Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Talak
Kali ini hampir tengah malam Martin baru sampai di rumah.
Sebelumnya dia sudah mengabarkan Tya dan juga orang tuanya, dengan alasan pergi merayakan target yang tercapai di perusahaan bersama teman kantornya.
Di kamar.
"Kamu gak minum alkohol kan sayang?" Selidik Tya, karena setaunya jika perayaan di kantor pasti ada acara minum-minuman keras.
"Enggak! bawel ... orang cape malah di tanya kayak gitu."
"Ya maaf sayang, aku cuman gak mau kamu minum kayak gitu."
Martin langsung berganti pakaian di kamar mandi tanpa mandi terlebih dahulu, dia sudah membersihkan diri di apartemen Listy.
"Sayang kok gak mandi? Biasanya kamu gak betah kalau pulang kerja gak mandi? Kamu lagi sakit ya?"
"Apaan sih bawel banget!" Sentak Martin.
Suara Martin cukup keras sehingga membangunkan Kevin yang sedang tertidur.
"Tuh, susuin cepet! Berisik tau gak!"
"I-iya sayang."
Martin langsung merebahkan diri di kasur dan langsung tidur pulas karena kelelahan setelah bermain panjang dengan Listy.
20 menit Tya sudah kembali menidurkan Kevin, lalu dia melihat suaminya tidur dengan ponsel yang masih di genggamannya.
"Yaampun, ini ponselnya." Tya berinisiatif untuk memindahkan ponsel suaminya ke atas nakas.
Ponsel Martin lalu berbunyi saat masih di genggaman Tya.
"Hah? Mine? Siapa ini?" Ucap Tya dengan suara bergetar.
Tya memberanikan diri untuk membuka kolom chat tersebut l, terlihat beberapa menit yang lalu suaminya dan kontak yang bernama (mine) itu sedang berbalas-balasan mengirim chat.
(Tanggung jawab ya Mas, aku jadi ketagihan gini.)
(Siap, besok Mas kasih lagi yang lebih nikmat.)
(Rasanya pengen sama kamu terus, kamu udah sampai rumah?)
(Mas udah selesai ganti baju dek, Mas lemes ... Ngantuk.)
Bibir Tya bergetar, air matanya langsung lolos terjatuh saat melihat isi chat itu.
"Tega kamu."
Tya menangis sejadi-jadinya, hingga Kevin pun ikut menangis karena terjaga kembali dari tidurnya.
Martin pun langsung bangun dari tidur kala mendengar suara dari tangisan Tya dan juga Kevin.
"Hey! Berisik! Kamu kenapa sih? Kesurupan?" Kata Martin dengan emosi karena waktu tidurnya terganggu.
Dengan keberanian penuh, Tya melempar ponsel tersebut tepat ke wajah Martin.
"Siapa itu yang kamu kasih nama mine? Abis ngapain kalian tadi hah? Mesum? Iya?" Kata Tya sambil menangis.
Martin segera mengecek ponselnya dengan layar yang menampilkan chat antara dirinya dan juga Listy.
Ya sudahlah, sudah ketauan semuanya ... Ini akan mempermudah aku untuk bebas bertemu Listy kapanpun.
"Ya ... Pacarku, kita habis berhubungan, kenapa? Ada masalah?" Ucap Martin dengan nada menantang.
"Tega kamu! Jahat kamu!!!!!!! Laki-laki biadab kamu!"
"Ini semua karena kamu! Jika kamu tidak membangkang, mungkin kita masih saling mencintai."
"Gila kamu! Aku minta cerai!"
"Ya ... Aku talak kamu Tya, lagipula kamu udah ga ada gunanya lagi jadi istri, ngeliat penampilan kamu aja aku udah enek!"
Tya memasukan semua pakaian dan perlengkapan Kevin ke dalam koper, dan Martin tidak melakukan pencegahan apapun, dia berdiri dengan angkuhnya dengan kedua tangannya yang di lipat.
Dengan cepat dia menggendong Kevin, dan membawanya keluar kamar.
Martin ikut mengekori Tya sambil berteriak di tengah rumah, "Ibu, Ayah, Komala ... Lihat ini, si pengganggu sudah mau keluar dari rumah." Ucap Martin sambil tertawa.
Tya hanya bisa menangis sambil berjalan perlahan ke arah pintu.
Dengan tergesa beberapa penghuni rumah keluar dari kamarnya masing-masing.
"Tya! Mau kemana kamu tengah malam begini?" Tanya yunita dengan panik karena melihat kejadian itu.
"Biarlah Bu, dia yang mau." Ucap Martin dengan santai.
Komala dan Erlangga hanya bisa terdiam.
"Martin sudah selingkuh dari Tya Bu, Tya mau pulang ke rumah ibu, Martin juga sudah menalak Tya."
Yunita langsung melihat ke arah Martin, seperti tidak percaya dengan apa yang sudah Tya katakan perihal anaknya.
"Benar itu?"
"Ya benar, aku selingkuh ... Karena aku adalah pria normal Bu, aku mempunyai hasrat sedangkan Tya tidak bisa memberikan itu, apa aku salah? Aku menalak Tya ketika dia sendiri yang meminta cerai lebih dulu."
Yunita memijat kepalanya, malam ini terasa berdenyut karena melakukan anak dan juga menantunya itu.
"Terserahlah Tya, Ibu juga udah pusing sama hubungan Kalina yang makin hari makin gak enak di liat, jangan bilang pihak kita yang mengusir kamu, tapi ini adalah keinginan kamu sendiri."
Air mata terus mengalir deras di wajah Tya, sedangkan Kevin yang sedang di dalam gendongan menatap lekat wajah ibunya, anak itu berhenti menangis.
"Tya pamit." Ucap Tya lalu pergi keluar dari rumah.
.
.
Untung saja wilayah perumahan Martin masih banyak Taxi yang beroperasi di malam hari, jadi tidak sulit untuk Tya mencari alat transportasi untuknya.
Pukul 02.00
"Bu ... buka Bu." Tya menggedor pintu rumah ibu kandungnya.
Cukup lama Tya menunggu, Hinga akhirnya pintu di buka.
"Yaaampun! Tya ... Ini kenapa?" Ucap Rini panik, wanita paruh baya itu langsung mengambil alih Kevin yang sedang tertidur dalam gendongan Tya.
"Cucu nenek, kalian kenapaaa?" Rini mulai berbicara sambil menangis.
"Tya pergi dari rumah Bu, Martin selingkuh! Dia sudah berhubungan badan dengan wanita lain."
Seketika Rini lemas, lalu mendudukan dirinya di sofa sambil posisi masih menggendong Kevin.
"Maafin Tya Bu, Tya gagal mempertahankan pernikahan ini." Kata Tya dengan suara terisak.
"Istirahat dulu, cerita besok saja ... Kasian anakmu." Ucap Rini yang sudah mulai ikhlas dengan apa yang sudah terjadi pada anaknya.
***
Keesokan harinya, Rini sudah berada di dalam kamar Tya, wanita itu sedang mengganti popok Kevin yang sudah basah. Sedangkan Tya masih tertidur pulas di samping Kevin.
"Cucu nenek udah nyaman ya di ganti popoknya, sekarang kamu bobo lagi." Rini mulai menidurkan Kevin sebisanya tanpa membangunkan Tya.
Setelah Kevin pulas tertidur, barulah Tya bangun ... Membuka matanya yang terasa berat karena sembab.
"Kevin baru tidur, tadi popoknya basah, udah ibu ganti."
"Makasih bu." Kata Tya dengan suara seraknya.
"Ibu sudah buatkan sarapan, ayo kita bicara di depan." Ucap Rini dengan suara pelannya, khawatir Kevin terbangun.
.
.
"Begitu ceritanya Bu, Tya sakit hati dengan semua perlakuan Martin. Dengan dia tidak menerima Kevin, Tya masih bisa bertahan ... dengan harapan perlahan sikapnya akan berubah, tapi untuk alasan yang satu ini, Tya tidak sanggup Langi bertahan."
Rini mulai menyeka air matanya dengan tissue, sedangkan Tya sudah bisa berbicara tanpa menangis, karena mungkin air matanya sudah terkuras habis malam itu.
"Sabar ya nak, semua ini pasti ada hikmahnya, kita besarkan Kevin bersama-sama." Ucap Rini lirih.
"Ibu jangan nangis, Tya jadi main ngerasa salah."
"Iya sayang, ibu ga nangis lagi." Ucap Rini berusaha tersenyum, padahal hatinya seperti tersayat mendengar anaknya di perlakukan seperti itu sudah sejak lama.
***
Di kantor.
"Serius kamu udah cerai?" Ucap Listy sambil berbisik, wanita itu sudah tidak sabar ingin bertanya langsung soal ini pada Martin dan tidak mau menunggu sampai jam makan siang tiba, mereka bertemu di area gudang yang sepi pagi itu.
puasssss banget tuhhhh si Martin 😡😡😡
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗