Diputuskan begitu saja oleh orang yang sudah menjalin kedekatan dengannya selama hampir tujuh tahun, membuat Winda mengambil sebuah keputusan tanpa berpikir panjang.
Dia meminta dinikahi oleh orang asing yang baru saja ditemui di atas sebuah perjanjian.
Akankah pernikahannya dengan lelaki itu terus berlanjut dan Winda dapat menemukan kebahagiaannya?
Ataukah, pernikahan tersebut akan selesai begitu saja, seiring berakhirnya perjanjian yang telah mereka berdua sepakati?
Ikuti kisahnya hanya di lapak kesayangan Anda ini.
Jangan lupa kasih dukungan untuk author, ya. Makasih 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Siap
Bisma terbangun karena merasakan tubuhnya menggigil. Lelaki itu lalu bangkit dan mengedarkan pandangan, mencari-cari sesuatu yang bisa dia jadikan selimut. Tatapannya pun tertuju ke arah ranjang, di mana dia melihat selimut tebal yang terlihat begitu menggoda.
Dengan langkah mantap, Bisma menuju ranjang. Namun, ketika tangannya telah terulur untuk mengambil selimut tersebut, segera dia urungkan ketika menyadari jika selimut lembut itu membungkus tubuh Winda.
"Pakai apa, ya?" gumamnya sambil mengedarkan pandangannya kembali.
Bisma terlalu gengsi untuk naik ke tempat tidur dan ikut masuk ke dalam selimut yang sama dengan Winda padahal mereka telah sah menjadi pasangan suami-istri. Mungkin saja, Bisma masih memegang teguh isi perjanjian pernikahan yang telah mereka berdua sepakati.
"Sajadah. Not bad," gumamnya lagi sembari menyambar alas untuk sholat tersebut. Bisma lalu kembali ke sofa dan segera menutup tubuhnya dengan sajadah.
Akan tetapi, itu tak berlangsung lama. Bisma yang telah meringkuk dengan berselimutkan sajadah, tetap merasa kedinginan. Tentu saja Bisma masih kedinginan karena sajadah tersebut tak cukup panjang untuk menutup seluruh tubuhnya yang tinggi.
Dia pun kembali beranjak. Dan dengan membuang gengsinya, Bisma ikut naik ke tempat tidur. Lalu, ikut masuk ke dalam selimut yang sama dengan Winda. Namun, Bisma tidur dengan mengambil jarak dan memunggungi istrinya.
Sementara Winda yang pura-pura tidur, membiarkannya saja. Winda hanya berhitung dalam hati, seberapa lama Bisma akan bertahan dengan posisi berjauhan dengannya karena itu artinya, Bisma tidur di tepi ranjang yang akan rentan terjatuh. Sebab, Winda sengaja tidur di tengah-tengah ranjang agar tak ada tempat yang cukup luas untuk Bisma.
Benar saja, tak lebih dari lima menit, Bisma bergeser dengan sangat pelan seperti takut jika pergerakannya akan membangunkan Winda. Kini, jarak mereka tak lebih dari sejengkal. Dalam hati, Winda pun tersenyum.
Winda yang jahil dengan sengaja menggeliat. Lalu, dia peluk Bisma layaknya guling hingga membuat laki-laki yang tadinya terpejam itu, seketika membuka matanya. Bisma pun menatap Winda yang pura-pura tidur dan laki-laki itu berdecak pelan kemudian.
"Dia pikir gue guling," gerutu Bisma dengan suara yang tidak keluar dan hanya terlihat dari gerakan bibirnya saja.
Bisma kemudian mencoba menyingkirkan tangan dan kaki Winda yang membelit tubuhnya, tapi dia mengalami kesulitan. Khawatir akan membuat Winda terbangun, Bisma akhirnya membiarkan saja. Dan karena suhu di ruangan itu terasa semakin dingin, Bisma pun kemudian menikmati apa yang dilakukan Winda.
Bisma sama sekali tak kepikiran dengan penyejuk ruangan yang ada di kamar tersebut. Bisma mengira jika dia menggigil karena saat ini dia berada di daerah yang memang terkenal dengan udara dinginnya. Andai dia menyadari jika dinginnya suhu di kamar karena ulah Winda, Bisma belum tentu mau tidur di ranjang yang sama dengan wanita yang baru dinikahinya.
Tengah malam ketika tiba-tiba terbangun, Bisma sangat terkejut karena saat ini dia dan Winda tengah saling memeluk. Winda menyembunyikan wajah di dada bidangnya sedangkan Bisma memeluk erat tubuh ramping Winda.
Sejenak, Bisma tertegun. Dia merasakan ada yang berdesir di dadanya. Namun, Bisma buru-buru menepis rasa itu kemudian beringsut dengan perlahan.
"Bisa-bisanya aku tidur memeluknya," rutuk Bisma dalam hati.
Sementara Winda yang ikut terbangun setelah benar-benar ketiduran karena merasa nyaman setelah memeluk tubuh hangat Bisma, terlihat kebingungan. Dia merasa ada yang kurang. Tentu saja Winda merasa ada yang kurang karena dia terpaksa harus kehilangan kehangatan yang tak sengaja diberikan Bisma.
"Mas. Kok, bangun? Jam berapa memang?" tanya Winda sambil mengucek matanya karena rasa kantuk masih menguasai.
"Satu," balas Bisma singkat, padat, dan jelas.
"Bobok lagi, yuk," ajak Winda sembari menepuk ruang kosong di sebelahnya.
"Kenapa? Kita, kan, sudah menikah?" tanya Winda lagi ketika Bisma tak merespons ajakannya.
Bisma membuang kasar napasnya. "Kamu tentu masih ingat, kan, jika pernikahan kita ini —"
"Aku ingat, Mas. Kita, kan, hanya mau tidur. Bukan mau ngapa-ngapain, 'kan?"
Bisma kembali menghela napas panjang. Apa yang dia pikirkan saat ini, tak sesederhana dengan apa yang dipikirkan Winda.
"Hanya tidur bersama katanya? Bodoh apa benar-benar polos, sih, dia?" batin Bisma.
"Atau, Mas Bisma mau ngapa-ngapain?" kejar Winda karena Bisma tak juga bergerak dari tempatnya duduk di tepi ranjang.
"Kalau aku mau ngapa-ngapain, kenapa? Kamu takut, hem?" Bisma kini menatap Winda dengan tatapan berbeda.
Mendapati tatapan seperti itu dari Bisma, Winda malah gelagapan sendiri. "Em ... eng-nggak, sih, Mas," jawabnya gugup.
"Kalau kamu nggak takut, kenapa harus gugup?" kejar Bisma dengan tersenyum miring.
"Siapa yang takut? Ayo, sini!" tantang Winda dengan dada berdebar.
Sejujurnya, Winda masih belum siap jika harus berdekatan dengan Bisma apalagi untuk melakukan hubungan selayaknya pasangan suami-istri. Baginya, Bisma masih tetap laki-laki asing meski mereka berdua telah menikah.
Bayangkan, baru hitungan jam, loh, mereka bertemu. Bisa dipastikan jika di hati Winda belum ada nama Bisma apalagi dia baru saja patah hati. Apa yang Winda rasakan pada Bisma, baru sebatas kekaguman semata.
"Sure?" tanya Bisma dengan senyuman meremehkan.
"Iya," tegas Winda.
Tanpa Winda duga, Bisma bergerak dengan cepat kemudian masuk ke dalam selimut yang sama dengannya. Tangan laki-laki itu pun menarik tubuh Winda dengan pelan, lalu menenggelamkan ke dalam dekapannya seperti tadi. Posisi yang membuat Winda merasa nyaman sekaligus berdebar.
Tadinya, Winda pikir Bisma yang dingin dan minim ekspresi itu tak 'kan menerima tantangannya. Namun, Winda ternyata salah. Kini Winda harus terjebak dengan tantangan yang dia buat sendiri.
Cukup lama Bisma memeluk Winda. Tanpa bergerak dan tanpa mengatakan apa pun. Winda yang awalnya merasa nyaman, lama-lama gerah sendiri karena debaran di dadanya semakin tak mau diajak berkompromi.
"Mas," panggil Winda sambil mendongak.
"Hem," balas Bisma tanpa membuka matanya.
Hening. Winda yang sedang mengkondisikan debaran di dada tak mengatakan apa pun lagi setelahnya hingga membuat Bisma bertanya-tanya dalam hati.
Akan tetapi, Bisma tetap memejamkan mata dan tak ingin melepaskan pelukannya bahkan semakin erat mendekap tubuh Winda. Bisma ingin tahu, sejauh mana Winda mampu bertahan dengan posisi seperti itu.
"Mas. Bisa renggangkan dikit pelukannya?" pinta Winda yang merasa semakin tak nyaman karena kepanasan didekap sedemikian rupa oleh Bisma. Winda pun bergerak, berusaha melepaskan diri.
"Jangan gerak-gerak kalau kamu tak ingin terjadi sesuatu di antara kita!" Peringat Bisma, membuat Winda membeku seketika.
Di satu sisi, Winda ingin menuruti keinginan sang ibu yang menginginkan cucu hingga dia berbuat jahil dengan mendinginkan suhu udara di kamarnya. Namun, di sisi yang lain Winda belum siap jika harus melayani Bisma meski dia bertekad akan menjadi istri seutuhnya untuk laki-laki yang mendekapnya itu.
Beberapa saat kemudian, Bisma merenggangkan pelukannya. Dia tatap wajah Winda dengan tatapan dalam. Lalu, Bisma mendekatkan wajahnya hingga membuat Winda reflek memundurkan kepala.
"Mas mau ngapain?" tanya Winda yang terlihat sangat gugup.
Bukannya menjawab, Bisma malah semakin mendekat dengan tatapan lekat tepat ke dalam manik mata Winda. Tatapan Bisma mengunci hingga membuat Winda semakin gelagapan.
"Mas, aku ... aku belum siap."
bersambung ...
***
Memang mau diapain, Win, kok, belum siap? 😁
Yuk, sambil nunggu apa yang akan dilakukan Bisma pada istrinya yang jahil tapi ternyata takut jika diseriusin itu, tengok dan baca dulu cerita dari temanku.
Judul; Transmigrasi ke Dalam Novel CEO
Karya. Mama Kasandra
Semangat terus Kak.... qt selalu nungguin Bisma-Winda Up lg...❤🌹