihat, apa yang kau lakukan dengan kail pengait gelang ini?” Seketika senyuman Adrian memudar saat Trisha menemukan sesuatu yang janggal.
“Apa?” Tanya Adrian sambil melihat gelang yanga ada di tangan Trisha itu. “ Apa kau tidak teliti membuat hal semacam ini?” Adrian hanya menghela nafas lalu menatap Trisha “Pengaitnya bengkok,” ujar Trisha. “Benarkah? Sini biar aku lihat.”
Trisha menunjukan bagian yang bengkok. ”Kau benar juga. Sepertinya aku harus memperbaikinya.” Ujar Adrian sambil meraih gelang itu, namun Trisha tidak memberikannya. “Biarkan seperti ini, Lagi pula ini pengalaman pertamamu.” Ujar Trisha sambil mengangkat gelang itu di udara dan mengkilap dengan indah saat terkena cahaya lampu. “Iya, aku akui ini sangat indah. Aku menyukainya.” Turut Trisha.
“Ck! Sudahlah jangan berbohong. Kau tidak menyukainya, kan.”
“Tidak, aku tidak berbohong. Aku menyukainya.”
“Sudah berikan saja padaku!”
“Tidak mau!”
Adrian menghampiri Trisha untuk mengambil gelang itu, namun Trisha malah menghindar, Adrian mencoba mengambil lagi gelang itu, namun Trisha menyembunyikannya di belakang punggungnya. “Aku tidak akan menyerahkannya padamu, untuk apa pun alasannya.” Ujarnya sambil tersenyum Jahil. “Ayolah Trish, kembalikan padaku.” Trisha menjauh dari Adrian sambil terkekeh.
“Trisha aku memperingatkanmu. Kembalikan padaku! Kau ini”.
“Kau sudah memberikannya sebagai hadiah kepadaku bukan? Dan sekarang kau ingin mengambilnya? Itu tidak baik, Adrian.”
“Hadiah di berikan pada orang yang menghargainya.”
Sekali lagi Adrian mengejar Trisha untuk mengambil kembali gelang itu. Trisha tertawa sambil berlari untuk menghindari Adrian. Mereka berlarian di kamar mereka yang luas itu seperti anak kecil.
“Ayo ambil jika kau bisa~” ledeknya
“Trisha, kembalikan!”
Trisha berjalan mundur sambil mengiming-imingi gelang di tangannya. Adrian mulai mendekat, mereka hanya berjarak beberapa meter.
“Lihat, kau meledekku seperti anak kecil.” Namun Trisha Hanya terkekeh.
...○○○...
To Be Countinue ...
...《Character introduction 》...
Trisha Paulozza
Adrian Jerandin
Anna Diens
Freya
Izel
Solon
William
Tuan Runo
Ibu Esme
Ny. Audy
Lydia