"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
empat belas
Tepat jam sepuluh malam. Damian baru pulang dari kantornya dengan Niko yang mengantarkannya ke rumah, kakinya melangkah dengan badannya yang terasa lelah menuju pintu utama masuk ke dalam rumah.
Damian menghembuskan nafas panjang dengan lelah, suasana sepi yang menyambutnya saat dirinya begitu masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu, kalau biasanya. Akan ada Helena yang selalu menyambutnya dengan wajah cerah seperti bunga yang baru bermekaran, saat itu tanggapan Damian ialah kesal dengan wajah masam di tunjukannya.
Namun, saat ini. Ada rasa kerinduan pada momen momen yang dulu di anggapnya berisik dan peganggu itu.
"Mas Damian, udah pulang? Maaf bibi gak sadar dengan kehadiran, mas Damian. Bibi lagi sibuk di belakang tadi. " Bi Ayu datang menyambut kepulangan Damian, kalau Bi Ayu lagi menginap. Wanita baya itu saja yang senantiasa menyambutnya. Mengambil sepatu Damian yang baru dilepaskan dan menyimpannya kembali di rak sepatu.
Kalau dulu, pekerjaan seperti ini akan ada Helena yang selalu melayaninya dengan baik, walau wajah masam dan tak suka Damian mengisi, tapi Helena tidak gentar dan terus melanjutkan pekerjaannya.
"Helena mana, Bi? Apa masih di dalam kamarnya? Dia udah makan malam? Apa dia udah tidur, ya? Sudah jam sepuluh sekarang." tanya Damian, dia menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan matanya.
Bi Ayu tergagap, mendengar pertanyaan beruntun Damian. "A-anu, itu, mas Damian. Ibu belum pulang. "
Damian membuka matanya dengan cepat, duduknya menjadi tegak, menatap Bi Ayu dengan wajah seriusnya. "Belum pulang? Emang Helena pergi kemana? Kenapa tidak beritahu saya kalau dia keluar sampai jam sepuluh malam begini? "
"Ibu ijin mau ke reunian kuliahnya, mas, kata ibu Helena begitu. Keluar jam tujuh malam tadi, ibu bilangnya sudah mengabari, mas Damian. Kalau mau keluar. " ujar Bi Ayu dengan takut-takut, walau Damian ini orangnya baik sama Bi Ayu. Tapi kalau majikannya itu sudah marah atau kesal begini, Bi Ayu juga takut.
Damian menungkik alisnya, wajahnya berubah datar karena kesal. "Si*lan! Helena tidak ada beritahu saya apapun kalau dia mau keluar, dia ada bilang pulang jam berapa nanti sama, Bi Ayu? "
"Jam sembilan, mas. Paling lama jam sepuluh nanti pulangnya. "
Damian menghembuskan nafas, menghalau rasa kesal yang menderanya. "Yasudah, Bi Ayu istirahat saja, sudah jam sepuluh sekarang, waktunya bibi istirahat. "
"Baik, mas. Makasih banyak, kalau begitu bibi pamit ke kamar dulu. "
Damian membalas hanya anggukan saja, tangan kanannya berusaha membuka paksa lilitan dasi yang terasa mencekik lehernya.
Alis Damian seketika terangkat saat suara deru mobil masuk ke pendengarannya, dia menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil memejamkan matanya. Damian tebak bahwa suara mobil di dengarnya itu tanda kepulangan Helena.
Suara kutukan sendal heels memenuhi telinganya, sepertinya itu langkah kaki Helena yang memasuki rumah.
"Sudah selesai bersenang-senangnya, Helena? " suara bass Damian terdengar membuat Helena menghentikan langkahnya, sekujur tubuhnya tiba-tiba kaku.
Membalikkan tubuhnya, menatap penuh was-was pada Damian yang tengah duduk di sofa dengan tatapan tajam yang tertuju padanya.
"Dari mana saja? Kenapa pulang sampai jam sepuluh malam, begini? Kenapa tidak mengabari aku dulu kalau mau keluar? " pertanyaan beruntun Damian membuat Helena menelan ludahnya dengan susah payah, ucapan dengan nada dingin itu membuat Helena menggigil ketakutan.
"Kenapa diam saja? Ayo, jawab! " sentak Damian karena pertanyaannya, tidak ada satupun Helena jawab. Membuatnya semakin di buat kesal.
"M-maaf." ya, hanya itu yang bisa Helena katakan saat posisinya tengah ketakutan begini, aura yang di pancarkan Damian membuat mulutnya seperti di tutup rapat.
"Pulang di antar siapa tadi? Aku lihat pak Tarno masih di depan pos tadi, tidak keluar menjemput kamu. "
"Di antar Bagas, teman lama ku masa kuliah dulu. " cicit Helena dengan suara pelan, tapi masih bisa di dengar jelas oleh Damian.
"Apa?! " kagetnya, tak sengaja berteriak membuat Helena semakin dibuat takut, wajahnya pucat pasih sekarang. Helena tidak bohong, kemarahan Damian adalah ketakutannya, lihat wajah datar itu yang terus menatapnya dingin dan tajam seperti ada sebilah pisau yang menusuk jantungnya.
"B-bagas, aku di antar Bagas tadi kerumah. Dia nawarin aku pulang bareng, karena searah katanya sama jalur ke rumahnya." Helena mengulang perkataannya, dia kira Damian tidak mendengar ucapannya tadi karena suaranya kecil.
"Baguss! Pergi keluar gak ngabarin suami sama sekali, pulang pulang di antar laki-laki lain, hebat sekali kamu, Helena. " Damian berdiri, kedua tangannya terlipat di atas dada, menatap Helena dengan sinis.
"Kenapa pergi tidak mengabari ku sama sekali? Kamu pikir kamu seorang wanita lajang yang bisa seenaknya pergi begitu saja dengan bebas? "
Helena mengangkat kepalanya, merasa ucapan Damian mulai panas di telinganya. "Emangnya apa peduli, kamu? "
"Mau status aku lajang atau sudah menikah, memang apa bedanya? Kapan kamu menganggap hubungan dan status ku sebagai seorang istri?"
"Kamu–
" Bukannya kamu pernah bilang kalau kamu tidak peduli sedikitpun tentang apa saja yang ingin ku lakukan, kenapa sekarang berubah pikiran? Apa kamu mabuk? "
Damian semakin menajamkan tatapannya pada Helena, yang terlihat tidak gentar akan tatapan menusuknya. Wajah ketakutan dan pucat pasih itu seakan hilang begitu saja, "Sekarang berbeda! "
"Apanya yang berbeda?! " jawab Helena cepat dengan suara sedikit dikeraskan, Bi Ayu yang berada di kamar sampai mendengar keributan keduanya. Wanita baya itu harap-harap cemas, dia tau bagaimana mengerikannya Damian kalau sudah marah.
"Apa sekarang, kamu mulai suka padaku? "
Damian berdecih, menganggap ucapan Helena barusan hanya sebuah bualan saja.
"Kamu sedang bermimpi? " tungkas Damian, menatap remeh pada Helena. "Ahh, apa tingkah sok cuek kamu beberapa hari ini hanya sebuah sandiwara saja? Menginginkan agar aku mulai melirik kamu, karena trik murahan yang sedang kamu mainkan ini? "
"Sikap cuek dan tidak peduli selama ini, hanya siasat kamu saja, untuk menarik perhatian aku? "
"Jangan terlalu bermimpi, Helena! Kamu bukan wanita yang pantas untuk mendapatkan perasaan cinta dari aku. "
Helena menatap kaku Damian dengan mata memerah, siap meluruhkan air mata yang mengembun. Ucapan Damian, terdengar seperti meledeknya sebagai wanita menjijikkan yang tidak pantas mendapatkan cinta dari laki-laki yang statusnya suaminya sendiri.
Apa tidak seberharga itu dirinya, di mata Damian?
Helena menyeka air mata yang terjatuh membasahi pipinya. Tanpa membalas atau mengatakan apapun, dia berlalu pergi dari hadapan Damian menuju kamarnya dengan langkah yang begitu cepat.
Melihat kepergian Helena, Damian menghembuskan nafas gusar. Mengacak-acak rambutnya dengan perasaan gundah tak menentu.
"Si*lan! "
Damian sudah biasa mengeluarkan kata-kata pedasnya pada Helena, hingga membuat wanita itu sakit hati dan bahkan menangis seperti tadi. Tapi, malam ini rasanya seperti ada yang berbeda. Melihat setitik air mata Helena yang jatuh membasahi pipi wanita itu, membuat ada perasaan sakit hati yang dideritanya.
Sebenernya, ada apa dengan perasaan dan hati Damian, sekarang?
•
•
•
jangan lupa vote, komen dan bintang lima nya. jangan lupa juga follow akun author. selamat membaca, semuanya🥰🥰🥰
semangat 💪💪💪