NovelToon NovelToon
Pawang Hati, Arjuna Hukum

Pawang Hati, Arjuna Hukum

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life / Chicklit
Popularitas:49.4k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Fakultas peternakan x Fakultas Hukum

Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.

Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.

"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.

"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"

Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.

Evan mengangguk pasti.

"Hidupin joni lagi bisa?"

"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Pagi hari yang tenang di apartemen Evan masih seperti kemarin, Calista masih duduk di sofa ruang tamu menikmati acara pagi di televisi dan Jono yang melingkar di samping Calista setelah makan pagi. Fokus Calista terpecah saat mendengar pintu terbuka, Calista menoleh pandangannya bertemu dengan Bobby dan Rian yang masuk dengan saling mendorong. Calista wajahnya pucat tapi senyum kecil tetap menghiasi bibirnya. Bobby dan Rian membalas senyum Calista dengan senyum canggung, mereka berjalan masuk dengan gaya santai, membawa semangat membara pagi ala tukang minta makan gratis.

"Halo Cal, udah bangun aja pagi-pagi. Lu mau kuliah atau masih dikurung Evan?" tanya Boby dengan langkah yag semakin dekat ke sofa.

"Mungkin besok baru masuk, masih agak lemes," sahut Calista.

"Iya, mending lu istirahat dulu, nggak baik juga kalau dipaksain." Rian duduk manis di sofa yang ada di sisi kanan Calista.

Dua pria itu duduk berdempetan, dengan tatapan awas melihat ke sekitar dan perhatian mereka terhenti pada pintu kamar Evan yang masih tertutup rapat.

"Evan mana Cal, kok nggak kelihatan?" tanya Bobby.

"Katanya tadi mau mandi, kalian ke sini mau nyusulin Evan kah? Tapi kata Evan kelasnya mulai siang, pagi ini nggak ada kelas," cerca Calista dengan tatapan penuh selidik pada dua sahabat pacarnya itu.

Rian menyengir mendengar cercaan Calista. Keduanya juga memperlihatkan wajah lega dengan jawaban yang Calista lontarkan.

"Ya kita mau main aja sih, mau jenguk lu aja. Dari kemarin sebenernya kita mau dateng tapi nggak dibolehin sama pacar lu itu, padahal kita tuh tiap hari main ke sini. Heran gue," jawab Rian dengan nada sebal.

Sudah sejak kemarin dia dan Bobby menahan diri untuk tidak datang ke basecamp yang notabenya adalah apartemen Evan. Malah Evan yang menginap di unit mereka.

"Lu gimana Cal, udah mendingankan?"

"Udah kok Bob, tinggal lemesnya aja dikit, besok juga udah bisa jogging sama Lusy," jawab Calista dengan senyum tipis di bibirnya yang masih tampak pucat.

"Lusy siapa Cal, temen lu? cantik nggak? kenalin gue dong. Bosen banget jomblo gini gue," Celetuk Rian antusias.

"Cantiklah, cantik banget malah. Apalagi dia lagi hamil tambah cantik, tambah gemesin."

"Astaga, Hamil Cal?" Calista mengangguk tipis mendengarkan teriak terkejut Rian.

"Biasa aja kali yan, nggak usah teriak." Bobby menutup telinganya yaang hampir copot karena teriakan Rian.

"Hehehe.. sorry. tapi beneran Cal, temen Lu beneran hamil ? Bapaknya gimana? Terus yang ngehamilin .. eh maksud gua udah kawin?" tanya rian serius dengan mode julid.

"Yang ngehamilin aku, jadi aku yang tanggung jawab Yan." Mata Rian dan Bobby melotot sempurna, jika saja bukan buatan Tuhan mungkin mata mereka sudah mengelinding keluar dari cangkangnya.

"Cal, berarti elu cewek .....," tukas Rian sembari menatap mulutnya yang terbuka lebar tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Sedangkan Bobby, laki-laki itu menggeleng pelan dengan lesu. Dia merasa kasihan pada Evan, sudahlah nggak pernah pacaran sekali pacaran pun sama cewek berbatang, miris sekali.

"Kalian kenapa sih? Yang hamilin juga bukan aku doang, Jaka sama Erza juga, pak samuel yang bimbing kami. Jadi aman, bukan aku doang. Jadi amanlah meski aku cewek sendiri," tukas Calista sedikit kesal karena Bobby dan Rian terkesan meremehkan dirinya.

"Astaga, keroyokan? pake bimbingan juga? ya Tuhan aku kasian banget sama Lusy, dia pasti trauma. Kalian tega banget ngelakuin hal itu pada gadis cantik kayak Lusy, bener-bener ......" Rian menggigit bibir dramatis.

Calista mengerutkan kening, menatap Rian sembari berpikir sejenak daan akhinya bibir pucat Calista be O ria.

"Lusy itu sapi Rian! Sapi!"pekik Calista yang akhirnya mengerti kalau dia dan dua pria tampan ini tidak bicara dalam satu jalur.

"O Sapi!" seru Bobby dan Rian bersamaan.

Kruuuukkk ....!!

Suara menggelegar terdengar, Bobby menyengir sembari memegangi perutnya menahan malu.

"Cacing gue konser, minta jatah," celetuk Bobby.

"Konser apaan? Itu sih tsunami, Bobby!" sahut Rian sambil terkekeh.

"Cal, Lu ngga ada niat masak buat sarapan gitu. Gue mau nebeng sarapan, heheee ...!"

"Gue juga mau Cal, sepiring nasi goreng juga nggak apa-apa. Gue ikhlas menerima dengan sepenuh hati," Rian menimpali ucapan Bobby dengan raut wajah memelas.

Calista menghela nafas sangat panjang, dia yang tadinya malas bergerak akhirnya bangkit juga karena lemah menghadapi rengekan mereka, ternyata ini motif terselubung mereka datang sepagi ini. Dengan sedikit tertatih, dia menuju dapur. Bobby dan Rian pun mengekor di belakang Calista.

"Beneran bikin nasi goreng Cal?" tanya Rian.

"Iya Rian, tadinya emang mau bikin nasi goreng buat sarapan. Tapi nunggu Evan kelar mandi dulu, baru aku masak. Biar enak anget-anget makannya," tutur Calista sembari menuangkan sedikit minya ke pengorengan, dia juga sudah menyiapkan bumbu dan nasi yang jadi pemeran utama.

"Tapi tambahin sosis juga ya!" Rian mulai memberikan daftar pesanan, sementara Bobby sibuk menyodorkan bahan makanan dari kulkas.

Tak lama, aroma harum nasi goreng menguar ke seluruh ruangan. Bobby dan Rian sudah menyiapkan piring di tangan mereka, dan mengantri di samping Calista. Setelah mendapatkan jatah nasi, mereka pun membawanya ke meja makan. Keduanya menikmati nasi goreng super enak itu sambil terus bercanda, kadang saling dorong di meja makan.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Evan yang baru selesai mandi. Rambutnya masih basah, handuk melilit di leher. Matanya langsung menangkap pemandangan Bobby dan Rian yang sedang makan dengan riang sambil mengobrol akrab dengan Calista.

“Wah, ini beneran nasi goreng bintang lima. Gue jadi enak, heheee!” Bobby memuji sambil menyendok nasi ke mulut.

"Eh, tinggal sini aja, Bob. Lumayan, kan, tiap hari ada sarapan enak," Rian menimpali dengan canda.

"Gue mau aja, tapi takut pawangnya ngamuk!" Sahut Bobby yang disambut tawa oleh Rian.

"Kalian kan tinggal deket sini, kalau mau ke sini aja ntar aku masakin," ucap Calista.

'Woah, makasih Cal, makasih. Lu emang cewek baik, suka menabung dan tidak sombong, gue janji nggak bakalan pilih-pilih makanan, apapun gue lahap asal gratis,"Ujar Bobby sambil menyalami tangan Calista.

"Masakin batu aja si Bobby, Cal."

"Bangke, lu pikir gue mau debus!" sahut Boby tidak terima.

Gelak tawa pun terdengar riuh di meja makan.

Evan berdiri mematung di ambang pintu, bibirnya berdecak kesal, mata pria itu menyipit, memandang tajam ke arah dua sahabatnya. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya—rasa tidak suka yang tak mau dia akui. Ia pun berjalan pelan menghampiri mereka, tenang tapi siap menerkam seperti singa yang sedang mengintai mangsanya.

“Ngapain kalian pagi-pagi di sini?” Evan bertanya dengan nada datar tapi penuh tekanan.

Bobby dan Rian menoleh seketika, menghentikan gerakan mengunyah di mulut mereka. Memaksakan segaris lurus bibirnya.

“Kita? Kita mau jenguk Calista lah, bro. Tapi sekalian numpang sarapan juga, hehehe!” Bobby menjawab tanpa dosa, sambil menghabiskan nasi di piringnya.

Evan berjalan mendekat. Tatapannya singkat ke arah Calista yang tampak kelelahan, lalu kembali menatap dua sahabatnya dengan tajam.

“Kalau cuma mau sarapan, beli aja di luar. Jangan bikin repot orang sakit.”

Nada suara Evan mulai meninggi. Bobby dan Rian saling pandang, bingung sekaligus geli melihat Evan yang posesif.

“Eh, santai dong, Van. Calista juga senang masak buat kita, kan, iya kan Cal? ” Rian mencoba mencairkan suasana.

Calista hanya tersenyum kecil, tak tahu harus menjawab apa.

“Dia lagi sakit. kalian tuh punya tempat tinggal sendiri, buat apa kalian punya apartemen kalau ujung-ujungnya ngungsi di sini, terus apa maksud lu tadi pegang-pegang tangan Caca?!” suara Evan makin ketus, membuat Bobby dan Rian menahan tawa.

“Wah, wah, cemburu ya? Tenang, Van, gue nggak akan merebut Calista kok, gue cuma berterima kasih pada kakak ipar sudah memberi makan adiknya yang sebatang kara ini, lagian lu juga sama kan semalem ngungsi tidur di tempat gue, jadi kita impas,” Bobby mulai menggoda.

Evan mendengus kesal, memilih masuk ke kamarnya tanpa menjawab. Tapi sebelum pintu kamar tertutup, dia menoleh dan berkata, “Kalian berdua, kalau udah selesai makan, pulang.”

Bobby dan Rian pun saling berpandangan, sepertinya kakak tertua ngambek beneran. Akhirnya setelah selesai saraan keduanya pun berpamitan pergi. Tapi tentu besok mereka akan numpang sarapan lagi, atau makan siang dan makan malam mungkin.

Evan keluar dari kamar dengan rambut yang sudah kering tapi masih dengan wajah masam. Dia duduk di sofa ruang tamu. Ia melirik sekilas pada Calista yang sedang merapikan meja.

“Lu nggak perlu masakin mereka lagi, ya,” ujarnya tiba-tiba tanpa menoleh pada Calista, Evan pura-pura fokus memindah acara televisi dengan remot.

“Kenapa? Kan mereka sahabat kamu, lagian aku juga sekalian masak buat kita.”

“Gue nggak suka.” Suara Evan datar, tapi matanya serius.

“Tapi ....”

"Nggak ada tapi, pokoknya jangan masak buat mereka tanpa sepengetahuan gue!"potong Evan tegas.

Calista tersenyum kecil, lalu berjalan menghampiri Evan dengan membawa sepiring nasi goreng. Calista pun duduk di samping Evan lalu menyodorkan nasi goreng buatannya.

"Iya iya, jangan ngambek terus ih ,jelek. Mending makan dulu." Evan menoleh menatap Calista yang juga menatapnya dengan senyum manis.

"Lu udah makan?" Calista menggeleng.

"Nasinya nggak cukup, kan aku tadi masak cuma buat kita terus aku lebihin dikit. Aku nggak tau kalau Bobby sama Rian makannya banyak, jadi nasinya kesisa ini aja," tutur Calista menjelaskan.

"Lu aja yang makan, gue gampang," tukas Evan lalu kembali mengarahkan matanya ke layar televisi.

"Yah padahal aku pengen Epan makan masakan aku," tukas Calista kecewa, Evan hanya diam tidak menjawab, lebih baik Calista yang makan. Evan tidak ingin Calista telat makan dan sakit lagi.

Eva terkejut saar sesendok nasi goreng tiba-tiba muncul di depannya, ia pun segera menoleh ke arah Calista.

"Kita makan bareng ya, nggak enak makan sendiri," pinta Calista dengan senyum manis, siapa yang bisa menolak saat seorang Calista sudah mengeluarkan jurus manisnya itu.

Evaan tak menjawab, tapi ia membuka mulut mempersiapkan Calista untuk menyuapinya. Heningnya pagi, di temani gumaman acara televisi dan sepiring nasi goreng yang menghangatkan hati keduanya, kehangatan dalam kebersamaan semu yang sudah ditentukan akhir ceritanya.

1
mom's Vie'
ibu kos mu dah gk menerima kamu, Ca.... dah... nurut aja dulu ma Epan... jan bandel ye....
D'kurnia Sharma
jodoh yg ayahnya Evan cari ternyata Calista karena ibunya Calista udah berjasa dalam menyelamatkan nyawa ibunya Evan yg sudah mendonorkan jantungnya
Jasmine
Wahhhh keluarga bahagia 😍😍
gak nyangka kalian udh pada punya buntut wkwk kalo ngumpul makin rame makin kocakk pastinya
Happy ending yg no kaleng kaleng ini mah . terimakasih sudah menyuguhkan cerita yang super berkesan ini, love you author 😘😘
Jasmine
Wow terharuu perkenalan yg singkat yg penuh makna dan perjalanan yg sangat tidak mudah terutama buat Caca. Sukses semangat selalu kalian 🥰🥰
Fabya07
yang sabar Ca,, suatu saat kamu pasti bisa bahagia tanpa bantuan bibimu
Fabya07
duhh kasian Elisabeth sampai harus kehilangan anak pertama nya
Risty Hamzah
Aduuuuhhh bumil ngidam nya aneh banget sih
Risty Hamzah
Pengen juga dong di cintai secara ugal-ugalan 😁
mom's Vie'
si bibi memang gk punya hati... inget lo, bi.... kamu juga punya anak perempuan.... apa yg kamu ucapkan ke Calista.... bisa² justru terjadi ke anakmu...
mom's Vie'
kalah juga akhirnya badanmu, Ca....
lelah semua..... tp kamu gk mau membebani orang2 yg kamu sayangi
Risty Hamzah
Ahhh sweeet nya ibu negara dan bapak negara bikin iri aja
mom's Vie'
cari tau lagi tentang Calista dong, Evan.... masa udah gk penasaran lagi....
Risty Hamzah
Ahhhh senengnya akhirnya kalian berdua sah resmi jadi suami istri
mom's Vie'
cieee.... Epan salting.... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Risty Hamzah
Akhirnya ya van lu ngerasa plong beban yang lo pikul sirna
Risty Hamzah
Mulia sekali keluarga nya Caca, ibunya rela mendonorkan organ tubuh nya dan bapaknya rela membantu Adiknya membangun rumah makan
mom's Vie'
astagaaaa.... gk punya hati bibi dan sepupunya..... Kasiaan kan, Calista... mana dia gk pernah ngeluh pula.....
sabar ya, Ca....
Risty Hamzah
Sungguh alur yang sangat mengejutkan
Risty Hamzah
Gk kebayang jadi Calista ngadepin bapaknya si Evan yg super tegas pasti dag dig dug tuh
mom's Vie'
berulah lagi.... berulah lagi...
di suruh menjaga, mendengarkan kalo ada suara².... malah telinga di sumpelin... gimana mau denger....
sukuriiiin.... skrg gk ada yg membela kamu, Gab... nikmati sanksi mu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!