Spin off The Soldier and The CEO
Sabrina Lee selalu merasa dirinya bukan anak kandung sang ibu karena perlakuannya yang terlalu over protektif apalagi dia tinggal di sebuah dusun yang terpencil. Lulus SMA dan ibunya meninggal, Sabrina nekad ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang layak sambil kuliah online. Sabrina diterima di Ramadhan Securitas sebagai bodyguard. Kemampuan Sabrina bela diri itulah yang diterima kerja di sebuah perusahaan perlindungan klien VIP. Lima tahun pekerjaan itu dilakoni Sabrina hingga dia ditugaskan mengawal CEO muda bernama Ardiona Waranggana yang menyebalkan. Ardiona atau biasa dipanggil Ardi, awalnya tidak suka dikawal perempuan tapi Sabrina wanita tangguh hingga Ardi mengakui gadis cantik itu keren. Disaat Ardi diwajibkan menikah, dia membawa Sabrina sebagai calon istrinya. Mereka menikah dengan perjanjian selama setahun tanpa Ardi tahu jika Sabrina adalah pewaris yang hilang dari keluarga Pratomo.
gen ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman dari Arizona
Daisy menatap judes ke suaminya yang bilang kalau Sabrina tidak mirip dengan Tante Brinda dan putranya Sena.
"Mirip ah mas!" eyel Daisy.
"Nggak jeng Daisy sayang. Kamu itu cuma anggap mirip tapi menurut aku nggak," balas Dokter Lucky.
"Kamu tidak memerhatikan saja!"
"Lha aku kan ikutin aturan, three second rule. Menatap lawan jenis itu tidak boleh lebih dari tiga detik.. Lawan jenis dalam arti bukan pasien, bukan saudara atau bukan keluarga. Jadi, ngapain aku perhatiin asprinya Ardiona?" jawab Dokter Lucky. "Sayang, aku tahu kamu merasa sepupu kamu masih hidup, Tante Brinda dan Oom Joon juga. Tapi ini sudah hampir 24 tahun dia menghilang dan tidak tahu nasibnya bagaimana."
Daisy cemberut karena kesal merasa suaminya tidak percaya. Nama sama, Sabrina tapi masa sih?
Dokter Lucky mencium kening Daisy. "Sudah ya sayang, jangan terlalu dipikirkan."
Daisy hanya mengangguk tapi tetap ada yang mengganjal di benaknya.
***
Ardiona mengajak Sabrina sarapan di warung soto Betawi yang berada di Senayan. Keduanya makan tanpa ada pembicaraan karena sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Ardiona dengan persiapan seminar sementara Sabrina memikirkan outfit yang cocok untuk besok.
"Brina, besok gaya santai saja. Toh kamu mengawal aku ke seminar kan?" ucap Ardiona.
"Iya pak."
Ardiona mengangguk. "Tambah?"
"Tidak pak. Sudah cukup." Sabrina menutup sendok dan garpunya diatas piring yang sudah kosong.
"Kita pulang." Ardiona pun berdiri dan berjalan untuk membayar makanan mereka. Sabrina memperhatikan kali ini Ardiona memilih membayar menggunakan QRIS, bukan black card kemarin.
Ya masa bayar soto Betawi doang pakai black card? Terlalu kata bang Rhoma Irama.
"Yuk Brina. Kamu yang nyetir deh!" Ardiona memberikan kunci mobilnya ke Sabrina.
"Baik pak," jawab Sabrina sambil berjalan mengikuti Ardiona.
***
Ardiona baru saja sampai di kamarnya ketika Bratajaya datang menemui dirinya.
"Mood kamu gimana Ar?" tanya Bratajaya tanpa basa basi yang berarti kakek itu akan berbicara serius.
"Mood aku baik, kakek. Kan habis olahraga, perut kenyang, punya partner yang nggak caper... Ada apa Kek?" balas Ardiona yang duduk di pinggir tempat tidur sambil melepaskan sepatu runningnya.
Bratajaya duduk di sebelah Ardiona. "Kakek dapat ini."
Ardiona menerima lembaran kertas yang diberikan Bratajaya dan membacanya. Rahangnya pun mengeras saat membaca tulisan disana.
"Jadi Oom Indrajit dan Tante Sissy akan mengakuisisi W Food karena aku bukan anak papa dan mama? Ya Allah, mama itu kakaknya Oom Indrajit! Astaghfirullah..." Ardiona tidak henti-hentinya beristighfar.
"Makanya kakek marah sekali! Dasar anak durhaka!" geram Bratajaya.
"Tunggu, mereka bilang aku g@y? G@y dari mana!" amuk Ardiona kesal. "Aku itu normal! Hetero!"
Pria itu meremas kertas yang dipegangnya dan membuat menjadi gulungan kusut lalu melemparkannya ke dinding kamarnya.
"Pengacaranya yang di Arizona sudah membuat banyak pasal untuk bisa mengambil W Food."
Ardiona menoleh ke kakeknya. "Bagaimana jika kita melawan Kek? Kita sewa pengacara Blair and Blair?"
Bratajaya menatap cucunya. "Blair and Blair yang mana? Jakarta?"
"Jakarta lah Kakek. Aku kenal dengan pengacaranya. Biar aku konsultasi dulu dengannya."
Bratajaya mengangguk. "Lakukan apa yang harus kita lakukan. Mereka main hukum, kita juga bisa."
"Dasar orang tidak berguna! Manusia-manusia serakah! Apa kakek yakin itu anak kandung kakek? Kenapa sifatnya beda sekali dengan mama?" Ardiona menatap judes ke arah Bratajaya namun pria tua itu hanya terdiam. "Maafkan Ardi, Kakek. Aku terlalu emosi."
"Tidak apa-apa. Kakek juga merasa bingung. Kenapa Indrajit bisa seperti itu sekarang ...."
Ardiona lalu duduk di sebelah Bratajaya dan memeluk kakeknya. "Kita akan bisa menghadapinya, Kek."
Bratajaya menepuk tangan cucunya.
***
Sabrina bersama Lukman dan Haris makan malam bersama dengan Ardiona dan Bratajaya serta bik Mirah. Bratajaya memang suka banyak orang makan di meja secara bersama - sama.
"Jadi tadi kalian jogging di GBK?" tanya Bratajaya ke Ardiona dan Sabrina.
"Iya kek. Habis gabut. Jadinya cari kegiatan yang positif," jawab Ardiona.
"Baguslah daripada kakek dengar kamu ke club."
Sabrina makan dengan tanpa ekspresi seperti biasanya, begitu juga dengan Lukman dan Haris yang sudah dididik untuk tidak ikut campur urusan atau obrolan pribadi klien.
"Ohya Ar, Minggu ini kamu mau ke Bandung? Sama siapa jadinya?" tanya Bratajaya. "Sama Ihsan? Memang anak itu sudah pulang dari Surabaya?" Ihsan adalah asisten Ardiona yang sedang dikirim dinas ke Jawa Timur dan Bali.
"Belum tahu aku Kek, ke Bandung sama siapa," jawab Ardiona sambil melirik ke arah Sabrina yang tampak tidak terpengaruh.
Bratajaya mengangguk namun dia memperhatikan bahwa cucunya sudah bisa menerima bodyguardnya. Apalagi Sabrina bukan tipe gadis yang sok caper ke Ardiona.
***
Keesokan harinya, Ardiona sudah siap untuk berangkat ke kantor dengan pakaian suit hitam-hitam yang memang hitam warna favoritnya. Pria itu pun keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan untuk sarapan namun sesampainya di ruang tengah, dia melihat Sabrina tampak berbeda dan Ardiona tidak menyangka jika asprinya bisa berdandan seperti itu.
"Selamat pagi pa Ardiona," sapa Sabrina sambil tersenyum.
"Pagi... Kamu pakai baju apa itu?" tanya Ardiona bingung.
"Baju kerja pak," jawab Sabrina tenang. "Apa kurang pak?"
"Nggak. Pas di kamu," jawab Ardiona sambil memperhatikan kaki jenjang Sabrina. Ya ampun, ini namanya bisa-bisa aku yang jadi pengawalnya Sabrina, bukan sebaliknya!
Sabrina
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
tuh bktinya,lngsng ngejar mskpn lg d rs ktanya.....
langsung ajak Akad aja Ardi biar fariz bkn RM gk bs nyolong start lagi 🤣🤣🤣
apakah nikah dulu baru nyatakan perasaan..
tapi tanda2 cinta udah adaaa....
tumben g ikutan bilang kamprett 🤣🤣🤣🤣🤣