Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canggung
Laki-laki itu hanya bisa memijat pelipisnya yang terasa pusing melihat Dara di banjiri air mata.
Ia melangkah pelan mendekati Dara dan memeluk hangat tubuhnya, "Tenangkan dirimu, tidak ada siapapun yang ingin membawa pergi bayimu dari sini, kau terlalu berpikiran negatif Dara. Bayimu berada di ruang bayi dan di simpan dalam kaca," Adam berusaha menenangkan Dara.
Untung wanita itu tak mendorongnya. Ia juga sudah tampak mulai tenang.
Dara akhirnya diam dari tangisnya membuat Adam menarik nafas lega.
"Apa kau lapar?" Tanya Adam berusaha berdamai dengan Dara.
Dara mengangguk pelan. Adam tersenyum tipis karena Dara mengiyakan pertanyaannya. Padahal wanita itu sering kali menolak apapun jika itu darinya.
"Kau tunggu sebentar di sini, aku akan mencarikan-mu sarapan." Kata Adam. Kembali di angguki Dara.
Syukurlah dia tidak memberontak dan menolakku lagi. Batin Adam mulai keluar dari ruangan Dara.
,,,
Beberapa menit berlalu Adam sudah kembali membawa sarapan di tangannya.
Dara seperti biasa hanya diam. Adam mengambil kotak makanan dan mendekati wanita itu dan mulai mengambil sendok. Ia menyendok makanan dalam kotak kemudian ingin menyuapi Dara.
"Biar aku saja," tolak Dara.
"Makanlah," terdengar Adam sedikit memaksanya.
Hanya bisa pasrah menyambut suapan dari laki-laki yang tak pernah ia bermimpi akan masuk kedalam hidupnya. Laki-laki yang mulanya asing baginya, tapi berakhir menjadi suaminya.
Dara mulai mengunyah, "Terima kasih." Ucap Dara. Adam hanya mengangguk pelan.
Mereka berdua diselimuti kecanggungan. Ada juga tak tau kenapa ia tiba-tiba saja merasa seperti tubuhnya kaku.
Ia kembali menyendok makanan yang kedua kalinya ingin menyuapi Dara. Dara membuka mulutnya, tak sengaja bola mata mereka berdua bertemu.
Adam dan Dara sama-sama terdiam saling menatap dalam bola mata antara satu sama lain dengan tangan Adam yang bergelantungan.
Ada desiran aneh dari hati mereka berdua.
Dara tersadar dan memutus kontak mata di antara mereka, "Ehem, aku bisa sendiri.'' Dara salah tingkah mengambil kotak makanan yang berada di tangan Adam.
Adam juga sama sepertinya, "Makanlah cepat, setelah itu aku akan membantumu mandi," kata Adam.
"Tidak usah, aku bisa sendiri," tolak Dara menyuapi makanan ke dalam mulutnya sambil memperhatikan penampilan Adam yang jauh berbeda karena memakai pakaian formal. Laki-laki itu terlihat sangat berantakan, tapi tak mengurangi pesonanya sedikitpun.
Tak berapa lama wanita itupun selesai sarapan. Adam memberikan Dara air minum.
"Terima kasih."
Setelah Dara minum. Adam mengemasi bekas makanannya. Ia bergerak mendekati Dara sangat dekat, sehingga wanita itu sedikit menarik dirinya ke belakang.
"Kau mau apa?" Tanyanya terkejut.
"Aku akan mengantarmu kekamar mandi." Adam memegang pundak Dara dan memasukkan satu tangannya di bawah paha wanita itu.
"Tid------ belum sempat Dara menolak Adam sudah mengangkat tubuhnya.
Dara yang takut terjatuh reflex mengalungkan tangannya di pundak Adam. Posisi mereka berdua sangat dekat, sehingga Dara dapat merasakan hembusan nafas pria itu.
DEG DEG DEG
Jantung Dara berdebar-debar tak beda jauh dengan Adam.
Tiba didalam kamar mandi. Laki-laki itu kembali keluar dan mengambil kresek yang ia beli tadi berisikan, sabun shampo dan beberapa alat untuk di pakai mandi.
Ia membawa masuk kedalam, "Ini, tadi aku mampir membelikan ini untukmu" memberikan pada Dara.
Dara mengambil dari tangan Adam, "Apa kau bisa mandi sendiri? Kalau tidak, aku akan membatumu," tawar Adam.
Dara menggeleng cepat. Yang benar saja. Batin wanita itu.
"Tidak, aku bisa sendiri."
"Baiklah." Adam menutup pintu kamar mandi dengan bibir yang melengkung. Ia tak tau kenapa hatinya terasa begitu hangat.